Cerita Tentang Emak Blogger

Warna-warni menjadi seorang emak atau ibu tentu semua orang tahu. Seperti apa keseharian seorang emak di rumah, sudah menjadi rahasia umum. Bangun paling pagi, tidur paling malam, dan beres-beres rumah yang sayangnya tak pernah dianggap beres, itu sudah hal biasa bagi seorang emak. Lantas seperti apa rasanya ketika seorang emak memilih kegiatan sampingan untuk menulis blog, alias menjadi blogger.

Tulisan ini didedikasikan untuk memperingati hari blogger yang jatuh pada tanggal 27 Oktober kemarin. Sambil ikut berpartisipasi dalam keriuhan ngeblog bareng para emak blogger Surabaya, meski sudah larut, dibelain nulis. Sudah rejekinya nulis pas tanggalnya krusial banget. Tapi tak mengapa, nanti kalau sudah agak longgar hutang tidur bisa dibayar sekaligus. Meski perut rasanya mules, tapi bukankah jadi emak itu sudah biasaaa mengerjakan banyak hal ketika sedang tidak enak badan. *pukpuk para emak*

Kali ini, saya mau bercerita tentang kisah belakang layar, atau belakang laptop seorang blogger yang merangkap sebagai emak. Ketika sebuah tulisan sudah tayang dan dibaca di blog, semua menjadi milik pembaca. Mau dinilai sebagai artikel lebay, atau artikel baper, atau artikel sampah, atau bahkan artikel yang sangat membantu, itu bergantung pada sudut mana pembaca menilainya. Tulisan yang dianggap bermanfaat buat seseorang, bisa jadi hanya sebatas tulisan sampah untuk orang lain. Namun sebenarnya seperti apa sih belakang laptop sebelum proses tulisan itu naik tayang.

Suatu hari seorang saudara datang berkunjung ke rumah. Melihat badan saya yang mungkin mulai melebar, beliau berceletuk “wah, mbak Wiwid sekarang badannya mulai kelihatan berisi ya? Sejak resign dari kantor sekarang enak di rumah terus gak ada kegiatan…” Mendengar itu saya dan mertua hanya tersenyum dan saling berpandangan. Mertua saya tahu kegiatan menantunya yang selalu (sok )sibuk di depan laptop, bahkan hingga malam. Meski mungkin beliau tidak tahu persis apa yang saya lakukan, namun beliau tahu kalau saya menulis.

Itu cerita seorang blogger di mata generasi angkatan orang tua kita. Bagi mereka bekerja di rumah belum menjadi hal yang lumrah. Karena masih terpengaruh dengan pola pikir lama yang namanya kerja itu ya di kantor atau di tempat kerja. Seorang istri, di rumah, kalau gak punya toko, itu ya pasti kerjaannya cuma ngurus anak. (Please jangan baper ya kalau ngurus anak itu dibilang “cuma”. Kuatkan hatimu maak… kuatkan hatimu…). Bersyukurnya mertua saya sudah paham dengan kebiasaan menulis menantunya. Atau kalau tiba-tiba menantunya dipanggil gak dengar, beliau tidak lagi marah. Setidaknya menantunya beberapa kali setor voucher belanja, atau pulang acara bawa oleh-oleh roti kesukaan.

Lain cerita ketika saya bertegur sapa dengan sahabat lama di whatsapp. Membaca status saya yang lebih banyak tentang blog, ia sempat japri dan bertanya “Jadi sekarang kamu di rumah sambil nulis blog ya, wid? Enak ya… Hanya tinggal nulis aja sudah dapat duit.” Lagi-lagi saya hanya tersenyum kecut. Mungkin saat itu saya sendang sensi menjelang PMS. (Menyalahkan hormon memang paling gampang yaa…). Kata “hanya tinggal nulis” itu buat seorang emak yang sedang jungkir balik menulis rasanya bikin perih, kawan. Bagi kami menulis itu bukan hanya sekedar mengetik huruf. Perjalanan huruf-huruf hingga terangkai menjadi satu artikel itu kadang tidak mudah. Tahukah kalian, menulis sponsored post itu jauh lebih sulit ketimbang nulis curhatan di sosmed? (ini kata emak baper yang lagi PMS. abaikan!). Intinya kalau kamu mau menulis yang bisa menghasilkan duit atau voucher belanja, tolong tinggalkan kata “hanya tinggal menulis”. Pahamilah, untuk membuat kata-kata bijak yang dapat like banyak itu kamu butuh usaha buat cari contekan. Apalagi untuk menulis yang kalau kamu nyontek bakal dicaci seluruh mahluk di jagat nusantara.

Apakah hanya itu? Tentu tidak. Tak lengkap rasanya tanpa menceritakan “gangguan kecil” yang dipersembahkan oleh dua kunyil cantik-cantik di rumah. Sudah ada ide buat nulis, mood sedang oke, nyalain laptop, baru nulis judul, mendadak ada dua bocah yang nangis barengan sambil teriak-teriak. Rupanya si bocah habis bermain rumah semut, dan kakinya bentol-bentol digigit semut merah. Pernah? Pernaaahh… Itu baru satu contoh kejadian. Setiap artikel saya, 99% mengandung muatan cerita seperti itu. Entah si bocah digigit semut merah, entah si bocah bertengkar karena rebutan mainan, entah si bocah terpeleset lantai licin atau sedang ribut karena lapar dan bundanya malah asik di depan laptop.

Itu adalah hal paling sering dan paling lumrah yang dihadapi oleh emak blogger yang beranak pinak. Mahluk-mahluk mungil pengganggu itu, adalah sumber inspirasi nomor satu hingga tulisan emak-emak menghasilkan penghargaan dan hadiah segambreng. Percayalah, untuk mencapai ke sana, tantangannya warbiyasah! Dibutuhkan kekuatan iman dan kekuatan mental untuk melek larut malam demi menyelesaikan tulisan yang kadang gak selesai-selesai. Jadi tolong jangan salahkan para emak kalau badan makin beleber, karena untuk menjaga agar mata tetep melek dan otak tetep jalan itu butuh cemilan tengah malam. Iya apa iya?

Bagaimana dengan kaum suami? Tak perlu lah ya diceritakan. Mereka adalah bemper utama kita ketika sedang rem sedang blong. Mahluk-mahluk ksatria itu sering suka cita menyediakan bahunya ketika para istri mulai baper. Daripada terkapar di bahu jalan, mending ditopang di bahu yang sudah lelah nyetir motor seharian melewati kemacetan pulang pergi ke kantor. (sweet gak siiih… uhuk!). Merekalah yang suka cita menjaga para bocah ketika para istrinya sibuk lompat dari satu acara ke acara yang lain. Bukan demi mendapat tambahan uang belanja, tapi demi menghindari istrinya ngomel-ngomel di rumah. Maka ia bebaskan istrinya untuk menjadi dirinya sendiri agar tetap waras. Jadi nanti para istri bisa mengasuh anak-anaknya dengan hati bahagia. Fair enough, isn’t it?

Rasanya tak akan habis menceritakan di balik layar seorang emak blogger. Kami menyimpan ribuan kisah tak terungkap yang kalau dipublikasikan bisa menjadi kisah berseri yang episodenya mengalahkan sinetron Tersanjung. Bisa juga kalau dipublikasikan bisa mendadak terkenal. Namun sayang, saya lagi males terkenal. Hidup itu lebih damai dengan menjadi manusia belakang layar dan jauh dari sorotan banyak orang. Karena menjadi bermanfaat itu tidak harus selalu beroleh pujian atau tepuk tangan.

Sekian curhat malam ini. Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan jika kalian ingin jadi blogger, atau ingin ngobrol dan basa-basi dengan seorang blogger. Karena dengan blogger, setiap kata itu bermakna. (ciiyeee….)

Si Kembar Masuk SD

Harusnya tulisan ini sudah dibuat 4 bulan yang lalu. Berhubung jadi orang yang sok sibuk, jadilah terbengkelai. Kebetulan hari ini yang harusnya saya menyelesaikan deadline kerjaan, ndilalah semua dokumen kerjaan belum dikirim ke email. Orang yang bertugas kirim-kirim dokumen sedang cuti. Merasa memperoleh angin segar untuk “libur” sehari, maka disempatkan menulis curhatan ala bunda kunyil.

Dua bocah kunyil sekarang sudah SD! Hooorrreee…. Kira dan Kara masuk SD tepat di usia 7 tahun. Harusnya secara emosional dan motorik sudah cukup matang untuk menempuh petualangan menjadi siswa Sekolah Dasar. Maka daftarlah mereka ke SD incaran. Pilihan sekolahnya sesuai dengan diskusi dan kesepakatan bersama, antara ayah, bunda, Kira dan Kara. Para bocah tentu saja dilibatkan dalam diskusi. Ini karena mereka yang akan menjalani. Jadi semua harus sesuai kesepakatan bersama.

Pertimbangan Masuk SD Negeri

Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk mendaftarkan Kira dan Kara ke SD Negeri. Pertimbangan-pertimbangan tersebut diantaranya sangat sederhana dan klise ala orang tua malas berpikir rumit. Apa aja sih? Ini sebagian pertimbangannya:

Pertama, Sekolah Dasar Negeri adalah sekolah yang terdekat dari rumah kami. Kami ingin Kira dan Kara benar-benar belajar mandiri. Dimulai dengan berangkat dan pulang sekolah sendiri. Meski tersembunyi alibi bunda bebas antar jemput selama 6 tahun, namun percayalah, niat kami tulus. Kira dan Kara yang jarang main jauh dari rumah bisa mulai belajar dengan menghafal rute dari rumah ke sekolah. Meski jaraknya hanya selemparan batu, tapi bunda kunyil tetap saja melalui fase dag dig dug ketika melepas mereka berangkat sekolah sendiri.

Kedua, sekolah negeri memiliki pergaulan yang sangat beragam. Ibarat miniatur sosial, sekolah negeri lah tempat miniatur sosial sesungguhnya. Di sekolah negeri kamu bisa menemui anak yang tajir melintir sampai anak yang bergantian sepatu dengan kakaknya yang masuk sekolah siang. Serius, beneran ada dan nyata. Di sekolah negeri kamu bisa menemui anak yang usilnya naudzubillah hingga anak yang disuruh apa aja nurut. Di sekolah Negeri kamu bisa menemui anak yang super duper religius hingga anak yang omongannya udah mirip cerita kebun binatang. Jadi kamu mau cari tipe anak yang kayak gimana, Sekolah negeri lah tempatnya.

Nah, memasukkan duo bocah kunyil ke sekolah semacam itu, dibutuhkan doa dan kebulatan tekat maha dahsyat. Ya gimana yaa… Dengan dua bocah yang terbiasa ada di lingkungan yang serba mengayomi, serba mengasihi, dan serba aman nyaman sentosa, tiba-tiba harus masuk ke rimba raya pergaulan yang super dahsyat. Pasti ada fase jetlag. Pasti ada fase shock. Pasti ada fase mogok sekolah. Pasti ada fase nangis tiap hari. Pasti ada fase nyinyir antar orang tua. Pasti ada fase jengkel sama guru. Pasti ada fase kesal sama semuanya. Pasti itu…

Untuk itulah dibutuhkan persiapan hati yang sempurna. Bukan hanya hatinya dua bocah kembar ya… Yang paling utama dan paling penting justru hati orang tuanya.

Saya menyiapkan diri untuk tidak nyinyir berlebihan. Meski fitrah susah dilawan, namun sekarang sudah saatnya memakai rem untuk mulut sendiri biar gak gampang kelepasan nyolotnya. Bawaan bawel sudah dari sananya. Tinggal disalurkan ke kanal yang benar biar gak lepas dan memakan korban. Maka, saya hindari sebisa mungkin untuk komen berlebihan tentang banyak hal. Sebisa mungkin memberikan kontribusi saran, suara, komentar yang benar-benar bermanfaat dan dibutuhkan. Untuk itulah dibutuhkan nyinyir management yang tidak mudah buat bunda kunyil.

Lanjuuut… Pertimbangan ketiga adalah soal biaya. Masuk SD Negeri bebas biaya, ciiiin… Untuk tahun pertama kita hanya butuh beli seragam dan perlengkapan sekolah. Untuk siswa yang tidak mampu ada bantuan. Bahkan kalau mau menyumbangkan seragam layak pakai juga boleh bangeeet. Bebas biaya SPP pula. Daaaan untuk pemegang kartu KIS mendapat subsidi buku paket tematik dari sekolah. Happy kaaan… Itu bagian yang bikin bunda kunyil sedikit terhibur. Dengan demikian, jatah SPP sekolah bisa dialihkan ke dana les yang bermanfaat. Itulah akhirnya bunda kunyil bisa mendaftarkan duo kembar masuk les berenang. Untuk pertimbangan ini, saya sudah siap jika ada yang bergumam “pelit amat…”. Gakpapa lah yaa… Kita gak ada yang tahu isi dompet orang lain, kecuali disodori formulir LHKPN. Ya tapi siapalah saya, hanya pejabat teras rumah mertua, mana punya LHKPN untuk diumumkan. Jadi cukup saya, suami dan Tuhan yang tahu berapa isi dompet kami. *ngikik manis*

Setelah Si Kembar Masuk SD Negeri

Apa yang terjadi setelah duo bocah kembar masuk SD Negeri? Seperti perkiraan sebelumnya. Ada fase bocah pulang dengan wajah sumringah cerah ceria mendapat teman baru. Ada pula saatnya selama seminggu penuh pulang dengan menangis karena dijahilin temannya. Bahkan pernah pulang dengan wajah penuh marah, rupanya habis baku hantam saling pukul di sekolah.

Kok bisa?

Iya bisa, karena disuruh bunda. hahaha… Itu hari di mana saya sudah jengah tiap hari mendengar aduan tentang anak yang sama. Mulai dari digodain, lalu disenggol pas nulis, lalu berisik pas pelajaran, lalu dicolek-colek pas lagi ulangan, hingga dipukul ketika habis imunisasi. Lalu saya tanya, “kamu takut gak sama dia?”. Si bocah menjawab enggak. Dia menangis karena tidak tahan digangguin tapi gak bisa bales. Rupanya dia ingat sama wejangan bundanya, gak boleh membalas memukul jika dipukul. Itu sama saja jahatnya. Nah, ketika PMS dan rasa jengah sudah diubun-ubun, maka saya bilang “ya sudah kalau kamu gak takut, besok kalau kamu dipukul lagi, pukul balik saja…”

Trust me! Mungkin saat itu saya jadi bunda paling buruk sedunia. Biarlah. At least saya tahu seperti apa endingnya. Kalau ternyata keputusan itu salah, kami bisa belajar dari kejadian itu. Kalau memang mau dicaci atau diketawain, no need to worry, bunda kunyil sudah siap.

As we know, kejadian itu beneran keesokan harinya dua bocah saling beradu pukul hingga bocah saya memilih pergi karena ia tahu ini tidak akan selesai. Eh iya, si bocah yang jahil itu laki-laki yaa… Jadi bisa dibayangkan ketika bocah saya yang perempuan berpostur super mungil, dengan berat badan yang tak lebih dari anak umur 5 tahun, beradu pukul dengan bocah lelaki yang sering menggoda anak perempuan yang katanya “cengeng”. Bunda? Puas dooong… Gurunya? Gak kenapa-napa. Karena tahu yang usil memang yang laki, jadilah ketika mendapat aduan dari teman-temannya yang lain, si anak lelaki dipindah duduk paling pojok. Sendirian. That’s it! Case closed!

Kalau ada saran, komentar, atau nasihat, ledekan, tertawa puas karena merasa senasib, tuliskan saja di kolom komentar. Bebasss.. Insyaallah semua di approve kecuali spammer!

Kejadian itu satu-satunya? TIDAK. Itu hanya salah satu kejadian “ajaib” yang kami alami selama 3 bulan bersekolah di sekolah negeri. Yang lainnya? Tunggu saja, siapa tahu saya cukup selo untuk berbagi cerita di sini.

Sekian curhat hari ini, selamat melanjutkan hari!

 

 

 

Memahami Generasi Milenial

Suatu hari Kira dan Kara pulang sekolah mengadu. Temannya melarang mereka makan permen Y, karena katanya ada kandungan minyak Babinya. Tak terima, Kira dan Kara memaksa saya untuk melihatnya di Google. Karena permen Y adalah salah satu jajanan favoritenya. Sebenarnya bisa saja saya mengiyakan apa yang dibilang temannya. Toh selama ini saya sudah cukup jengah melihat mereka mulai gemar makan permen. Namun ternyata, mereka jauh lebih kritis dari yang saya kira. Dengan sigap diambilnya tablet, dan dibukanya aplikasi mesin pencari. Begitulah generasi masa kini.

Generasi jaman Kira dan Kara ini sering disebut Generasi Milenial. Generasi milenial atau generasi yang tumbuh di millennium baru, adalah generasi yang lahir di tahun 2000 ke atas. Ada juga yang memberikan nama mereka adalah Gen-Z. Generasi ini tumbuh di tengah-tengah perkembangan pesat teknologi dan derasnya arus informasi.

Tantangan mendidik anak generasi milenial tentu berbeda dengan mendidik anak-anak generasi sebelumnya. Teknologi di tangan anak zaman sekarang adalah mainan sehari-hari. Istilah-istilah keren yang mungkin asing di telinga kita, sudah akrab di telinga mereka. Mencari informasi hanya cukup menjentikkan jari diantara jajaran keyboard, maka seluruh informasi yang dibutuhkan tersedia di depan mata.

Kira dan Kara adalah anak-anak generasi milenial. Youtube dan Google adalah mainan mereka sehari-hari. Ketika ada pertanyaan yang mentok dan tidak bisa dijawab bundanya, mereka sudah bisa berinisiatif mencarinya di google. Ketika mendapat tugas sekolah tentang pergerakan matahari, mereka bisa mencari ilustrasi ilmiahnya di youtube sesuai kata kunci yang mereka pilih sendiri. Tablet, laptop sudah akrab di tangan mereka. Meski semua masih berstatus milik bunda atau ayah, namun lincah mereka mainkan. Tentu saja semua masih dengan pendampingan. Karena tak semua informasi yang tersedia, ramah untuk pemahaman anak-anak. Begitulah sedikit gambaran tumbuh kembang anak generasi milenial.

GENERASI MILENIAL DAN NORMA

Akan menjadi tidak mudah, ketika orang tua dan anak memiliki pendapat yang berbeda tentang norma. Pemahaman norma bagi anak generasi milenial berbeda dengan pemahaman norma bagi generasi tahun 80’an. Anak yang tumbuh di era gadget mudah digenggam, adalah anak-anak yang terbiasa berinteraksi dengan ponsel pintar di tangan. Anak generasi 80’an adalah anak-anak yang bermain bersama teman menggunakan daun, batu dan kayu. Pola interaksi sosial yang berbeda inilah yang membentuk pemahaman yang berbeda tentang norma dan adab bergaul.

Mengajarkan anak generasi milenial tentang norma tidak bisa dengan ceramah dan nasihat setiap hari. Apa yang kita bicarakan akan menjadi angin lalu dan sebatas mampir di telinga. Menyamakan persepsi antara orang tua dan anak bukan lagi menjadi hal yang mudah. Tantangan orang tua bukan sekedar mendidik mereka untuk mendapat nilai tertinggi di sekolah, melainkan justru bisa berkomunikasi baik dan lancar dengan anaknya sendiri. Percayalah, berkomunikasi bukan lagi menjadi hal yang mudah.

Ironis bukan?

Di era yang katanya teknologi informasi begitu pesat berkembang, justru komunikasi orang tua dengan anak menjadi amat sulit. Di zaman yang ketika berbicara dengan orang di tempat yang jauh bisa langsung bertatap muka, justru pola bicara orang tua dan anak sangat susah untuk saling beradu mata. Teknologi yang katanya bisa membuat yang jauh terasa dekat, ternyata justru menjauhkan yang dekat. Apakah orang tua akan terus menutup mata akan hal ini?

FILM MY GENERATION

Upi melihat cerita dan fenomena generasi milenial ini menjadi kisah yang layak untuk diangkat ke layar lebar. Film yang menceritakan tentang kisah persahabatan remaja SMU ini mengambil cerita dari sudut pandang remaja yang mempertanyakan sikap orang tuanya. Dalam film ini Upi  sebagai Sutradara mengajak orang tua untuk memperlakukan anak-anaknya sebagai teman diskusi, bukan sebagai obyek perintah dan penanaman dogma.

4 pemain baru mengisi tokoh utama dalam film ini. Zeke yang diperankan oleh Bryan Angelo,  Konji diperankan oleh Arya Vasco, Lutesha sebagai Suki dan Alexandra Kosasie sebagai Orly. 4 Remaja yang yang merasa libur sekolahnya berantakan, dan kemudian menemukan petualangan yang tak terduga dalam menghabiskan masa liburannya. Selisih pendapat dengan orang tua, naik dan turunnya emosi persahabatan hingga masalah-masalah yang dihadapi empat remaja ini menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan mereka.

Seperti film-film Upi pada umumnya, film My Generation ini juga memberikan gambaran yang terlalu berani untuk menelanjangi realitas kehidupan remaja masa kini. Karena itu pro dan kontra sudah mulai muncul sejak sebelum film ini tayang di bioskop. Memang tidak semua kehidupan remaja persis sama seperti yang tergambar dalam film ini. Namun kita juga tidak bisa menutup mata adanya realita kehidupan remaja yang sekarang sedang menjadi trend. Simak saja siapa selebgram yang sempat menjadi idola di kalangan anak muda dengan jumlah follower sosmed jutaan.

Dalam film ini juga, Upi menyodorkan kaca kepada kita untuk melihat diri sendiri, sudahkah kita memanusiakan anak-anak kita? Orang tua bukan Tuhan yang bisa menghakimi dan menempelkan stempel di wajah anak-anaknya. Orang tua juga manusia yang bisa salah dan khilaf. Sebagai orang tua, sudahkah kita bercermin contoh seperti apa yang sudah kita tunjukkan dan berikan kepada anak-anak kita?

My Generation memberikan gambaran sisi lain remaja generasi milenial yang sebenarnya open minded dan terbuka. Mereka adalah pribadi yang tidak ingin terikat dogma. Jika orang tua mendapati anak-anaknya malas pergi sekolah, tidak menyelesaikan tugas-tugas sekolah, jangan lantas memberikan mereka label pemalas. Mungkin sudah saatnya orang tua memberikan penyegaran dalam metode belajar anak-anak. Ajak mereka berkomunikasi tentang apa yang mereka inginkan dan ajarkan berpikir untuk menemukan solusi bersama-sama. Karena sesungguhnya anak-anak generasi milenial adalah anak-anak yang kritis dan kreatif.

Film yang akan tayang pada tanggal 9 November 2017 serentak di seluruh bioskop di Indonesia ini menjadi reminder untuk orang tua agar mereka mau membuka mata melihat realita kehidupan remaja. Sudah saatnya orang tua juga bepikir dan mengevaluasi diri sendiri tentang pola komunikasi yang dibangun dengan anak-anaknya.

Film ini tidak mengajak atau memberikan teladan pada kebebasan bergaul. Film ini mengajak kita berpikir dan bersikap kritis terhadap moral yang sebenarnya kita tanamkan pada anak-anak kita. Gambaran keterbukaan dan kebebasan bergaul yang ditampilkan dalam film ini hanyalah salah satu potret yang ditunjukkan tentang realita kehidupan remaja saat ini. Namun sesungguhnya yang ingin disoroti dalam film ini bukan pada kebebasan bergaul, namun pada pola komunikasi dan pola asuh penanaman moral yang dilakukan orang tua kepada anak-anaknya.

Tak hanya diisi oleh talenta-talenta baru, film My Generation ini juga akan dilengkapi oleh pemain lama seperti, Surya Saputra, Tyo Pakusadewo, Ira Wibowo, Indah Kalalo, Karina Suwandi dan masih banyak lagi. Untuk mengerjakan film bergenre remaja ini, Upi juga telah melakukan riset social media hearing selama 2 tahun. Riset yang intensif ini juga digunakan Upi untuk melihat gaya percakapan dan pola dialog dalam komunikasi remaja. Sehingga adegan dalam film dapat mengalir halus sesuai trend anak remaja masa kini.

Bagaimana? Sudah siap untuk menonton bersama para anak remaja kita?

Sudah saatnya kita membuka diri untuk mendapatkan nada yang sama dengan anak-anak kita. Agar harmoni dalam keluarga bisa terus terjaga. Semoga kita tetap amanah dalam menjaga titipan-Nya.

……………

disclaimer: Semua foto yang digunakan di artikel ini diambil dari media sosial My Generation Film (IFI Sinema)

 

 

 

Review Buku: 7 Kebiasaan Anak Bahagia Karya Sean Covey (The 7 Habits of Happy Kids Collections)

Sudah kenal Sean Covey? Mungkin beberapa sudah sering mendengar tentang Stephen Covey ya? Stephen Covey adalah penulis buku laris berjudul “The 7 habits of highly effective people”. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan bahkan digunakan dalam seminar-seminar. Nah, Sean Covey ini adalah anak dari Stephen Covey yang mewarisi ajaran-ajaran sang ayah.

Di jagat sosial media bahkan blog sudah banyak yang mengulas tentang buku Stephen Covey yang memang keren itu. Berhubung kebiasaan baik itu perlu ditanamkan sejak dini, maka Sean Covey membuat juga yang versi untuk anak-anak, berjudul “The 7 habits of happy kids”. Kebiasaan-kebiasaan yang ditulis oleh SEAN di dalam buku cerita anak terbarunya ini mengacu dan berlandaskan buku Stephen Covey yang lebih dulu terbit. Hanya saja, Sean menulis menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti anak-anak. Sehingga kebiasaan-kebiasaan yang ingin di tanamkan akan lebih mudah dipahami. Karena apa yang ada di buku sama dengan yang sering mereka temui dalam kesehariannya.

Buku 7 habits for Happy Kids ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa Bahasa termasuk, Bahasa Indonesia, menjadi judul “7 Kebiasaan Anak Bahagia”. Paket ini berisi 7 buku, yang masing-masing buku berisi 1 cerita anak. Cerita yang diulas di dalamnya berisi tentang kebiasaan baik 7 tokoh utama yang bisa ditanamkan untuk anak-anak agar mereka selalu memiliki jiwa bahagia.

Tidak bisa dipungkiri, tantangan mendidik anak jaman sekarang itu luar biasa yaa… Tekanan yang dimiliki anak-anak bukan hanya datang dari tugas-tugas sekolah, namun juga berasal dari tuntutan sosial mereka dalam berteman. Sementara orang tua tidak bisa membatasi pergaulan sosial anak-anak yang tentu semakin luas. Untuk memberikan pondasi yang kuat inilah, perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik. Kebiasaan inilah yang bisa mereka bawa agar jiwa-jiwa bahagia juga bisa terus mereka miliki dalam menghadapi tuntutan jaman yang semakin menggila.

7 kebiasaan ini sebenarnya nampak sederhana, namun sering luput dari orang tua untuk ditekankan pengajarannya dalam parenting mereka sehari-hari. Mendidik anak bukan hanya sekedar mengajarkan mereka mendapat nilai baik di sekolah, atau menghindarkan mereka dari rengekan berkepanjangan. Tapi orang tua juga selayaknya mengajarkan mereka menjadi mandiri. Bukan hanya sekedera mandiri dalam memenuhi kebutuhan pribadinya, namun juga mandiri secara emosional. Artinya, ketika menemui kendala, mereka mampu mengatasinya sendiri, dan mengolah emosinya agar tidak merugikan orang lain.

Buku 7 Kebiasaan anak bahagia

7 Kebiasaan apa saja sih yang di tulis dalam set buku ini?

  • Menjadi diri sendiri

Pokey si Landak, tidak menyukai bulu-bulu tajam di tubuhnya. Teman-temannya menjauhi dan mentertawainya. Mereka tidak tahu mengapa Landak dipenuhi duri tajam di tubuhnya. Di cerita ini, anak-anak diajak untuk belajar mengenal dirinya sendiri. Kita tidak dapat mengendalikan apa yang dilakukan orang lain, namun kita bisa mengajarkan pada anak-anak untuk mengontrol apa yang ada pada dirinya dan mengendalikan perasaannya. Dengan mengenal dirinya sendiri, anak-anak akan lebih mudah mengontrol perasaan dan emosinya.

  • Mengenal Proses

Allie membayangkan dirinya menjadi dewasa. Ia bisa pergi tidur kapan saja, memakai riasan tebal, memakai baju-baju cantik, atau pergi ke swalayan sendiri. Ia belum menyadari bahwa untuk mencapai itu semua, ia harus melalui proses menjadi mandiri. Di cerita ini, anak-anak diajak mengenal proses. Tidak semua bisa langsung menjadi besar, atau langsung menjadi indah. Untuk mencapainya, ada yang namanya proses. Sebelum menjadi kue, tepung harus melalui proses dibuat adonan dan dimasak. Sebelum menjadi baju, benang harus dipintal menjadi kain dan dijahit. Agar kenyataan bisa seindah mimpi, penting untuk mengenalkan proses pada anak-anak.

  • Menjadi Teratur dan Disiplin

Betapa sedihnya Jumper ketika ia tidak dapat ikut bermain Basket karena tidak dapat menemukan sepatu ketsnya. Lubang rumahnya berantakan. Tak heran ia tidak dapat menemukan sepatu ketsnya. Membaca cerita itu, anak-anak belajar pentingnya untuk meletakkan benda-benda sesuai tempatnya. Menjadi teratur dan disiplin akan mempermudah segalanya. Jika ingin menjadi anak yang bahagia, maka bisa dimulai dengan menjadi teratur dan disiplin. Tidur, makan dan bermain sesuai waktunya.

  • Tidak Merasa Iri dan Membanding-bandingkan Diri Dengan Orang Lain

Sammy dan Sophie adalaha saudara kembar. Namun Sophie selalu berhasil melakukan semuanya lebih baik dari pada Sammy. Di sekolah, Sophie selalu mendapat nilai lebih tinggi dari Sammy. Sophie juga sering menjadi juara di banyak perlombaan. Itu membuat Sammy menjadi iri dan membandingkan dirinya dengan saudara kembarnya. Menanamkan rasa percaya diri pada anak-anak itu penting. Buku ini mengajak anak-anak untuk mencari kelebihan dan potensi yang ada pada dirinya sendiri. Karena semua anak itu memiliki keistimewaannya sendiri. Anak-anak akan lebih bahagia jika ia tahu apa yang dimilikinya juga berharga. Karena itu ajak anak-anak berhenti membanding-bandingkan diri dengan orang lain.

  • Belajar Mendengarkan Orang Lain

Lily merasa dirinya sudah tahu segalanya. Ketika ia memutuskan untuk membuat kue, ia merasa sudah hafal semuanya, sehingga tidak perlu melihat resep kembali. Ternyata hasilnya jauh berbeda. Andai saja ia mau meluangkan waktu mendengar saran ayahnya… Begitu juga dengan anak-anak. Mereka akan belajar dari kegagalan. Sering anak merasa bisa dan merasa tahu, sehingga enggan untuk mendengarkan. Di cerita ini, anak-anak diajak belajar pentingnya mendengar dan membaca ulang.

  • Bekerja sama

Sophie harus berpasangan dengan Biff untuk mengerjakan tugas sekolah membuat puisi. Sophie tidak suka berpasangan dengan Biff, karena ia mengira Biff adalah anak yang jahat. Sophie belum pernah berbincang dan mengenal Biff. Apa yang terjadi setelah Sophie mengenal Biff?

Menjadi berbeda itu bukan sesuatu yang menakutkan. Di cerita ini, anak-anak diajak belajar untuk bekerja sama dengan siapa saja. Karena tidak ada 2 manusia yang sama di dunia, maka setiap orang pasti memiliki sesuatu yang istimewa. Perbedaan pendapat bisa saja terjadi setiap saat. Itulah pentingnya melihat dari segala sudut pandang yang berbeda, dan belajar bekerja sama mencari jalan keluar terbaik.

  • Empati

Kakek Goob meninggal. Padahal Goob sangat dekat dan sering bermain bersama kakeknya. Setiap hari Goob murung dan malas melakukan apa saja. Goob sudah lama tidak masuk sekolah. Apa yang dilakukan teman-teman Goob agar ia kembali ceria? Empati adalah salah satu hal terpenting dalam bersosialisasi. Hingga saat ini, masih banyak orang tua yang lupa mengajarkan berempati kepada anak-anaknya. Ditambah lagi kebiasaan era digital yang lebih individualis, makin mengikis rasa empati anak-anak. Karena itu penting mengenalkan anak-anak untuk menjadi peka dengan lingkungannya dan belajar berempati.

Buku ini juga berisi parents corner atau pojok orang tua. Di halaman ini diuraikan apa saja hal-hal yang perlu diajarkan kepada anak-anak, sesuai dengan isi cerita. Di sini juga ada beberapa pertanyaan yang bisa digunakan orang tua untuk mereview ulang isi cerita bersama anak-anak. Sehingga kita tahu seberapa jauh daya tangkap si anak terhadap isi cerita. Selain itu, halaman ini juga dilengkapi panduan bagi orang tua dalam berdiskusi dengan anak tentang pesan moral yang ditangkap dari cerita tersebut.

Selain itu buku ini juga dilengkapi dengan poster Pohon 7 Kebiasaan atau The 7 habbits Tree. Di dalam poster ini digambarkan 7 kebiasaan yang bisa dimulai dari akar, yaitu kebiasaan yang dimulai dari sendiri, hingga kebiasaan ketika bergabung bersama teman-teman. Kebiasaan-kebiasaan ini yang akan membuat anak-anak memiliki jiwa yang bahagia dan tumbuh menjadi anak mandiri. Kebiasaan yang ada di poster ini bisa ditanamkan sedini mungkin dan menjadi self-reminder juga untuk orang tua.

Menarik bukan?

Dari buku ini anak-anak bukan hanya sekedar membaca atau mendengarkan cerita. Mereka diajak untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik sejak dini. Kebiasaan-kebiasaan baik inilah yang akan terus mereka bawa dan menjadi bekal untuk tumbuh tangguh dan kuat dalam menghadapi tantangan derasnya arus informasi di era digital. Satu set buku Koleksi Cerita 7 Kebiasaan Anak Bahagia ini bisa diperoleh kisaran harga Rp. 120.000an hingga Rp. 160.000an.

Selamat membaca!

Zaman Di Mana Semua #MakinGampang

Hari itu kedua bocah saya sedang sakit. Beberapa hari memang si kembar kurang enak badan. Kara sedang dalam masa penyembuhan setelah panas tinggi, tiba-tiba Kira menyusul flu dan demam. Saya sudah terbiasa menangani dua bocah yang sakit dalam waktu hampir bersamaan. Tak heran karena flu memang mudah menular. Namun yang luar biasa, ternyata hari itu juga maag akut mama mertua saya kambuh. Kalau sudah begitu, saya bisa panik luar biasa. Jika biasanya saya bisa mengantarkan ke dokter, kali ini saya harus menjaga dua bocah yang sedang sakit. Jika biasanya saya bisa leluasa memasak atau membeli makanan, sekarang tenaga saya habis untuk merawat yang sedang sakit bersamaan.

Namun enaknya, sekarang sudah jamannya semua #MakinGampang. Nomor antrian dokter di puskesmas dan rumah sakit sudah bisa diambil lewat website. Pesan makanan bisa lewat telepon. Panggil ojek atau becak untuk antar ke puskesmas juga tinggal pencet nomor. Jadi tanpa perlu pergi kemana-mana, saya bisa melakukan banyak hal. Tanpa perlu beranjak keluar rumah, beberapa pekerjaan saya bisa terselesaikan sekaligus.

Begitu juga dengan urusan layanan asuransi. Sekarang sudah ada asuransi kendaraan yang memiliki layanan digital yang memudahkan pelanggannya. Layanan asuransi yang penting untuk dimiliki mama-mama yang rempong urusan anak, dengan tingkat mobilitas tinggi dan ogah ribet soal kendaraan. Dengan layanan digital yang dimilikinya, memungkinkan pelanggan untuk melakukan pembelian asuransi dan melakukan segala proses klaim secara online tanpa perlu keluar dari pagar rumah. Dari depan layar komputer, pelanggan bisa memilih lokasi klaim, memantau prosesnya, hingga mengecek status klaim.

Layanan Garda Oto Digital

Layanan Garda Oto digital adalah produk layanan yang dimiliki Asuransi Astra sebagai bentuk komitmen peningkatan layanan digital dan inovasi berkelanjutan. Layanan ini menawarkan cara baru berasuransi di era digital, di mana pelanggan dapat melakukan banyak hal tanpa perlu keluar rumah. Di jaman yang semua #MakinGampang memang sudah selayaknya untuk terus berinovasi membuat banyak kemudahan agar hidup juga gak jadi ribet.

Dengan layanan garda oto digital, pelanggan dapat membeli polis secara online di website www.gardaoto.com. Dengan membeli polis asuransi, pelanggan mendapat banyak bonus sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Bonus yang bisa dimiliki diantaranya:

  • Hadiah langsung E-toll On board unit
  • Hadiah langsung voucher optik Melawai
  • Spin to win galaxy note 8
  • Cicilan 0% dengan kartu kredit BCA, Bank Mandiri, dan PermataBank

Wuah… #MakinGampang klaimnya, banyak bonusnya!  Keren kan? Keren laaah…!

Garda Oto Digital #MakinGampang

Berikut beberapa layanan kemudahan yang ditawarkan Garda Oto Digital yang membuat semuanya #MakinGampang tanpa ribet:

  • Gampang memilih lokasi klaim

Layanan garda oto digital memungkinkan pelanggan memilih lokasi klaim yang dikehendaki. Di rumah, di kantor, di kampus, atau di mana saja, petugas garda oto siap mendatangi pelanggannya.

  • Gampang antar jemput kendaraan

Petugas garda oto akan datang untuk menjemput kendaraan dan membawanya ke bengkel. Setelah selesai, tanpa perlu beranjak dari kursi nyaman, petugas akan mengantar kembali kendaraan anda dari bengkel. #MakinGampang tanpa ribet, bukan?

  • Gampang pantau status klaim

Tak perlu cemas menanyakan keadaan kendaraan. Pelanggan dapat memantau semua proses dan status klaim dari rumah. Dengan Garda Mobile Otocare pelanggan dapat memantau status perbaikan kendaraannya dari ponsel.  Bersamaan dengan peluncuran Garda Oto Digital, Asuransi Astra juga  mengenalkan versi terbaru dari aplikasi Mobile yang merupakan penyempurnaan dari versi terdahulu, yaitu Otocare v3.0. Dengan aplikasi ini pelanggan dapat melakukan Survei, klaim, pengecekan status kendaraan, maupun antar jemput kendaraan.

mobile otocare 3.0

Sudah tak cemas lagi, bukan? Kalau semua semudah membalik telapak tangan, rasanya hati dan pikiran ikut damai ya… Itulah visi Asuransi Astra, “Bring peace of minds to millions”. Berbahagialan anda yang berada di wilayah JAKARTA, karena bisa menikmati layanan yang super kece ini. Semoga Garda oto bisa membawa kedamaian ke lebih banyak cabang yang ada di daerah lain yaa…

Untuk yang di Jakarta, kalau ingin mendapatkan layanan yang #MakinGampang dari Garda Oto Digital, bisa membelinya melalui website www.gardaoto.com . Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan:

  1. Setelah masuk ke website garda oto, baca informasi layanan dan highlight fiturnya. Lalu klik tombol “beli” yang terletak pada pojok kanan atas.
  2. Lengkapi data pada STEP 1 dengan mengisi informasi perlindungan dan kendaraan yang dimiliki. Pilih jadwal survey yang diinginkan. Lalu klik tombol “lanjut”.
  3. Isi data diri yang ada pada STEP 2 dan lengkapi dokumen yang diminta, kemudian klik tombol “lanjut”
  4. Pada STEP 3, baca ulang ringkasan data order dan total biaya polis. Pastikan semua sudah sesuai dengan pilihan, lalu pilih metode pembayaran.  Jika sudah selesai, klik tombol “bayar sekarang”.

Pastikan telah melakukan pembayaran penuh sebelum dilakukan survei kendaraan, baik melalui home survey atau survei di Garda Center. Pada setiap proses, pelanggan akan mendapatkan email notifikasi, baik pada jumlah pembayaran maupun pada panduan melakukan survei. Dalam email notifikasi tersebut, pelanggan juga mendapatkan detail terkait dengan masa akhir pembayaran polis dan masa survei kendaraan yang ditanggungkan. Polis yang diterima akan berupa softcopy. Polis fisik akan diterima setelah pelanggan melakukan survei dan melunasi semua pembayaran.

Gampang kan? Gampang laaah… Untuk yang di luar Jakarta, bersabar dulu yaa… Berdoa yang khusyuk. Biar Garda Oto bisa segera melebarkan sayapnya untuk memberikan layanan Garda Oto Digital hingga ke cabang di daerah lain. Biar kita semua bisa merasakan kedamaian yang sama. Kalau semua #makinGampang tentu bikin senang yaa… Sudah #Makingampang klaimnya, banyak bonusnya pula!

Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak

Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak

“Bunda tadi Si N bilang sama aku. Katanya aku tidak boleh berteman sama si J karena agama kita beda. Apa benar aku tidak boleh berteman sama J, bund?”

Itu adalah salah satu curhat bocah kembarku. Kontan saja aku tersentak mendengar curhatnya. Dia dan teman-temannya baru berusia kurang lebih 7 tahun. Tapi mendengar alasan temannya hatiku bergejolak juga. Banyak pikiran berkecamuk. Darimana si kecil mendengar alasan seperti itu? Apa yang diajarkan orang tuanya? Dan pola pikir seperti apa yang mereka harapkan dari generasi ini?

Kita semua tahu. Anak-anak ibarat spon bersih yang siap menyerap apa saja yang mereka lihat, dengar dan rasakan. Jika kita ingin spon menyerap warna biru, maka kita harus menyiapkan air berwarna biru. Jika kita ingin spon menyerap warna pelangi, maka kita juga harus menyiapkan air berwarna pelangi. Jika kita ingin anak-anak menjadi generasi yang maju, maka kita juga harus siap menjadi orang tua yang maju.

Anna Surti Ariani S.Psi M.Psi Psikolog (Mbak Nina)

Menurut psikolog, Anna Surti Ariani S.Psi M.Psi, atau akrab disapa mbak Nina, di acara Parenting seminar SGM Eksplor, anak generasi maju adalah anak yang supel, kreatif dan mandiri. Untuk mendidik anak menjadi supel, kreatif dan mandiri, orang tua wajib mengembangkan keterampilan sosialnya. Agar si kecil mampu bersosialisasi, orang tua harus memastikan anak memiliki tubuh yang sehat dengan mencukupi nutrisinya. Didik si kecil untuk mengembangkan daya imajinasinya agar mampu menjadi anak yang kreatif. Orang tua juga wajib melatih si kecil mengolah emosinya untuk membentuk mereka menjadi mandiri. Dengan demikian si kecil akan mampu bersosialisasi dengan baik.

Kita tidak mungkin akan terus menerus membatasi pergaulannya. Semakin lama, si kecil pasti akan tumbuh besar dan memiliki lingkungan sosialisasi yang makin beragam. Tidak mungkin juga akan kita kurung di dalam rumah kan? Nah, untuk menghadapi lingkungan sosialisasi yang makin luas inilah dibutuhkan keterampilan bersosialisasi bagi si kecil. Latih mereka sejak dini, ketika lingkungan masih sangat terbatas.

Berikut beberapa tips hal yang diperlukan si kecil agar mereka mampu bersosialisasi dengan baik :

1. Bangun kedekatan dengan orang tua

Dengan membangun kedekatan dengan orang tua, anak-anak akan memiliki orang tempat bertanya dan bercerita tentang apa saja yang ia alami di luar sana. Dengan kedekatan pada orang tua, si kecil juga akan lebih percaya diri berteman dengan siapa saja. Bangun suasana agar si kecil nyaman bercerita tentang apa saja tanpa rasa takut atau was-was.

2. Rasa percaya kepada orang tua

Ini penting untuk memberikan rasa aman bagi si kecil. Dengan rasa percaya pada orang tuanya sendiri, si kecil tidak akan pergi kemana-mana ketika ia memiliki masalah. Ia percaya bahwa orang tuanya adalah tempat yang aman untuk berlindung dan bercerita. Banyak anak-anak yang enggan bercerita kepada orang tuanya sendiri, karena orang tua tidak percaya pada si anak. Sehingga anak-anak lebih nyaman dan memilih bercerita pada orang lain. Tidak masalah jika tempatnya bercerita adalah orang yang tepat dan baik. Bagaimana jika ia bercerita pada orang yang salah? Tempat terbaik untuk bercerita dan bertanya adalah orang tua.

3. Mandiri

Latih anak menjadi mandiri dengan melakukan kebutuhan dasarnya sendiri. Melatih kemandirian tidak bisa instan, harus dimulai sejak dini. Lakukan dari hal-hal kecil dengan pipis dan cebok sendiri. Berlanjut mandi sendiri. Hingga  melatih anak-anak untuk membereskan mainan dan kamarnya sendiri. Melatih kemandirian ini penting untuk menyiapkan anak-anak terjun ke lingkungan sosialisasi yang lebih beragam. Anak yang memiliki jiwa mandiri akan lebih siap menyelesaikan permasalahan yang ditemuinya dalam bersosialisasi.

4. Mengenal Emosi

Ajarkan anak untuk mengenali emosinya sejak dini. Jika anak-anak mengenal emosinya, ia akan berlatih untuk mengontrolnya. Kemampuan mengontrol emosi ini penting dalam bersosialisasi. Kita sendiri tidak nyaman berteman dengan orang yang pemarah atau penggerutu, bukan? Inilah pentingnya mengajarkan mengontrol emosi.

5. Menjaga Diri Sendiri

Kita tidak tahu siapa saja yang akan ditemui anak-anak di luar sana. Kita juga tahu sifat manusia sangat beragam. Kita juga tidak bisa memprediksi niat yang dimiliki semua orang. Karena itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, latih si kecil agar bisa menjaga diri sendiri. Ajarkan pada anak-anak mengenal anggota tubuhnya. Beri tahu mereka mana saja yang boleh disentuh orang lain, dan bagian tubuh mana saja yang tidak boleh disentuh oleh orang lain. Ini penting untuk membuat si kecil mengerti bagian mana saja yang harus mereka lindungi. Karena berita yang kita dengar di media sosial dan televise bukanlah dongeng pengantar tidur. Hal itu nyata dan ada dimana-mana.

6. Kemampuan Komunikasi

Dengan kemampuan komunikasi yang baik, anak-anak akan dapat membangun hubungan yang baik dengan teman-temannya. Ajarkan pada mereka bagaimana caranya menghadapi teman yang sedang marah, teman yang sedang sedih, maupun teman yang sedang kesal. Dengan komunikasi yang baik juga menghindarkan anak-anak dari konflik yang berkepanjangan.

7. Fokus/konsentrasi dan Imajinasi

Kemampuan fokus atau konsentrasi dibutuhkan anak-anak dalam bergaul dengan teman-temannya. Kemampuan sosialisasi juga membutuhkan daya kreatif dalam berimajinasi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Semakin bagus daya konsentrasi anak-anak, semakin kreatif si anak, akan semakin luwes ia bergaul.

8. Empati

Ini yang sering membuat miris. Generasi yang semakin dekat dengan dunia digital terasa semakin menurun rasa empatinya. Mereka yang terbiasa fokus dengan dirinya sendiri, membuat mereka menjadi anak yang krisis empati. Didik si kecil agar mampu memahami yang dirasakan orang lain. Dengan kemampuan memahami perasaan orang lain, anak-anak akan mampu berempati.

Naaaahhh… itulah tips-tips yang dibagi saat acara Parenting Seminar SGM EKSPLOR kemarin. Acara yang menghadirkan Anna Surti Ariani S.Psi M.Psi Psikolog sebagai salah satu narasumber ini berlangsung meriah dengan banyak orang tua yang antusias bertanya tentang tumbuh kembang si kecil. Parenting seminar yang diberi tema “Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Generasi Maju” ini juga memberikan edukasi yang lengkap untuk mendidik anak-anak menjadi generasi maju yang cerdas bersosialisasi. Orang tua pun nampak antusias mengacungkan tangan dan bertanya dalam sesi tanya jawab.

Dari penuturan Astrid Prasetyo, Marketing Manager SGM Eksplor, seminar parenting ini diadakan sebagai wujud dukungan SGM Eksplor bagi orang tua untuk membentuk masa depan anak lebih baik. Dengan adanya seminar parenting yang diadakan di berbagai kota tersebut, diharapkan anak-anak bukan hanya sekedar mendapatkan nutrisi terbaik, namun juga memperolah pola asuh yang tepat. Dari seminar parenting tersebut diharapkan orang tua dapat mendampingi putra-putrinya  tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang maju, yaitu generasi yang memiliki kemampuan sosialisasi yang baik, kreatif dan mandiri.

Acara yang dipandu MC cantik Cici Panda berlangsung dari jam 9 pagi hingga pukul 12 siang. Orang tua pulang dengan perasaan kenyang. Bukan hanya kenyang di perut oleh hidangan yang berlimpah, namun juga kenyang di otak dengan ilmu baru yang bermanfaat.