Tingkat “Kewarasan” dan Jam Tidur
Setelah hampir 2 minggu tidak memegang laptop, hari ini saya bersorak bahagia bisa pegang keyboard dan mouse lagi. Walau banyak PR menumpuk cantik di sebelah, curcol dulu masih sah kan ya?!
3 hari ikut menghadiri #TemuBunda2016 bersama SGM, sampai rumah keesokan harinya bocah saya demam tinggi dan muntah hebat. Beberapa hari kemudian saudara kembarnya menyusul demam. Alhamdulillah tidak disertai muntah. Tapi yang bikin saya gak bisa tidur, Kara yang badannya paling mungil, berat badan tidak pernah diatas garis merah, kok ya 2 hari muntah hebat dan gak bisa masuk makanan apapun walau hanya sebutir nasi. Berat badannya drop, kuruuus sekali. Miris lihatnya. Tapi dia memang tipe bocah yang tangguh. Masih bisa ke kamar mandi jalan sendiri, minum apapun mau. Minum 1 gelas muntah, dia minta disendokin. Makan buah muntah, dia minta di jus. Ini anaknya yang inisiatif minta, bukan bundanya. Keinginannya untuk sembuh luar biasa. Karena itulah beberapa hari, jangankan pegang laptop, waktu tidur tercukupi saja sudah alhamdulillah.
Baca juga: Pertolongan Pertama Pada Gastroenteritis
Waktu tidur yang cukup bagi saya penting banget. Karena biasanya tingkat “kewarasan” saya berbanding lurus dengan kecukupan jumlah jam tidur. Kalau saya sudah ngantuk berat, dan bocah saya bikin ulah, jangan ditanya saya bisa berubah jadi apa. Ayahnya saja geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya. Duh, maaf yaaa.. itu diluar kendali saya. Karena itu, ketika alarm mata istrinya sudah menyala merah, tak jarang si ayah mengambil alih tugas saya untuk menemani tidur para bocah.
Sepertinya mata dan otak saya kerjanya sinkron dan kompak sekali. Saat mata sudah ingin terpejam, otak susah sekali diajak kerja dengan damai. Ini faktor apa coba?! Adakah yang senasib dengan saya?
Lantas apakah kebutuhan tidur saya selalu tercukupi dengan aman sentosa bahagia selamanya?! Hemmm… Sayangnya saya masih hidup di dunia nyata. Yang terkadang keadaan dan kenyataan tak selalu sesuai impian dan harapan. Banyak sekali kejadian yang harus membuat jatah jam tidur saya berkurang. Jaman menyusui si kembar, total dalam sehari saya hanya bisa tidur 2 jam, dengan durasi terputus-putus tiap 10 menit harus bangun demi menyusui. Jangan ditanya saya seperti apa. Saya merasa sudah seperti robot yang hanya bangun untuk menyusui, makan, dan minum. Anak nangis saya ikut nangis. Yaaa.. untunglah tak berlangsung lama, saya kembali waras berkat bantuan orang-orang sekitar termasuk suami.
Sering juga saya harus menyelesaikan kerjaan hingga larut malam, dan pagi hari harus sudah bangun, menunaikan tugas sebagai istri dan ibu yang harus menyiapkan sarapan dan lain sebagainya. Untuk mensiasati kecukupan waktu tidur, biasanya saat bocah tidur siang, saya bayar hutang dengan ikut tidur siang. Kalau waktu tidur malam cukup sih, tak perlu lah tidur siang. Seperti saat ini, anak-anak sudah damai tidur di kamarnya, waktu saya habiskan untuk nulis curhatan gak penting ini, padahal tugas kantor menumpuk cantik.
Begitulah, terkadang kebahagiaan seorang ibu itu sungguh sederhana. Hanya dengan memberikan waktu yang cukup untuk tidur, maka mood dan tingkat kewarasan dapat terjaga. Percayalah, kalau ibu senang, keadaan dan suasana rumah pasti aman terkendali.
Sekian curhat hari ini. Selamat beraktivitas kembali. Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca curhatan gak terlalu penting ini. Semoga tidak mengganggu jam istirahat kalian yaa… Jangan lupa tidur yang cukup, demi kesehatan jiwa dan raga.
Kalau tidur ga cukup, sebaiknya coba nonton drama Korea, biar waras hahahaha
Justru kecanduan drama korea bikin tidur gak cukup, maak… haha.
Aku banget nih, nyempetin boci wkwk… megang kerjaan rumah dan nongkrongin anak seharian itu bikin tepar bgt, bahaya klo lesu2. Soalnya main pun harus ngawasin sendiri, bapake pegi pagi pulang malem