Kira dan Mobil Hotwheels : Tentang Pelajaran Pantang Menyerah

 

Sudah lama Kira menginginkan mobil Hotwheels. Mobil-mobilan yang bagi kami terbilang mahal untuk ukuran mainan. Mengingat kualitas mainannya memang bagus, maka layak juga harganya sedikit mahal. Iyalah, untuk saya yang terbiasa membeli mainan 5000an, kalau harus membelikan mainan 30.000 ya lumayan juga. Apalagi kalau si bocah maunya koleksi. Bisa bikin mules kantong bundanya.

Nah, untuk mengakomodir keinginan tersebut, saya meminta Kira mengumpulkan uang sakunya. Setiap hari senin dan selasa, Kira mendapat jatah uang saku 2000. Jatah uang sakunya memang hanya seminggu dua kali, sesuai tingkat sekolahnya. Nanti naik ke kelas tiga, berhak menerima uang saku seminggu 3 kali, dan seterusnya.

Untuk mengumpulkan uang 30.000 itu berarti harus sabar menanti hingga 7 minggu, atau sekitar 2 bulan. Itupun jika dia tidak tergoda membeli jajanan di sekolahnya. You  may call me, emak kejam. Tapi begitulah buat saya proses yang harus dilewati.

Pada perjalanan waktu, ternyata ada kejadian yang membuat saya takjub. Ketika uangnya sudah terkumpul 12.000 ia melihat akung mau ke rumah sakit tanpa memakai sandal di kursi rodanya. Ketika Kira bertanya, Saat itu akung menjawab kalau sandalnya rusak. Tanpa diduga, Kira dan Kara memberikan semua hasil mengumpulkan uang sakunya untuk membeli sandalnya akung. Kata mereka, kasihan akung kan sudah tidak bekerja, tidak punya uang saku, jadi tidak punya uang.

Mendengar itu, ayahnya yang sudah lama gatel membelikan hotwheels dan barbie, pulang kantor langsung bawa hotwheels. Runtuh juga pertahanannya mendengar cerita anak-anaknya. Apa yang kami lakukan bukan sekedar tentang seberapa mahal harga mainan, tetapi tentang melatih bocah dalam meraih apa yang mereka inginkan.

Kira dan Kara tumbuh di lingkungan yang bagi kami sangat kondusif. Jika meminta sesuatu, dan mereka tahu ayah atau bundanya tak mampu, maka ada uti, akung atau om/tantenya yang siap membantu. Untuk itulah, terkadang fight spirit yang mereka miliki kurang terasah. Maka dari itu tega tak tega, suka tak suka, kami memanfaatkan momen hotwheels tersebut untuk merangsang fight spirit mereka.

Ternyata dari perjalanan mengumpulkan uang tersebut, kami belajar banyak hal. Bahwa menahan diri itu bukan hanya hal yang harus dipelajari anak-anak, tetapi juga orang tua. Di saat kami ada rezeki yang dapat kami belikan mainan apapun untuk Kira dan Kara, rasanya saat itu juga ingin melompat ke mall untuk membawa pulang bingkisan. Namun kini kami belajar untuk menahan diri. Bukan karena kami tidak sayang, tapi kami ingin membuat tantangan-tantangan yang dapat di lalui duo kunyil demi melatih kemampuannya berjuang mendapatkan sesuatu.

Seperti kita tahu terkadang kondisi di dunia bisa saja tidak seideal yang kita inginkan. Tentu kita tidak ingin bocah tiba-tiba menghadapi masalah lantas menyerah. No. Jangan sampai!

I won’t give up, no I won’t give in
Til I reach the end and then I’ll start again
No I won’t leave, I wanna try everything
I wanna try even though I could fail

Seperti lagu soundtrack Zootopia yang sering kami nyanyikan sama-sama, kami ingin Kira dan Kara pun tidak lelah untuk selalu berdiri lagi ketika jatuh.

Buibu pasti ngeri kan kalau dengar anak-anak masih usia belasan tahun sudah bunuh diri. Dengan tipikal bocah yang kadang penuh drama, maka mumpung masih ada di tangan kami, maka kami ciptakanlah tantangan-tantangan yang ketika melihat mereka jatuh kami masih mampu untuk memberikan semangat dan dorongan untuk berdiri lagi. Harapannya tentu suatu saat ketika kami sudah tak lagi mampu mendampingi, mereka telah memiliki bekal untuk tak pernah menyerah.

Nah, berikut hasil rangkuman perjalanan hati bersama Kira, Kara dan tantangan HOTWHEELS beberapa waktu yang lalu. Ada beberapa hal yang kami lakukan untuk membentuk anak memiliki semangat pantang menyerah:

  • Memberikan tantangan-tantangan kecil sesuai usia dan kemampuannya. Tantangan ini akan meningkat seiring usianya bertambah. Tantangan yang diciptakan orang tua tentu akan berada dalam ambang batas pengawasan orang tua yang risikonya dapat ditoleransi. Sehingga ketika mereka jatuh orang tua dapat memberikan semangat dan motifasi untuk mereka berdiri lagi.

 

  • Mengupas setiap masalah yang mereka temui dan mereka alami bersama orang-orang sekitarnya di luar lingkungan keluarga. Terkadang mereka bermasalah dengan teman, guru, atau orang lain yang mereka temui yang bukan dari keluarganya. Saatnya orang tua menahan diri untuk ikut campur, dan memberikan kesempatan untuk mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Jika ingin memberikan bantuan, berikan masukan atau saran yang dapat membantu mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun tetap biarkan anak-anak menghadapinya dengan kemampuannya. Terkadang mereka memiliki daya improvisasi yang tidak kita duga dalam menyelesaikan masalahnya.

 

  • Ketika anak-anak pulang menangis, mengeluh, jangan lantas memarahi atau memberikan stempel “penakut, cemen, lemah” atau semacamnya. Ketika mengalami saat jatuh, wajar kok dilampiaskan dengan rasa sedih, marah, menangis atau teriak. Bagi kami yang penting setelah itu anak-anak dapat kembali tegak berdiri dan siap menghadapi masalahnya lagi. Memang dibutuhkan kekuatan hati seluas samudra. Tapi bukankah di saat seperti ini lah kita pun juga tengah belajar meluaskan hati. Biarkan mereka menumpahkan isi hatinya, setelah itu beri motivasi untuk berdiri lagi.

 

  • Beri mereka pengertian bahwa kadang apa yang kita inginkan tidak bisa semua kita dapatkan. Bahkan ada beberapa keinginan yang harus didapatkan dengan bekerja keras dan perjuangan. Beri contoh perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan orang tua atau nenek/kakeknya dalam mendapatkan sesuatu. Bisa jadi cerita dan kisah nyata menjadi motivasi yang akan selalu mereka ingat.

 

  • Tak lupa landasi anak-anak dengan iman yang kuat. Ajarkan tentang doa dan kisah agama yang bisa menjaga kekuatan hati anak-anak. Bagaimanapun juga Tuhan lah tempat berlindung dan meminta yang paling bisa diandalkan di saat terjatuh. Bukankah Tuhan yang Maha Kuat?

Bagaimana dengan buibu? Adakah pengalaman memberikan tantangan pada anak-anak dan mendapat suatu pelajaran bersama mereka? Kalau ada yang punya tips dan ilmu serupa, dengan senang hati bisa dibagi di kolom komentar. Siapa tahu ilmunya bisa menjadi bekal jariyah yang bisa terus dibaca bahkan di saat kita sudah tiada. Selamat berbagi!



Related Posts :

1 Comment :

  1. Duuh ini ceritanya bisa dibilang mirip sama krucilsku. Aku bisa dibilang kejam juga sih, walau gak sekejam bunda (bwek, hahaa). Jadi kalau mereka mau beli mainan atau pergi ke tempat yg mereka pengin, ya harus nabung! Sisihkan dari uang saku.

    Inget banget waktu #1 pengin beli mainan incaran, nabung susah payah. Eeh #3 ngerengek mainan gitu di rumah, jelas ga dikabulkan dong sama mamanya, trus dibeliin sama #1 😂.
    Nabung lagi, terus uangnya dipake buat beliin kado #2. Udah gitu aja terus 😂

    Akhirnya yaa mamanya yg kasih reward ke #1 karena jadi anak paling so sweet 😆


Leave a Reply to Cindy Vania Cancel :

* Your email address will not be published.

ABOUT ME
black-and-white-1278713_960_720
Hi I’am Wiwid Wadmira

I am a mom of twin who love reading, writing and de cluttering. I blog about my parenting style, financial things & reviews. You may contact me at mykirakara@gmail.com

------------------
My Instagram
Invalid Data