Mendampingi Anak Dalam Stimulasi Motorik
Mendampingi Anak Dalam Stimulasi Motorik
Beberapa waktu lalu kunyil mendapat tugas pramuka untuk menggambar arah mata angin. Sebenarnya tugas itu sederhana saja. Tinggal digaris, diwarnain, jadi deh. Tapi saya tidak pernah menduga bahwa tugas tersebut menjadi sangat menantang bagi salah satu kunyil.
Ternyata dia mengalami kesulitan dalam menghubungkan satu titik dengan titik yang lainnya menggunakan penggaris. Koordinasi tangan dan matanya lemah, sehingga ia kesulitan menghubungkan titik yang tepat. Ia kesulitan memegang penggaris dengan jarinya sehingga penggaris itu bergerak ketika dipakai. Ia juga kesulitan melihat titik awal dan titik tujuan, sehingga kadang titik tidak tersambung sempurna. Itu membuatnya frustasi.
Dulu sewaktu mereka masih balita kami sering bermain menghubungkan titik menggunakan garis-garis yang sudah dibentuk zigzag, lengkung, lurus dan lain sebagainya. Namun semua itu tanpa alat bantu seperti penggaris. Ternyata menggunakan alat bantu seperti penggaris butuh keterampilan tersendiri untuk anak-anak yang memiliki motorik lemah.
Untuk mereka yang memiliki motorik lemah ternyata memang butuh stimulasi lebih untuk menguatkan motorik kasarnya, koordinasi tangan dan kaki, maupun koordinasi mata dan tangan. Sepertinya hal tersebut baru saya sadari setelah kunyil mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya.
Sebagai ibu yang galau, maka saya membuat status di sosial media tentang kesulitan si kunyil ini. Tak disangka respon yang saya terima luar biasa. Terima kasih kepada jaringan pertemanan yang concern dengan masalah parenting. Saya tidak dihakimi, bahkan banyak yang membagi pengalamannya yang serupa. Sungguh kalian semua teman-teman parenting terbaik.
Ada teman yang membagi pengalaman serupa tentang anaknya yang sudah seusia Kunyil. Ia bercerita tentang segala tes yang dilalui dan rangkaian stimulasi yang ia lakukan bersama anaknya hingga kini. Melakukan stimulasi motorik kasar adalah salah satunya. Maka anaknya dilatih untuk mengangkat beban yang agak berat untuk menguatkan otot bahunya.
Anak juga diminta bermain bola bekel, lempar-tangkap bola dan lain sebagainya untuk menguatkan koordinasi mata dan tangannya. Saya galau kembali, akankah stimulasi yang kami lakukan nantinya masih belum terlambat? Tapi teman yang lain bercerita, tidak ada kata terlambat. Bahkan itu terjadi pada dirinya dan membuat dia mengalami banyak kesulitan seperti orang kikuk yang sering menjatuhkan barang.
Teman yang lain berbagi kisah yang berbeda lagi. Ia bercerita sedang membangun sebuah media pembelajaran yang diperuntukkan bagi para ibu yang memiliki anak usia balita. Kita semua tahu bahwa dampak pandemi membuat anak-anak tersebut tidak dapat menikmati pembelajaran di sekolah bersama para guru, bunda atau teachernya. Sehingga terkadang orang tua tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk melatih atau merangsang motorik dan kecerdasan yang lainnya.
Demikian juga Nena dan anaknya. Ia berpikiran untuk membuat sendiri lesson plan bagi anaknya yang berusia 4 tahun. Pengalamannya sebagai seorang guru pra sekolah dan merancang kurikulum pendidikan usia dini selama bertahun-tahun, membuatnya tergugah untuk sharing pengalaman dengan orang tua lain.
Tanpa diduga respon yang didapat ternyata di luar dugaan. Banyak orang tua yang mengalami hal serupa. Lantas bersama dengan teman-teman seprofesinya yang terdampak covid-19 karena sekolah ditutup, maka ia mulai membuat program pendampingan.
Program tersebut menyatukan para orang tua yang mengalami kendala serupa. Nena dan teman-temannya membuat semacam group untuk para orang tua melalui sosial media. Ia membagi lesson plan, worksheet dan menganalisa hasil anak-anak tersebut untuk mengetahui perkembangan anak. Lantas ia akan memberitahukan kepada orang tua tentang penilaian tersebut.
Bagi orang tua yang sedang bekerja di rumah atau tidak bekerja, mendampingi anak dengan dibantu adanya lesson plan yang terarah ternyata sangat berharga. Orang tua jadi tahu stimulasi apa saja yang bisa diberikan dan bagaimana caranya melakukan stimulasi tersebut. Namun kendala kedua muncul tak lama kemudian. Bagaimana dengan orang tua yang bekerja dan membutuhkan waktu yang lebih intens untuk anak-anaknya bertemu dengan teachernya?
Maka Nena memberikan alternatif program pendampingan yang lebih intensif melalui zoom meeting. Dalam pendampingan tersebut Teacher akan mengarahkan dan memberikan perhatian lebih intensif bagi orang tua dan anak.
Pada mulanya, program tersebut ia bagikan cuma-cuma bagi para orang tua. Namun ternyata semakin lama peminatnya semakin banyak. Hal tersebut membuat tenaganya dan teman-temannya banyak terkuras. Maka mau tidak mau ia mulai mengenakan fee untuk mengganti paket data dan uang lelah bagi teman-temannya. Namun tetap tidak ingin memberatkan orang tua yang sedang sama-sama mengalami dampak pandemi.
Program pendampingan tersebut ia patok mulai dari harga 20.000 (dua puluh ribu) per bulan. Sangat terjangkau bukan? Tapi sangat membantu untuk mendapatkan lesson plan dan worksheet dalam membantu anak-anak belajar di rumah.
Untuk informasi program pendampingan tersebut bisa menghubungi Teacher Nena di instagramnya @asmadeyna. Banyak testimoni yang sudah masuk dari para orang tua mengenai perkembangan anak-anaknya. Dari yang awalnya tidak suka buah dan sayur jadi mau makan buah dan sayur. Bahkan berkat lesson plan yang ia berikan banyak anak yang sudah bisa berhitung dan membaca.
Memberikan stimulasi bagi anak-anak sedini mungkin memang mutlak hukumnya. Semakin awal diberikan, hasil yang didapat akan semakin maksimal. Jangan putus harapan mendampingi anak-anak ya. Terus berikhtiar, Insyaallah orang-orang baik masih banyak yang mau membantu.
No Comments :