Merajut Asa Membangun karakter Dengan Sekolah Sayur
Di saat pemerintah sedang gencar menggaungkan pembangunan karakter dengan segala konsep kurikulum yang dirilis oleh Mas Menteri Pendidikan, ada sesosok lelaki yang jauh dari hiruk pikuk pemberitaan menerapkan konsep pembangunan karakter jauh lebih dulu. Padahal dengan segala privilege yang dimiliki masyarakat kota pada umumnya, masih banyak guru dan orang tua yang mengeluhkan tentang betapa ribetnya kurikulum saat ini. Tanpa mereka menyadari bahwa mereka sedang membangun karakter anak, penerus peradaban.
Adalah Muhammad Farid, lelaki asal Banyuwangi yang kini berusia 48 tahun, pendiri SMP Alam Banyuwangi Islamic School (BIS). Sekolah yang didirikan pada 6 Januari 2005 ini memiliki konsep yang luar biasa. Sekolah yang beralamat di Jl. KH. Imam Bahri Villa Alam Asri Jenesari Genteng, Genteng Kulon, Kec. Genteng, Kab. Banyuwangi Prov. Jawa Timur ini mengembangkan pembangunan karakter kepada murid-muridnya.
Muhammad Farid mendirikan sekolah ini ketika usianya 29 tahun. Sekolah yang berdiri di atas tanah wakaf seluas 4000 meter persegi ini awalnya dibangun untuk bahan pendukung tesisnya yang sedang menempuh pendidikan Strata 2 (S2). Awalnya banyak orang tua yang meragukan sekolah yang baru dirintisnya ini. Bahkan sempat kesulitan mendapatkan murid. Farid, begitu ia biasa disapa, harus blusukan ke pasar-pasar untuk mencari anak-anak yang mau sekolah.
Usahanya membuahkan hasil. Banyak anak yang mau bersekolah karena konsepnya yang unik. Ketika sekolah pertama kali berdiri, Farid hanya membangun aula, mushola kecil, satu sanggar dan beberapa saung sederhana. Terinspirasi dari konsep sekolah alam, Farid memberikan keleluasaan bagi tenaga pengajar dan murid-muridnya untuk mengadakan pembelajaran di mana saja. Namun alih-alih mengenakan biaya yang mahal seperti layaknya sekolah alam pada umumnya, Farid memperbolehkan sekolah dibayar dengan sayur-mayur bahkan dengan doa sekalipun.
Awalnya sayuran tersebut digunakan untuk membayar gaji para guru. Inilah juga yang menjadi alasan SMP Banyuwangi Islamic School ini sering disebut sebagai “sekolah sayur”.
Namun seiring berjalannya waktu, sekolah sudah mampu membayar gaji guru dengan uang dan sudah mulai banyak murid-murid yang mampu membayar dengan uang. Bahkan murid-murid berdatangan dari berbagai kota termasuk Bali Jember, Madura, dan berbagai wilayah lain di Indonesia. Sekolah pun sudah mendapat akreditasi dari Dinas Pendidikan.
Metode Pembelajaran di Sekolah Sayur SMP Banyuwangi Islamic School
SMP Banyuwangi Islamic School merupakan sekolah yang mirip pesantren, mengusuh konsep ma’had dengan menggabungkan kurikulum modern dengan kurikulum pondok salafiyah. Di sini selain belajar menghafal Al-Qur’an, siswa akan diajarkan menguasai 4 bahasa, yaitu bahasa Inggris, Arab, Mandarin dan bahasa Jepang. Bahkan bahasa Inggris menjadi bahasa sehari-hari di sekolah ini.
Untuk menunjang pembelajaran, siswa diwajibkan mengikuti tiga macam camp, yaitu Tahfidz Camp, Kitab Kuning Camp dan English Camp. Alih-alih belajar di dalam ruang kelas di balik meja, Siswa SMP BIS bebas memilih tempat belajar, bisa di mana saja, di bawah pohon, di dalam saung, bebas. Biasanya siswa akan dibagi berkelompok untuk mencari tempat belajar. Mereka akan berdiskusi tentang materi pembelajaran hingga menghasilkan produk belajar, bisa berupa games, video, mind map dan lain sebagainya. Nantinya siswa akan diminta untuk presentasi mengenai hasil diskusi dan produk pembelajaran yang telah dilakukan.
Dengan metode pembelajaran seperti ini tujuan untuk merawat fitrah belajar anak bisa terus terjaga. Anak tidak akan merasa tersiksa dan terpaksa karena kewajiban belajar, tapi anak akan tumbuh rasa ingin tahunya dan terjaga fitrahnya untuk senang belajar. Metode seperti ini sudah lama diterapkan oleh SMP BIS jauh sebelum mas Menteri mengenalkan konsep merdeka belajar dan membentuk guru-guru penggerak.
Untuk membangun karakter siswa, Farid bukan hanya mengajak anak-anak belajar namun juga mengajar. Setiap dua bulan sekali anak-anak akan ditugaskan untuk mengajar di SD tempat asal mereka. Untuk tugas seperti ini anak-anak akan dibagi ke dalam beberapa kelompok. Selama seminggu mereka akan mengajar di daerah asal mereka masing-masing dengan beberapa aturan konsep yang telah dirancang oleh Farid.
Misalnya selama menjalankan tugas tersebut mereka dilarang menghubungi mentor atau guru kelasnya. Setiap permasalahan yang muncul selama tugas, mereka diajak untuk memecahkannya secara mandiri. Setelah menjalankan masa tugas, anak-anak akan diajak berdiskusi mengenai pengalaman dan kendala serta cara mengatasinya masing-masing. Dengan demikian selain menguasai materi yang akan diajarkan oleh tiap-tiap kelompok anak, mereka diajak untuk belajar beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan mengasah kemampuan survivalnya.
Keuntungan yang didapat dalam tugas pendelegasian semacam ini, selain membentuk karakter siswa, kepercayaan diri anak juga akan meningkat. Seperti kata mas Menteri, cari satu bakat yang ada dalam anak yang tidak percaya diri. Dengan metode pendelegasian semacam ini, Farid mampu membawa anak-anak untuk mengeksplorasi kemampuan masing-masing.
Dalam membangung sekolah alam tersebut, Farid menemui banyak kendala, di antaranya adalah kekurangan dana di saat-saat awal pendirian. Bahkan pernah ada masa di mana Farid kekurangan beras untuk memasak makanan untuk para siswa yatim. Farid juga sering menerima cibiran dari orang lain karena menganggap metode pembelajarannya keluar dari pakem yang sudah ada. Bahkan ada yang mengatakan metode pembelajarannya akan membuat anak semakin malas dan tidak berprestasi.
Namun hal tersebut terbantahkan setelah terbukti murid-murid alumni SMP Banyuwangi Islamic School menjadi alumni-alumni terbaik. Bahkan banyak alumni yang akhirnya menjadi mentor pendidikan dan mengajar di berbagai tempat. Hingga kini Farid berhasil membawa SMP Banyuwangi Islamic School bersaing di kancah internasional, mengisi forum kajian pendidikan.
Farid sendiri pun sering menjadi mentor dan konsultan pendidikan di berbagai wilayah di Indonesia. Berkat ketekunannya Farid juga menjadi pemenang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2022 kategori pendidikan. Uang tunai hadiah sebesar 40 juta rupiah pun dapat ia gunakan untuk memajukan Sekolah Alam Banyuwangi Islamic School. Indonesia membutuhkan Farid-Farid yang lain untuk terus bergerak memajukan pendidikan di Indonesia.
No Comments :