Laskar Hijau Menjaga Warisan Gunung Lemongan

Gunung Lemongan adalah gunung berapi yang terletak di antara kota Lumajang dan Probolinggo. Titik tinggi gunung berapi ini secara lokal dinamakan Gunung Tarub. Gunung ini memiliki 27 kawah yang luas namun rata yang terbentuk dari oleh letusan freatomagmatik sehingga menyerupai danau. Beberapa di antaranya adalah Ranu Pakis, Ranu Klakah dan Ranu Bedali, terletak di sisi timur dan barat.

Hutan di Gunung Lemongan sempat mengalami krisis dan rusak parah akibat dari pembalakan liar, perluasan areal pertanian, kebakaran, hingga perambahan hutan. Akibatnya bukan hanya banjir dan longsor saat musim hujan namun juga menipisnya cadangan air di area hutan Gunung lemongan. Beberapa ranu jadi kering dan yang paling membuat warga sekitar sedih adalah mengeringnya sumur-sumur warga.

A’ak Abdullah Al-Kudus pendiri Laskar Hijau
Continue reading Laskar Hijau Menjaga Warisan Gunung Lemongan

Suprianto Haseng, Merajut Sejuta Mimpi Anak-Anak Batas

Pernahkah kalian membayangkan tinggal di daerah 3T, tertinggal, terluar, terpencil? Pulau Sebatik adalah pulau yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan berada di wilayah utara Indonesia. Sebatik masuk ke dalam provinsi Kalimantan Utara dan menjadi bagian dari kepulauan Aru. Luasnya hanya 300m2 dan mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan.

Suprianto Haseng di Patok perbatasa, patok 11 Sebatik Tengah untuk survey dalam rangka Kemah Literasi Perbatasan. (doc. IG @suprianto_haseng)
Continue reading Suprianto Haseng, Merajut Sejuta Mimpi Anak-Anak Batas

Menyalakan Cahaya Ilmu Di Antara Asa Pengungsi Timor Leste

Menurut data UNHCR ada hampir 300.000 jiwa pengungsi dari Timor Leste paska konflik lepasnya wilayah Timor Timur dari Indonesia. Ada sekitar 100.000 ribu di antaranya adalah anak-anak. Di antara ketidak pastian nasib di pengungsian, ada seseorang yang peduli akan pendidikan anak-anak tersebut. Daerah pengungsian yang ada di Nusa Tenggara Timur sebagai wilayah yang paling dekat dengan Timor Leste tersebar di 15 wilayah, salah satunya Atambua.

Adalah seorang Redemptus De Sales Ukat yang membantu memberikan bimbingan belajar secara gratis sejak tahun 2018 bagi anak para pengungsi Timor Leste. Lelaki lulusan sarjana Filsafat ini mendirikan Kelompok Belajar Oan Lidak yang berfokus pada pembelajaran literasi dasar (membaca, menulis dan berhitung). Redemptus juga mengajar bahasa Inggris bagi anak-anak yang sudah bisa membaca.

Redemptus di Oan Lidak (doc: instagram @tbmoanlidak)
Continue reading Menyalakan Cahaya Ilmu Di Antara Asa Pengungsi Timor Leste

Menerapkan Gaya Hidup Minimalis Sebagai Sarana Untuk Pulih

Tahun 2023 adalah tahun terberat dalam buku kehidupanku. Di awal tahun aku kehilangan tiga orang tersayang dalam waktu yang berturut-turut, suamiku, ibuku dan papa mertuaku. Kehilangan tersebut menjadi hantaman hebat dalam hidupku. Aku terpuruk, depresi dan linglung. Meski orang lain melihatku tampak tegar dan kuat, tapi aku tahu aku tidak sedang baik-baik saja.

Salah satu dampak depresiku adalah aku sempat terperangkap dalam impulsive buying. Aku membeli ratusan tas yang bahkan aku tidak tahu mau aku apakan tas-tas ini. Pada saat membeli aku merasa suatu saat aku akan membutuhkannya. Tapi ketika satu persatu tas itu datang, aku bahkan tidak tahu kapan aku akan menggunakannya. Tas-tas yang sangat-sangat banyak itu bahkan tidak lagi muat di lemariku.

Continue reading Menerapkan Gaya Hidup Minimalis Sebagai Sarana Untuk Pulih

Gede Andika Menyambung Asa Dan Cita Anak-Anak Dengan Kredibali

Banyak anak di Bali terancam putus sekolah ketika pandemi kemarin. Bali yang merupakan wilayah dengan masyarakat berpenghasilan dari sektor pariwisata menjadi salah satu yang terkena dampak parah secara ekonomi. Banyak yang terkena PHK atau dirumahkan sementara hingga kondisi kembali pulih. Salah satunya adalah warga di Pemuteran, Buleleng, Bali.

Pandemi memaksa anak-anak untuk menjalani sekolah dengan cara daring untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Namun banyak anak yang tidak memiliki perangkat untuk menjalani pembelajaran secara daring. Ditambah lagi orang tua siswa yang sebagian besar adalah korban PHK, memilih anaknya untuk berhenti sekolah dan membantu orang tua mencari nafkah. Bagi yang orang tuanya bertani, anak–anak biasanya membantu tugas mencari rumput, pakan ternak dan membantu memelihara ternak. Bagi yang orang tuanya nelayan biasanya anak-anak membantu melaut untuk mencari ikan.

Gede Andika inisiator program Kredibali (doc. Jejak Literasi Bali)
Continue reading Gede Andika Menyambung Asa Dan Cita Anak-Anak Dengan Kredibali

Merangkul Warga Untuk Budidaya Larva Lalat Demi Menyelamatkan Lingkungan Dan Ekonomi

Pernahkah kalian mendengar ujaran “jadilah seperti lebah, jangan jadi seperti lalat yang selalu hinggap di tempat sampah”? Lalat yang selalu diidentikkan dengan hal-hal yang dianggap kotor dan bau, ternyata memiliki peran yang sangat besar bagi Bumi dan manusia. Setidaknya bagi warga di desa Banjaranyar, Banyumas, Jawa Tengah. Melalui budidaya maggot yang merupakan larva dari lalat BSF, warga Banjaranyar bisa memperoleh penghasilan tambahan sekaligus mampu mengolah hingga ribuan kg per hari sampah organik.

Adalah Arky Gilang Wahab, pemuda dari Banyumas ini berhasil melakukan budidaya maggot menjadi berbagai bentuk produk yang banyak membantu meningkatkan perekonomian warga sekitar sekaligus menyelamatkan lingkungan. Usaha tersebut didirikan Arky karena keresahan melihat banyaknya sampah organik yang dihasilkan warga sekitar. Jika sampah-sampah tersebut hanya diolah menjadi kompos maka akan membutuhkan waktu sekitar 1-3 bulan agar kompos sempurna terolah. Dengan terbatasnya lahan pastinya akan menimbulkan timbunan sampah yang bau.

Foto Profile Arky Gilang Wahab warga Desa Banjaranyar, Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Penggagas budidaya Larva Maggot berpose dengan tim yang membantunya . (2/9/21) (Foto : Budi Purwanto)
Continue reading Merangkul Warga Untuk Budidaya Larva Lalat Demi Menyelamatkan Lingkungan Dan Ekonomi

Menjaga Nyala Lentara Remaja NTT Dengan Edukasi Kesehatan Seksual

Tahukah kalian akan tradisi Sifon di Nusa Tenggara Timur? Sifon adalah tradisi sunat untuk anak lelaki menggunakan bambu dan dilakukan secara tradisional. Yang membuat berbeda adalah, ketika selesai sunat dan kelamin masih berdarah, anak lelaki diharuskan melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang telah disiapkan oleh sang dukun. Tujuannya untuk meredakan rasa sakit dan nyeri paska sunat. Tradisi ini yang menjadi salah satu faktor penyebaran HIV/AIDS

Adalah Mariana Yunita Hendriyani Opat, perempuan asal Nusa Tenggara Timur yang berjuang untuk mendobrak tradisi tersebut melalui jalan edukasi yang lebih ramah untuk remaja dengan mendirikan Tenggara Youth Community. Ini adalah sebuah komunitas yang menjadi wadah untuk memberikan edukasi dan informasi mengenai hak kesehatan seksual dan reproduksi kepada remaja dan masyarakat umum. Perempuan yang akrab disapa dengan nama Tata ini merasa prihatin dengan minimnya informasi literasi tentang Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) di sekitar tempat tinggalnya.

Sumber: tampabatas.com
Continue reading Menjaga Nyala Lentara Remaja NTT Dengan Edukasi Kesehatan Seksual

Berikut Jadwal Debat Publik Pilgub Jatim 2024

Berikut Jadwal Debat Publik Pilgub Jawa Timur 2024

Setiap ada coblosan, urusan memilih calon pemimpin itu bukan hal yang mudah buat para emak-emak. Pengaruhnya besar sekali terhadap kegiatan harian. Kalau biasanya berangkat ke pasar bisa gosipin tetangga yang diam-diam nikah siri, jadi berdebat soal pilihan pemimpin masing-masing. Belum lagi urusan ledek-ledekan dan sindir-sindiran dengan teman di grup pengajian. Wis thalah, ruwet kalau urusannya sudah sama perempuan.

Nah apalagi calon gubernur Jawa Timur ini tiga-tiganya perempuan. Duh, menyala kaum wanita! Menunjukkan kalau perempuannya Jawa Timur itu super-super ya.. Bayangkan gimana nanti kalau mereka bertiga bertemu di debat publik yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Propinsi Jawa Timur. Penasaran gak sih jadwal debat publiknya kapan? Padahal Jakarta udah duluan, kok Jatim belum rilis juga nih.

Continue reading Berikut Jadwal Debat Publik Pilgub Jatim 2024

Merajut Asa Membangun karakter Dengan Sekolah Sayur

Di saat pemerintah sedang gencar menggaungkan pembangunan karakter dengan segala konsep kurikulum yang dirilis oleh Mas Menteri Pendidikan, ada sesosok lelaki yang jauh dari hiruk pikuk pemberitaan menerapkan konsep pembangunan karakter jauh lebih dulu. Padahal dengan segala privilege yang dimiliki masyarakat kota pada umumnya, masih banyak guru dan orang tua yang mengeluhkan tentang betapa ribetnya kurikulum saat ini. Tanpa mereka menyadari bahwa mereka sedang membangun karakter anak, penerus peradaban.

Adalah Muhammad Farid, lelaki asal Banyuwangi yang kini berusia 48 tahun, pendiri SMP Alam Banyuwangi Islamic School (BIS). Sekolah yang didirikan pada 6 Januari 2005 ini memiliki konsep yang luar biasa. Sekolah yang beralamat di Jl. KH. Imam Bahri Villa Alam Asri Jenesari Genteng, Genteng Kulon, Kec. Genteng, Kab. Banyuwangi Prov. Jawa Timur ini mengembangkan pembangunan karakter kepada murid-muridnya.

Sumber : Instagram @alam_615_official
Continue reading Merajut Asa Membangun karakter Dengan Sekolah Sayur

Belum Bisa Membaca, Salah Kurikulumnya Kah?

Belum Bisa Membaca, Salah Kurikulumnya kah?

Tulisan ini hanya luapan emosi sesaat emak-emak yang butuh menyalurkan 20 ribu kata. Masih pada inget gak beberapa waktu lalu marak berita tentang anak-anak usia SMP yang masih belum bisa membaca. Aku tidak tahu persis apakah benar-benar tidak bisa membaca atau bisa membaca tapi tidak tahu maknanya. Entah yang mana persisnya.

Mungkin mainku kurang jauh. Mungkin mainku masih sebatas pulau Jawa saja. Tapi melihat pola didik anak-anak TK jaman sekarang yang sudah mati-matian digembleng bisa baca tulis dan berhitung, kok rasanya agak aneh ya ada anak SMP yang belum bisa membaca sama sekali. Guru SD kelas 1 saja kalau tahu ada muridnya yang belum bisa membaca sudah mumet sembilan keliling dan melakukan segala upaya untuk bersinergi dengan orang tua murid gimana caranya agar si anak bisa membaca, setidaknya bisa mengeja. Iya apa iya?

Continue reading Belum Bisa Membaca, Salah Kurikulumnya Kah?