Gede Andika Menyambung Asa Dan Cita Anak-Anak Dengan Kredibali
Banyak anak di Bali terancam putus sekolah ketika pandemi kemarin. Bali yang merupakan wilayah dengan masyarakat berpenghasilan dari sektor pariwisata menjadi salah satu yang terkena dampak parah secara ekonomi. Banyak yang terkena PHK atau dirumahkan sementara hingga kondisi kembali pulih. Salah satunya adalah warga di Pemuteran, Buleleng, Bali.
Pandemi memaksa anak-anak untuk menjalani sekolah dengan cara daring untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Namun banyak anak yang tidak memiliki perangkat untuk menjalani pembelajaran secara daring. Ditambah lagi orang tua siswa yang sebagian besar adalah korban PHK, memilih anaknya untuk berhenti sekolah dan membantu orang tua mencari nafkah. Bagi yang orang tuanya bertani, anak–anak biasanya membantu tugas mencari rumput, pakan ternak dan membantu memelihara ternak. Bagi yang orang tuanya nelayan biasanya anak-anak membantu melaut untuk mencari ikan.
Gede Andika yang saat itu baru menyelesaikan sekolah sarjana dan sedang menanti pengumuman beasiswa sekolah magister, terpaksa menunda sekolahnya demi bisa membantu menyambung asa ana-anak di desanya untuk dapat meraih cita-cita. Hingga kemudian dari berbagai diskusi, lahirlah Kredibali sebagai salah satu program untuk wadah anak-anak belajar bahasa dan literasi.
Kredibali, Misi Lingkungan Dalam Literasi
Kredibali adalah singkatan dari Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan yang berada di Bali. Program Kredibali diinisiasi oleh I Gede Andika Wira Teja. Gede Andika begitu ia sering disapa mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak usia sekolah yang sedang terdampak pandemi untuk mencegah angka putus sekolah. Program Kredibali merupakan bagian dari komunitas Jejak Literasi Bali yang sudah didirikan oleh Gede Andika sejak tahun 2019.
Jejak Literasi Bali adalah komunitas yang menjadi wadah edukasi literasi bagi anak-anak melalui berbagai metode seperti dongeng, membaca, mewarnai, permainan interaktif dan sejenisnya. Dalam program Kredibali Gede Andika mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional yang pastinya membawa banyak manfaat jika nantinya pariwisata kembali pulih. Dalam misi literasinya tersebut, Gede Andika menyisipkan misi cinta lingkungan di dalamnya.
Les atau kursus bahasa Inggris yang biasanya mahal dan susah terjangkau bagi warga Desa Pemuteran, tidak menjadi kendala bagi Gede Andika. Ia mengajak anak-anak yang ingin mendaftar di program Kredibali membayar menggunakan botol-botol plastik bekas. Nantinya botol-botol tersebut akan ditukar dengan beras yang nantinya akan disumbangkan ke para lansia yang kurang mampu. Program berkelanjutan seperti ini akhirnya mendapat sambutan antusias dari anak-anak yang memang memiliki semangat belajar.
Perkembangan Program Kredibali
Pada saat dijalankan dan mendapat respon positif dari anak-anak dan pelaku pendidikan, maka program Kredibali juga dibuka di Desa Batur. Berbeda dengan desa Pemuteran, untuk anak-anak di Desa Batur membayar pelatihan dengan menyiram tanaman sebelum berangkat belajar. Desa Batur yang awalnya marak daerah yang gundul akhirnya kembali hijau. Anak-anak di desa Batur juga diajak untuk menanam satu pohon per anak untuk menghijaukan kembali wilayah desanya.
Program peduli lingkungan di tengah misi edukasi literasi tersebut bukan tanpa alasan. Bali yang merupakan terkenal sebagai daerah wisata menjadi jujugan para wisatawan asing dan menghasilkan banyak sampah. Jika dibiarkan tanpa ada yang peduli tentang tata kelola sampah, tentu akan menjadi daerah yang kotor dan tak lagi menarik. Karena itu penting untuk memberikan edukasi lingkungan bagi anak-anak yang menjadi generasi penerus.
Hingga tahun 2023 kemarin, Gede Andika sudah berhasil mengumpulkan sampah plastik lebih dari 700 kg dan ditukar dengan lebih dari 300 kg beras untuk ratusan lansia kurang mampu. Capaian tersebut baru berasal dari desa Pemuteran saja. Belum termasuk desa Gianyar dan capaian program penghijauan di desa Batur. Ternyata langkah kecil yang kita ambil jika dilakukan secara konsisten akan memiliki dampak yang luar biasa.
Tidak Disetujui Warga Hingga Ditolak Aparat
Tidak ada program yang jalan tanpa kendala. Pun demikian dengan program Kredibali yang tampaknya sederhana. Tapi ternyata tetap juga mengalami kendala. Ketika program ini pertama kali digaungkan oleh komunitas Jejak Literasi Bali, Gede Andika dan kawan-kawan mendapat penolakan dari para warga yang anaknya ingin mengikuti program. Masyarakat yang kala itu terdampak PHK akibat pandemi banyak yang mengkhawatirkan mahalnya biaya pelatihan.
Jangankan untuk membayar pelatihan, saat itu untuk dapat membeli makan dan bisa bertahan hidup saja sudah menjadi satu berkah yang luar biasa. Namun akhirnya warga menjadi antusias setelah tahu kalau mereka cukup membayar hanya dengan botol plastik saja atau dengan menyiram tanaman atau menanam satu pohon. Dengan demikian anak-anak bisa terus melanjutkan pelajaran tanpa perlu ribet dengan gadget dan akses internet. Anak-anak masih bisa terus sekolah.
Tak berhenti sampai disitu. Setelah mendapat persetujuan dari warga, penolakan datang dari para aparat. Buleleng yang saat itu menjadi zona merah penyebaran Covid-19 sempat menjadi fokus yang tinggi ketika Gede Andika meminta izin untuk mengadakan pertemuan luring untuk mengadakan pelatihan. Khawatir anak-anak dan keluarganya akan menjadi carrier dan menambah angka penularan, Gede Andika sempat ragu.
Ketika belajar tentang pola penyebaran virus dan protokol kesehatan, Gede Andika dan kawan-kawan berusaha meyakinkan aparat dan satgas Covid-19 untuk tetap patuh pada aturan ketat protokol kesehatan. Melihat kesungguhan dan kesiapan komunitas Jejak Literasi Bali, akhirnya aparat pun mengizinkan diadakannya pertemuan luring untuk anak-anak bisa belajar bersama.
Apresiasi Dari Berbagai Pihak
Capaian luar biasa yang dilakukan Gede Andika bersama komunitas Jejak Literasi Bali tersebut mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Apresiasi tersebut bukan tanpa alasan. Dengan berbagai kendala yang telah dihadapi dalam menyambung asa dan cita-cita anak-anak di berbagai desa di Bali, Gede Andika dan kawan-kawan juga mampu mewujudkan perubahan positif di bidang lingkungan. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Bukan sekedar mewujudkan misi edukas namun juga membawa misi lingkungan.
Salah satu apresiasi datang dari Astra Indonesia. Melalui program SATU Indonesia Award adalah bentuk apresiasi PT Astra International Tbk untuk anak muda di Indonesia yang mampu membawa perubahan besar untuk kemajuan bangsanya. Penghargaan diberikan bagi pemuda-pemudi yang berkiprah di lima bidang, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi. SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia tak sekedar memberikan penghargaan namun juga memberikan pendampingan penerima penghargaan agar dapat terus menjalankan visi misi programnya masing-masing demi kemajuan bangsa.
Dengan adanya apresiasi dan penghargaan dari berbagai pihak untuk program-program positif yang dikembangkan oleh para anak muda, semoga akan bisa bisa menjadi umpan bagi tumbuhnya Gede Andika yang lain dan membawa perubahan dan perkembangan di berbagai wilayah di Indonesia.
No Comments :