Aku dan Romansa Tentang Mie Mapan

Aku dan Romansa Tentang Mie Mapan

Mie Mapan adalah kedai mie legendaris bagi warga Rungkut dan sekitarnya. Cita rasa olahan mienya yang gurih dan sedap memiliki ruang tersendiri bagi warga sekitar perumahan Rungkut Mapan Tengah. Kedai mie yang didirikan oleh Jang Hwa Hang dan istrinya, Tieng Yek Sin pada tahun 1992 ini untuk para pelajar yang kost di sekitar perumahan maupun keluarga-keluarga penghuni perumahan tersebut.

Bagiku Mie Mapan menyimpan cerita tersendiri. Dari sejak aku belajar mandiri di Surabaya dan mendarat di Rungkut pertama kali, hingga kemudian kuliah, kerja, punya pacar, menikah dan punya anak yang sekarang sudah masuk usia abege, selalu ada cerita di kedai mie ini.

Dulu kedai ini hanya menempati ruangan kecil di garasi yang sempit dan panas. Kalau kedai sedang ramai ketika hari Sabtu atau Minggu, kita tidak bisa berbincang leluasa di sini sama teman. Tapi entah kenapa selalu saja kembali ke sini karena memang rasa mienya yang seenak itu. Apalagi ditambah gorengan basonya yang mantul.

Cita rasanya bisa dibandingkan dengan mie yang terkenal di daerah ibu kota sana. Apalagi siomay gorengnya yang segeda gaban itu menjadi ciri khas dan highlight di menunya. Siomay goreng ini dulunya berupa baso ikan goreng, seiring perkembangannya berubah menjadi siomay goreng dengan size yang luar biasa. Rasanya tetep nikmat mantul.

Dulu aku sering menemui Bu Inggrid, salah satu direktur PT. Mapan Sukses Sejahtera, masih berada di meja kasir membantu maminya. Mami seperti layaknya karakter orang Tionghoa di Surabaya, suaranya tegas namun menyimpan perhatian. Kalau beliau melihat ada pelanggan yang lama belum dilayani, dia akan memanggil dan menegur karyawannya. Bagi beliau kepuasan pelanggan itu hukumnya wajib diutamakan.

Pernah suatu hari saat pulang kantor sedang lelah, lapar, dan emosi sedang tinggi karena urusan pekerjaan, suami yang saat itu masih jadi pacar mengajakku makan di Mie Mapan. Seperti biasa aku memesan mie pangsit tanpa bawang goreng. Entah saat itu karena kedai sedang ramai atau pelayannya lupa, mieku dikasih bawang goreng banyak. Darah di ubun-ubunku langsung naik, aku marah-marah. Pacarku menegurku dan memberiku pengertian kalau bawang goreng tidak beracun dan bla bla lainnya hanya agar aku tidak berlebihan.

Mami yang saat itu ada di balik meja kasir datang tergopoh-gopoh meminta pelayannya untuk menukar mie sesuai permintaanku. Meski saat itu pacarku sudah bilang tidak perlu diganti tidak apa-apa, tapi Mami memaksa dan memberi mie sesuai keinginanku. Aku inget betul kejadian itu karena sepulang dari Mie Mapan, masih dalam keadaan lelah tapi sudah kenyang, aku mendapat ceramah panjang kali lebar tentang menghargai pelayan dan memaklumi kesalahan orang lain.

Pernah juga di waktu berbeda saat aku mengajak dua bocah kembarku makan Mie, yang saat itu kedai sudah lebih luas dan ada ruangan ber AC, bocahku tertarik dengan stiker yang digantung di dekat meja kasir. Selain menjual mie dan aneka makanan penyetan, Mie Mapan juga menjual aneka titipan dari UMKM. Nah salah satunya stiker lucu-lucu. Namanya bocah, saking excitednya, dan rebutan dengan saudaranya, stiker yang dipegang salah satu bocahku robek. Dengan cekatan Bu Inggrid memberikan stiker baru tanpa perlu kami menggantinya karena melihat aku kewalahan menggendong bocah kembarku yang menangis bersamaan.

Itu hanya sedikit kenangan keluarga kami. Maka kemarin ketika kami datang ke workshop Grab Food bareng Mie Mapan aku dibuat terkejut dan takjub, tidak menyangka perkembangan Mie Mapan yang sudah pesat luar biasa. Kedai kecil di garasi rumah itu sudah berkembang dan memiliki 25 cabang di beberapa kota. Kedai yang dulu dikelola oleh Ibu Tieng Yek Sin pun kini sudah berubah menjadi perusahaan keluarga yang dikelola oleh 4 bersaudara Jang Steven, Jang Nathalia, Jang Inggrid dan Jang Bambang berserta anak-anaknya. Kedai kecil itu sudah mencapai generasi ketiga.

Jika dulu hanya menjual mie pangsit dan segala olahan sampingannya, sekarang sudah menjadi perusahaan yang memiliki central kitchen dan menerima jasa maklon, kemitraan, affiliate hingga reseller untuk produk-produk olahan mie maupun frozen food. Di bawah naungan PT. Mapan Sukses Sejahtera, kedai kecil dulu kini sudah memiliki 700 karyawan.

Bahkan sekarang Mie Mapan sudah mengantongi sertifikasi halal MUI. Jika dulu ada yang ragu-ragu dan sempat ikut diterpa isu tentang kehalalan makanannya, Alhamdulillah sertifikasi hallal sudah keluar. Fix, Insyaallah Mie Mapan halal, gaes!

Tips yang dibagi oleh empat bersaudara untuk segala jatuh bangun dan tetap bertahan di bisnis kuliner antara lain

  • Kerja keras
  • Telaten
  • Perhatian dengan pelanggan
  • Menjaga mutu produk
  • Inovasi

5 tips ini harus seiring sejalan dan konsisten di jalankan, saling bertumbuh dan mendukung apalagi untuk bisnis keluarga yang sangat rawan dengan perselisihan. Jang Inggrid mengibaratkan kerja sama dalam keluarga seperti layaknya pohon, harus bisa saling menjaga peran masing-masing, saling menghormati dan terus membuka jalur komunikasi agar bisa terus bertumbuh.

Selamat untuk Mapan Group, semoga makin maju dan sukses! Terima kasih sudah menjadi bagian dari romansa kehidupan keluarga kami. Buat kami, Mie Mapan masih menjadi rekomendasi restoran keluarga paling hits di Surabaya.


1 Comment :

  1. ini review kok mengandung bawang 😭😭😭

    btw aku kepo deh mbaaa. why dikau ngga suka condiment bawang goreng di mie ayam?


Leave a Reply :

* Your email address will not be published.

ABOUT ME
black-and-white-1278713_960_720
Hi I’am Wiwid Wadmira

I am a mom of twin who love reading, writing and de cluttering. I blog about my parenting style, financial things & reviews. You may contact me at mykirakara@gmail.com

------------------
My Instagram
Invalid Data