Cara Sehat Memanfaatkan Media Sosial

CARA SEHAT MEMANFAATKAN MEDIA SOSIAL

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat rasan-rasan sama Pak Suami. Kenapa kok youtuber yang kontennya berkualitas memiliki jumlah penonton yang kalah jauh dengan youtuber yang isinya “ya gitu-gitulah” saja? Lalu mengapa selebriti yang penuh kontroversi justru jumlah follower instagramnya meroket setinggi langit dibandingkan dengan selebriti yang memiliki prestasi segudang?

Mau tahu yang lebih mengherankan lagi? Komentar-komentar di unggahan para selebriti tersebut sebagian besar berisi cacian dan ujaran kebencian. Kok bisa? Mengapa para netizen zaman now menghabiskan waktu untuk mengikuti unggahan seseorang yang nyata-nyata mereka benci hanya demi melontarkan cacian. Apa maksud dan tujuannya?

Sampai di situ kami masih gagal paham. Adakah yang senasib? Hingga akhirnya saya berkesempatan untuk mengikuti Gathering POSITIF BERMEDIA SOSIAL bersama KEMENKO PMK dan Gerakan Nasional Revolusi Mental.

Di acara gathering tersebut, kami mendapat banyak pelajaran tentang media sosial yang ternyata sukses membuat tercengang. Sebelumnya saya mengira saya sudah tahu banyak tentang sosial media. Ternyata masih banyak kenyataan yang di luar perkiraan saya tentang dunia sosial media.

Jadi saudara, saya akan kupas beberapa hal yang di dapat dari acara tersebut. Gathering yang dihadiri oleh ibu walikota kesayangan masyarakat Surabaya tersebut juga mendatangkan banyak narasumber kompeten di bidangnya masing-masing, diantaranya Prof. Paulus Wirotomo dari Gugus tugas nasional revolusi mental, Mas Akhyari Hananto dari GNFI, Ibob Tarigan dari Cameo Project dan Pak Ismanto dari Dinas Perhubungan Surabaya.

Media Sosial Bagi Tri Rismaharini

Ibu kesayangan seluruh warga Surabaya menuturkan bahwa media sosial bagi beliau adalah sarana yang dapat mempermudah menjalankan tugas-tugasnya sebagai walikota. Dengan media sosial beliau dapat menolong orang lain bahkan menyelamatkan nyawa seseorang.

Tri rismaharini memanfaatkan media sosial untuk memantau seluruh jajarannya dalam menjalankan tugas masing-masing dan memantau wilayah kotanya. Meski mengaku tak memiliki akun instagram atau twitter, namun Risma mengakui banyak dampak positif yang beliau dapatkan dari dunia media sosial.

Dari media sosial beliau tahu ada warga yang sedang sangat membutuhkan. Dari sosial media pula beliau dapat menggalang dukungan dalam mengelola kota dan menyebarkan hal-hal baik. Namun begitu tak sedikit pula beliau merasakan kerugian dari konten negatif sosial media.

Gara-gara berita hoax di media sosial tentang kecelakaan, beliau pernah mengerahkan beberapa tenaga kesehatan dan aparat pemkot untuk membantu korban. Kenyataannya kabar tersebut adalah berita bohong. Padahal dalam menjalankan tugas tersebut, menggunakan anggaran milik daerah yang berasal dari pajak rakyat. Kalau sudah begini, rakyat juga kan yang rugi?

Karena itu Risma mengajak seluruh pegiat dan pengguna media sosial untuk menggunakannya secara positif dengan mengunggah konten-konten bermanfaat dan membaca atau mencari hal-hal yang positif. Karena waktu sangatlah berharga, maka jangan disia-siakan untuk melakukan hal-hal yang negatif. Sepakat?

Karakter Algoritma Media Sosial

Tahukah kawan tentang algoritma media sosial? Sesungguhnya jika kita membuka halaman media sosial dan mencari menggunakan kata kunci tertentu, mesin server akan menyimpan kata kunci tersebut untuk membantu kita dalam memudahkan pencarian. Untuk selanjutnya yang akan muncul dalam media sosial kita, tidak pernah jauh-jauh dari kata kunci-kata kunci yang pernah kita cari.

Misalnya nih, kita sering mencari resep-resep masakan. Maka isi timeline, iklan, foto populer yang akan sering muncul di media sosial kita ya tentang makan dan resep-resepnya. Demikian juga kalau kita sering kepo tentang gandengan terbaru Nicholas Saputra, maka jangan heran kalau beranda kita isinya banyak Nicholas Saputra melulu.

Nah, jangan lantas berprasangka kalau ponsel kita ada mata-matanya atau disadap ya, Kawan. Bukan! Itu semata karena kecanggihan mesin server yang mempelajari pola kebiasaan kita. Itu ada ilmunya, yang orang bule bilang namanya AI atau Artificial intelligence. Semoga saya gak salah eja huruf nih.

Nah, karena algoritma mesinnya sudah cerdas, maka penggunanya juga WAJIB cerdas dong ya! Kalau mesin sudah bisa mempelajari kebiasaan kita dan paham apa mau kita, gunakan untuk hal-hal yang baik saja. Maka yang akan muncul di beranda media sosial kita juga hal-hal yang baik saja. Kalau terbiasa melihat yang baik-baik, membaca yang baik-baik, Insyaallah kita juga akan bersikap dan berbicara yang baik-baik juga. Tidak penuh prasangka dan kalimat negatif.

Percayalah, komentar negatif kalian di unggahan selebriti itu tidak lantas membuat kalian jadi orang yang baik dan positif. Komentar negatif yang kalian tuliskan justru hanya menunjukkan sebatas itulah kata-kata yang ada di isi otak kalian. Negatif mulu isinya. Jelek mulu isinya. Ibarat wadah isinya sampah saja. Kalau sudah seperti itu, kira-kira apakah membuat kalian menjadi manusia yang berharga dan bermanfaat? Mikir!

Banyak hal kok untuk bisa menjadi eksis tanpa harus narsis di akun selebgram yang kalian benci. Carilah selebgram yang menurut kalian menginspirasi. Carilah konten-konten yang menurut kalian bisa membangkitkan kreatifitas dan prestasi. Akur kan, sobat?

Media Sosial Bagi Perkembangan Surabaya

Nah, seperti yang dituturkan oleh bu Risma, media sosial itu bermanfaat sekali untuk beliau dalam menjalankan tugas. Terbukti Surabaya menjadi kota yang memiliki sederet penghargaan internasional. Terakhir, Surabaya dipercaya menjadi tuan rumah Startup Nations Summit (SNS)., yaitu pertemuan dari para entrepreneur di bidang digital dari 167 negara. Keren kan?

Ini menjadi bukti bahwa media sosial dan dunia digital banyak membantu perkembangan kota Surabaya. Di acara gathering bersama Kemenko PMK kemarin, kami berkesempatan menikmati keliling naik Suroboyo Bus, bus kebanggaan warga Surabaya dan mengunjungi Command Center.

Buat kalian yang belum tahu Suroboyo Bus adalah bus yang dikelola oleh dinas perhubungan kota Surabaya yang bisa dinaiki oleh siapa saja hanya dengan membayar tiket menggunakan botol plastik. Tiketnya TIDAK BISA dibeli dengan uang, ya kawan! Untuk naik Suroboyo Bus, kamu cukup membawa botol plastik. Pak sopirnya gak bisa disogok dengan dibayar duit. Semua dipantau menggunakan CCTV. Sogokan sudah bukan zamannya lagi, ges! Entar diketawain semut.

Sedangkan command center adalah mata dan telinga bagi Ibu Risma. Di sinilah beliau melihat dan mendengar kejadian dari seluruh kota di Surabaya. Command center memuat gambar dari lebih dari 1.000 CCTV yang tersebar di seluruh kota di Surabaya. Melalui nomor telepon 112, command center menerima aduan dari masyarakat kota Surabaya. Aduannya pun beragam, mulai hal yang paling mendesak menyangkut nyawa orang hingga aduan tentang kucing yang naik ke atas genteng dan gak bisa turun. Nyata lho, bukan rekayasa atau skenario film drama.

Positif Bermedia Sosial Dalam Gerakan Revolusi Mental

Kalau seorang Tri Rismaharini bisa menjadi salah satu orang paling berpengaruh di dunia internasional karena waktu berharganya yang dimanfaatkan sebaik mungkin termasuk dalam hal bermedia sosial, tentu generasi yang jauh lebih canggih pasti mampu melakukan yang jauh lebih baik.

Karena itu Gerakan Nasional Revolusi Mental turut menggagas acara positif bermedia sosial bersama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (KEMENKO PMK). Mengingat yang melakukan gerakan revolusi mental bukan hanya aparat pemerintah atau golongan tertentu, melainkan seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga generasi lanjut usia, mulai dari rakyat sipil hingga seluruh jajaran pemerintah, pengusaha, militer maupun para anggota dewan yang terhormat.

Tahukah kalian kalau konten media sosial kita kekurangan konten positif? Konon katanya 80% konten yang terdapat di media sosial adalah hal-halyang kurang bermanfaat. Ditambah lagi kebiasaan beberapa generasi zaman now yang gemar mengunggah komen negatif untuk mencari perhatian, membuat kebiasaan bermedia sosial menjadi berkesan buruk dan menghabiskan waktu percuma.

Gerakan revolusi mental ini meliputi perubahan dalam pola pikir, perilaku dan bersikap. Termasuk dalam bermedia sosial. Jika generasi muda terbiasa melihat hal yang tidak disukai, kosakata di otak hanya diisi umpatan dan ujaran kebencian, maka secara tidak langsung akan tumbuh menjadi pribadi yang negatif dan mudah mengeluh. Kebiasaan posting dulu mikir kemudian ini menjadi kebiasaan yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.

Untuk itulah gerakan revolusi mental ini darurat dan bisa dimulai dari mana saja, termasuk dari kebiasaan dalam bermedia sosial. Jika kita membanjiri media sosial dengan konten positif, maka mata kita akan terbiasa melihat yang inspiratif, pola pikir kita pun bisa tumbuh menjadi kreatif. Revolusi mental bisa dimulai dari diri sendiri, membiasakan mencari unggahan yang baik-baik saja. Jangan kalah cerdas dari mesin server media sosial. Iya kan? Generasi muda harus siap berubah!

#Ayoberubah!


No Comments :

Leave a Reply :

* Your email address will not be published.

ABOUT ME
black-and-white-1278713_960_720
Hi I’am Wiwid Wadmira

I am a mom of twin who love reading, writing and de cluttering. I blog about my parenting style, financial things & reviews. You may contact me at mykirakara@gmail.com

------------------
My Instagram
Invalid Data