Risna Hasanudin Menyalakan Gulita Perempuan Kobrey
Kobrey adalah sebuah dusun di distrik Ransiki, Kabupaten Ransiki Manokwari Selatan. Jarak dusun Kobrey ke ibukota Manokwari sekitar 4-5 jam perjalanan darat. Dusun ini dihuni oleh suku Arfak, salah satu suku terbesar di Papua. Namun siapa sangka, meski dihuni oleh suku terbesar di Papua, namun akses pendidikan di dusun ini masih terbatas, terutama bagi anak perempuan.
Banyak anak perempuan di dusun ini yang putus sekolah, bahkan belum bisa membaca dan berhitung. Selain tingkat buta huruf yang tinggi, perempuan di Kobrey juga mengalami tingkat perkawinan anak yang tinggi. Ditambah lagi kualitas kesehatan yang memprihatinkan dengan banyaknya perempuan yang meninggal akibat kanker. Kondisi yang sangat memprihatinkan ini lah akhirnya menggugah seorang Risna hasanudin untuk bergerak membantu kaum perempuan di Kobrey.
Risna Hasanudin sendiri merupakan wanita kelahiran Banda Naira 36 tahun silam. Tekadnya bermula pada tahun 2012 ketika ia masih menjadi mahasiswa dari Universitas Pattimura Ambon yang sedang KKN dan merasa prihatin dengan nasib perempuan di Kobrey. Merasa jatuh cinta dengan Papua dan ingin ikut menjadi bagian dari kemajuan Papua, maka ia memutuskan untuk mendirikan rumah cerdas bagi perempuan di sini.
Rumah Cerdas Wanita Arfak, Nyala Bagi Gulita Perempuan Kobrey
Rumah cerdas Arfak ia dirikan untuk membantu perempuan-perempuan Arfak agar bisa membaca dan menulis. Rumah cerdas Arfak ini didirikan pada tahun 2014 berkat dukungan dari kepala kampung Kobrey, Esap Enyomusi. Kepala kampung yang masih berusia 27 tahun tersebut menyambut hangat bantuan dari Risna. Ia bahkan memberikan tempat tinggal dan fasilitas berkegiatan bagi Risna.
Para perempuan di dusun ini terbiasa dengan kehidupan bebas di alam. Mereka terbiasa berburu dan mengambil hasil hutan yang tersedia berlimpah di alam. Kegiatan membaca dan menulis dianggap tak terlalu banyak membantu dan memberikan manfaat kehidupan bagi mereka. Rumah cerdas wanita Arfak inilah yang digunakan Risna untuk membantu mengubah pola pikir mereka.
Risna memulai pendekatan dengan mengajak wanita dewasa di suku Arfak untuk membuat Noken dan menjualnya lebih luas. Jika biasanya mereka hanya membuat untuk digunakan sendiri atau dijual di kalangan suku sendiri dengan harga yang murah, maka Risna mulai memasarkan Noken secara online dan memberikan harga penjualan yang lebih tinggi sehingga memberikan manfaat ekonomi yang lebih bagi perempuan Kobrey.
Sambil memberikan edukasi cara pemasaran yang baru, Risna memberikan pengajaran pola pembinaan usaha mikro bagi perempuan di sana. Pelajaran membaca dan menulis ia berikan sore hari ketika waktu sudah mulai senggang. Risna memberikan pelajaran mulai dari mengenal huruf, membaca, menulis dan berhitung bagi perempuan-perempuan di Kobrey. Hasilnya setelah satu tahun banyak anak dan wanita di Kobrey yang akhirnya melek huruf.
Selain mendirikan rumah cerdas wanita Arfak, Risna juga mendirikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan perpustakaan keliling di beberapa lokasi di Manokwari. Ia juga mulai mengajak beberapa relawan untuk membantunya memberikan pembelajaran di beberapa tempat sekaligus. Apa yang dilakukan Risna dan para relawan tersebut bukan hanya memberantas angka buta huruf, namun juga memberikan peningkatan kesejahteraan dan meningkatkan penghidupan layak bagi warga dan perempuan di sana.
Tak Sekedar Penolakan, Risna Bahkan Mendapat Pelecehan Seksual
Awalnya Risna mendirikan rumah cerdas dan memberikan pengajaran tersebut masih menggunakan dana pribadi. Ia merogoh koceknya sendiri untuk memulai berbagai kegiatan di Kobrey, termasuk membeli berbagai peralatan untuk bahan mengajar. Namun begitu banyak penolakan yang ia dapatkan karena masih lekatnya stigma bahwa perempuan tidak membutuhkan ilmu yang terlalu tinggi untuk merawat anak dan merawat rumah.
Tak sekedar penolakan, Risna bahkan pernah mengalami pelecehan seksual. Bukan hanya sekali ia mengalami kekerasan tersebut bahkan hingga beberapa kali. Namun itu semua tak menyurutkan langkah Risna dalam mencerdaskan warga di Manokwari. Kejadian demi kejadian kekerasan seksual sempat menyebabkan Risna mengalami trauma psikologis. Ia membutuhkan waktu beberapa lama untuk menenangkan diri dengan kembali ke Ambon, kota asalnya.
Kekerasan fisik, kekerasan seksual hingga kekerasan mental yang ia terima tak menyurutkan langkah Risna. Ia mendapat banyak dukungan dari warga lain, termasuk orang tuanya dan kepala kampung setempat. Mereka yang membantu Risna untuk pulih dan berdiri lagi. Meski dari semua yang ia alami telah ia bawa ke jalur hukum namun keadaan memaksanya untuk menyelesaikan lewat jalur damai dan musyawarah tradisional. Ada misi yang lebih besar yang ia harus bawa dalam menyelesaikan berbagai permasalah di Arfak tersebut.
Buah Manis Perjuangan
Perjuangan yang ia lakukan selama beberapa tahun di Papua ternyata memberikan buah perjuangan yang manis. Tak sekedar mendapat sambutan positif dari masyarakat dan relawan, namun Risna juga berhasil memperoleh penghargaan bergengsi. Adalah PT. Astra International Tbk yang memberikan penghargaan SATU Indonesia Awards. Penghargaan tersebut ia terima pada tahun 2015 sebagai pelopor pendidikan di tanah Papua.
SATU Indonesia Awards sendiri merupakan penghargaan yang diberikan kepada individu atau kelompok yang menjadi pelopor dalam menyebarkan hal-hal baik dan positif bagi lingkungan sekitarnya. Ada lima pilar yang menjadi fokus dalam pemberian penghargaan tersebut, diantaranya adalah pilar Kesehatan, pilar Pendidikan, pilar lingkungan , pilar kewirausahaan (UMKM) dan pilar teknologi. Penghargaan seperti ini diharapkan dapat menjadi rangsangan bagi lebih banyak lagi sosok-sosok seperti Risna yang mampu berjuang melakukan perubahan bagi lingkungannya.
Bagi Risna sendiri pemberian penghargaan seperti ini diharapkan bisa memberikan dampak yang lebih luas lagi bagi usahanya dalam memajukan Papua. Dari berbagai pemberitaan dan hadiah yang diterima semoga bisa menjadi inspirasi bagi yang lain untuk dapat turun dan membantu Papua lebih maju lagi. Orang-orang yang serupa Risna juga diharapkan akan mendapatkan bantuan, dukungan dan perlindungan dari aparat maupun pemerintah setempat dalam menjalankan misinya memajukan Papua.
No Comments :