Suprianto Haseng, Merajut Sejuta Mimpi Anak-Anak Batas
Pernahkah kalian membayangkan tinggal di daerah 3T, tertinggal, terluar, terpencil? Pulau Sebatik adalah pulau yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan berada di wilayah utara Indonesia. Sebatik masuk ke dalam provinsi Kalimantan Utara dan menjadi bagian dari kepulauan Aru. Luasnya hanya 300m2 dan mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan.
Pulau sebatik terbagi menjadi dua, pulau Sebatik bagian selatan yang merupakan bagian dari wilayah Indonesia dan bagian utara yang merupakan wilayah negara Malaysia. Fasilitas di pulau ini masih terbilang sederhana. Seperti akses kesehatan hanya ada puskesmas. Jika ingin mendapatkan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap, warga harus pergi ke pulau seberang. Akses terhadap teknologi juga masih terbatas.
Akses anak-anak terhadap buku juga masih terbatas di pulau Sebatik. Hanya ada 1-2 perpustakaan saja di pulau ini. Angka buta aksara di pulau Sebatik termasuk salah dari 10 wilayah dengan jumlah buta aksara tertinggi. Kondisi seperti inilah yang menjadi awal keprihatinan seorang Suprianto Haseng.
Suprianto Haseng, Membuka Akses Literasi Di Sebatik
Suprianto Haseng adalah putra pulau Sebatik yang beruntung karena bisa berkuliah di Jakarta. Namun banyak anak-anak di pulau Sebatik yang tidak seberuntung dirinya. Akses terhadap pendidikan mereka masih terbatas. Maka ketika Suprianto pulang kampung, banyak kawan atau teman-temannya yang kagum tentang betapa mudahnya akses terhadap buku dan internet di pulau Jawa.
Berbekal rasa prihatin akan tingkat literasi dan pendidikan di sekitarnya, Suprianto membentuk komunitas SEJUMI. Komunitas ini bergerak mengumpulkan buku-buku dari para donatur untuk nantinya dibawa untuk disebarkan ke berbagai wilayah di pulau Sebatik. Agar bisa membawa buku-buku donasi ini, Suprianto Haseng bekerja sama dengan PT. Pos Indonesia.
Selain menyebarkan buku-buku di berbagai wilayah di Nunukan, komunitas Sejumi juga membuat pustaka keliling yang bergerak ke berbagai desa di pulau Sebatik. Pustaka keliling ini tujuannya untuk menghampiri anak-anak agar lebih mudah termotivasi membaca buku. Dengan adanya konsep pustaka keliling ini juga menjadi sarana untuk merangsang minat baca dan tingkat literasi bagi anak-anak di wilayah terpencil.
Rumah Baca Teras Perbatasan, Menampung Buku Dan Mimpi Anak Batas
Buku dari donatur di berbagai wilayah yang dikirim untuk anak-anak di pulau Sebatik, ditampung di Rumah Baca Teras Perbatasan. Rumah Baca ini didirikan kawan-kawan relawan seperjuangan Suprianto selain untuk menampung buku-buku hasil donasi, juga untuk menampung anak-anak yang ingin membaca buku-buku tersebut. Rumah baca Teras Perbatasan tak sekedar menampung buku, namun juga menampung mimpi-mimpi anak di wilayah perbatasan.
Bersama kawan-kawan relawan di rumah baca Teras Perbatasan, Suprianto menggelar banyak kegiatan, seperti rumah belajar, selasar rumah baca, lomba literasi, kegiatan kelas inspirasi, One Day One Trash Bag, juga termasuk kegiatan edukasi dan sosial lainnya. Meskipun kini Suprianto banyak berkecimpung dalam penyuluhan anti korupsi, namun Suprianto masih melakukan pendampingan di banyak kegiatan literasi di pulau Sebatik ini.
Kendala Dalam Menghidupkan Nyala Literasi
Upaya Suprianto Haseng dalam menghidupkan nyala literasi bukan tanpa kendala. Namun kendala-kendala tak menyurutkan langkah Suprianto dalam menebar manfaat literasi melalui buku-buku yang dibawanya. Beberapa kendala seperti susahnya akses pengiriman buku menjadi salah satunya yang pernah dihadapi. Namun kendala tersebut bisa teratasi berkat bantuan PT. Pos Indonesia. Selama dua setengah tahun pertama pengiriman donasi buku ke berbagai wilayah di Kalimantan Utara.
Rendahnya minat literasi juga menjadi kendala yang paling sering dihadapi. Suprianto bersama kawan-kawan pegiat literasi harus memutar otak untuk mencari dan meramu program-program menarik sehingga anak-anak tertarik untuk membaca. Tak jarang para relawan harus jemput bola untuk menarik minat baca anak-anak dengan pustaka keliling.
Berbagai program termasuk kelas inspirasi dibuat untuk membantu meningkatkan kesadaran tentang betapa pentingnya bersekolah, belajar dan membaca. Dalam kelas inspirasi, Suprianto bekerja sama dengan banyak pihak termasuk para TNI untuk mengajak anak-anak memiliki mimpi dan cita-cita yang tinggi. Untuk meraihnya tentu saja harus sekolah yang rajin, banyak membaca dan belajar.
Berkat kegigihannya dalam menyalakan literasi di berbagai wilayah di Nunukan dan Pulau Sebatik, Suprianto Haseng berhasil masuk sebagai penerima penghargaan SATU Indonesia Award yang diberikan oleh PT. Astra International Tbk. Semoga dengan adanya orang-orang segigih Suprianto Haseng, nyala literasi di Indonesia akan semakin terang dan mimpi-mimpi anak-anak di berbagai wilayah di Indonesia akan terwujud, tanpa ada diskriminasi wilayah dan fasilitas.
No Comments :