Ingin Mencegah Diare? Begini Caranya

INGIN MENCEGAH DIARE? BEGINI CARANYA – Siang itu, sepulang sekolah si bocah sangat rewel dan mengeluh kesakitan sambil memegang perutnya. Awalnya saya mengira ia masuk angin Karena melewatkan makan paginya. Tak lama sambil menangis si bocah mengadu kalau habis poo di celana. Dengan wajah penuh rasa sesal dan takut ia berkata kalau tidak terasa waktu BAB di celana. “Rasanya seperti pipis, tapi tidak bisa ditahan, bunda…” Ujarnya. Selidik punya selidik, rupanya BABnya cair.

Saya tenangkan si bocah. Saya katakan kalau saat ini ada virus masuk ke dalam perutnya. Sambil bercerita saya beri tahu kalau sekarang tentara di dalam tubuhnya sedang berperang melawan virus tersebut. Jadi ia tak boleh menyerah untuk membantu tentaranya yang kehausan atau kelaparan. Ia harus tetap makan dan minum, meski rasanya tidak nyaman sama sekali.

Saya lega ketika si bocah mau terus minum. Meski sedikit ia masih mau makan. Tapi selama diare berlangsung, ada rasa was-was, apakah yang saya lakukan sudah benar. Terkadang terbersit rasa ragu tentang penangan diare yang saya lakukan sendiri. Saya memang belum membawanya ke dokter, Karena saya lihat ia masih tampak baik-baik saja. Namun setelah hadir di acara #IndonesiaMerdekaDiare, saya baru tahu pasti apa itu Diare dan bagaimana cara penanganan yang tepat.

Sebelum saya tulis tentang penanganan diare, mungkin bisa kita simak apa kata prof Nutri tentang Diare dalam video “Prof Nutri Bicara Diare” berikut:

Dari penjelasan prof Nutri kita bisa memantau apakah si kecil terkena diare atau tidak. 3 Pedoman itulah yang selalu saya lakukan untuk mengenali diare, yaitu:

  1. Frekuensi

Bila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (bahkan ada yang bilang lebih dari 6 kali sehari) maka bisa dikatakan ia terkena diare. Hal ini tidak berlaku pada anak yang masih dalam tahap ASI Eksklusif. Jika Anak yang minum ASI saja, frekuensi BAB berkali-kali dalam sehari atau tidak BAB sama sekali, hal tersebut wajar dan normal. Ini karena keistimewaan ASI yang sangat mudah dicerna oleh usus.

  1. Warna

Warna BAB yang normal antara kuning, coklat atau sedikit kehijauan. Jika selain warna itu bisa jadi ada penyebab lain yang harus dikonsultasikan ke dokter. Apalagi jika ada darah dalam BAB. Orang tua wajib memperhatikan dan waspada ya!

  1. Tekstur

Tekstur BAB yang normal adalah menggumpal, lunak dan mudah dikeluarkan. Jika terlalu keras atau cair, bisa jadi ia memang bermasalah dengan pencernaannya.

Dari situlah orang tua wajib waspada. Kenali kebiasaan dan pola BAB si kecil itu ternyata penting banget ya.. Karena ternyata, anak yang terlalu sering terkena diare, dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat bisa menyebabkan si kecil berisiko IQnya lebih rendah dan memiliki tinggi badan yang lebih pendek 3,6cm daripada anak normal pada umumnya. Nah, semua orang tua tentunya menghendaki tumbuh kembang anaknya bisa terus optimal kan..

Lantas, kalau sudah tahu si kecil terkena diare, apa sih yang harus kita lakukan?

Menurut dr. Andi Darma, SpA(K) diare yang ada di Indonesia, 60% disebabkan oleh infeksi rotavirus. Sisanya disebabkan oleh infeksi bakteri dan parasit. Jika BAB anak cair dan diare akut, bisa dipastikan 95% disebabkan oleh rotavirus. Rotavirus mudah sekali menular. Karena virus ini bisa bertahan di udara bebas selama 3 hari. Jika BAB bayi yang ada pada diapers dibuang sembarangan, bisa jadi hal tersebut menjadi sarana penyebaran rotavirus. Karena itu perhatikan sanitasi di lingkungan rumah, dan rajin mencuci tangan.

 Berikut beberapa langkah penanganan yang dapat dilakukan orang tua, jika si kecil terkena diare:

1. Rehidrasi

Jaga agar si kecil tidak mengalami dehidrasi. Beri ia minuman yang mengandung elektrolit tinggi seperti Oralit. Jika diare masih belum terlalu parah, memberikan cairan dalam bentuk apa saja bisa membantu sebagai pertolongan pertama terhadap diare. Namun begitu cairan elektrolit tinggi seperti oralit tetap wajib diberikan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Perhatikan juga tanda-tanda anak dehidrasi, seperti mata cekung, kulit berkurang elastisitasnya, berkurang frekuensi pipisnya. Jika demikian bisa jadi itu berarti ia mengalami dehidrasi. Segera bawa si kecil ke Unit Gawat Darurat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut!

2. Berikan nutrisi yang cukup

Jika anak sakit biasanya nafsu makan berkurang. Namun begitu tetap usahakan untuk memberikan nutrisi yang cukup. 30% hingga 67% anak yang terkena rotavirus berisiko mengalami intoleransi laktosa. Berikut penuturan prof Nutri tentang intoleransi laktosa:

Karena itu penting untuk mengenali jenis diare anak dan penanganan yang tepat.  Demi menjaga asupan nutrisi seimbang yang dibutuhkan si kecil untuk memperkuat kekebalan tubuhnya. Bila perlu, berikan nutrisi bebas laktosa sesuai arahan tenaga kesehatan.

3.  Terapi obat-obatan

Pemberian antibiotik dapat dilakukan pada anak-anak yang terkena diare yang disebabkan oleh bakteri berat sesuai indikasi. Pemberian Zinc selama anak diare hingga 10 hari setelah sembuh, dapat dilakukan untuk mencegah diare timbul lagi selama 3 bulan ke depan. Karena itu jangan lupa untuk selalu konsultasikan ke tenaga kesehatan terdekat ya

4.  Pencegahan

Hal yang paling mudah untuk mencegah rotavirus adalah dengan melakukan imunisasi. Selain itu penyebaran rotavirus dapat dicegah dengan rajin mencuci tangan. Perhatikan juga kebersihan rumah dan sanitasi untuk mencegah penyebaran bakteri dan parasit penyebab diare.

Setelah duduk manis menyimak penjelasan dr. Andi Darma yang lincah, akhirnya saya bisa bernafas lega. Ternyata selama ini apa yang saya lakukan masih dalam batas koridor yang benar. Meskipun tetap ada juga anggapan saya yang keliru. Awalnya saya mengira anak yang terkena diare, sama sekali tidak boleh minum susu. Kenyataannya, pada beberapa penelitian, tidak semua anak yang diare mengalami intoleransi laktosa. Ada sekitar 30%  hingga 67% anak yang mengalami intoleransi laktosa ketika terkena diare. Jadi susu masih bisa diberikan, selama ususnya mampu mencerna kandungan laktosa. Justru pemberian nutrisi yang seimbang mutlak diperlukan untuk memperkuat kekebalan tubuh si kecil. Karena itu penting bagi orang tua untuk peka terhadap setiap kondisi anak.

 Duh, jadi manggut-manggut terus di seminar begini.

Nutricia Sarihusada dan Kampanye #IndonesiaMerdekaDiare

Menurut data RISKEDAS tahun 2013 bahwa 1 dari 7 anak di Indonesia pernah mengalami diare dengan frekuensi 2 hingga 6 kali dalam setahun membuat mata kita terbelalak lebar. Yang lebih miris lagi ternyata hanya 1 dari 10 ibu yang tahu dengan pasti tata laksana penanganan diare yang tepat. Hal ini membuat diare menjadi penyakit yang menyebabkan kematian nomor 2 tertinggi pada balita di Indonesia.

Seperti yang dituturkan salah satu narasumber, seorang ibu dari 2 anak sekaligus public figure, Husna Ika Putri Sari, bahwa banyak ibu yang masih bingung membedakan antara fakta dan mitos seputar diare. Banyaknya kepercayaan yang dimiliki masyarakat Indonesia seputar penanganan terhadap diare membuat ibu banyak mendapatkan informasi yang kurang akurat. Terbukti dalam permainan KAHOOT yang kami mainkan dengan seluruh peserta seminar, ternyata mitos dan fakta seputar diare memang sangat membingungkan.

Melihat kenyataan tersebut, Nutricia Bersama Sarihusada cukup tanggap dengan melakukan kampanye #IndonesiaMerdekaDiare sebagai komitmen perusahaan dalam meningkatkan gizi dan kualitas kesehatan masyarakat. Menurut Nabhila Chairunisa, Manager Digestive Care Nutricia Sarihusada, kampanye ini rencananya akan diadakan di banyak kota di Indonesia. Kampanye ini diadakan untuk memberikan edukasi yang tepat tentang tata laksana penanganan diare untuk menghindari kematian lebih banyak pada balita.

Selain melalui seminar, kampanye #IndonesiaMerdekaDiare juga dilakukan dengan membuat video “PROF NUTRI BICARA DIARE” untuk memberikan edukasi pada para orang tua di era digital. Seperti kita tahu smartphone bukan lagi menjadi barang yang langka. Hampir setiap rumah memiliki ponsel pintar tersebut. Karena itu kampanye digital menjadi sarana yang efektif untuk mendapat jangkauan edukasi yang lebih luas.

Dengan bantuan dan dukungan semua elemen masyarakat, maka kesadaran akan penanganan diare yang tepat bisa terus meningkat. Jika hal ini dapat dicapai, maka tidak mustahil suatu hari Indonesia bisa merdeka dari diare. Karena itu mari kita dukung #IndonesiaMerdekaDiare dengan membekali diri sendiri dan keluarga tentang pentingnya mengenal dan waspada terhadap diare.


6 Comments :

  1. ooh zinc itu perlu buat diare, yaa…. baru ngeh. berarti sayuran hijau cocok banget buat konsumsi saat diare yaa… makasiy infonya yaa

    1. toss mbak. aku juga baru ngeh kalau zinc itu penting untuk penyembuhan diare.


  2. Jadi diare itu benar bisa menular ya?
    Pantesaaan.. Kalau satu anak diare, nggak lama pasti yg lainnya ikutan juga 🙁

    Trus kalau penyebab anak meninggal akibat diare ini biasanya karena kurang cairan dan asupan ya?
    Kalau tetap terjaga, aman?

    1. Iyaa.. aku juga baru tahu kmrn kalau diare itu menular. Yang paling diwaspada ketika diare memang dehidrasi. Insyaallah kalau rehidrasi dan nutrisi terjaga, aman. Eh kalau diare karena bakteri tetep butuh antibiotik lho. Jadi jangan lupa konsultasi ke dokter juga.


  3. Helmiyatul Hidayati

    Sarihusada ya? Kalo ga salah itu perusahaan susu khusus anak ya? Tapi di Jember susah carinya..

    1. Halo mbak. Iya, Sarihusada itu produsen susu, tapi bukan khusus anak kok. Ada susu untuk ibu hamil juga. Merknya yang terkenal SGM. Pasti banyak di Jember 🙂


Leave a Reply :

* Your email address will not be published.

ABOUT ME
black-and-white-1278713_960_720
Hi I’am Wiwid Wadmira

I am a mom of twin who love reading, writing and de cluttering. I blog about my parenting style, financial things & reviews. You may contact me at mykirakara@gmail.com

------------------
My Instagram
Invalid Data