
Suatu hari di sebuah restoran cepat saji, saya melihat seorang ibu yang meminta anaknya untuk duduk diam dan menyodorkan gawainya. Saya melihat si ibu sedang asik ngobrol dan bercengkerama, sepertinya dengan beberapa teman lama. Anak yang tadinya rewel karena bosan dan tidak diizinkan bermain di playground, lantas duduk diam, khusyuk menghadap gawainya. Ketika lewat untuk cuci tangan, saya sengaja melirik permainan yang sedang asik ia mainkan. Ternyata itu membuat debaran detak jantung saya meningkat drastis, karena ternyata permainan yang ia mainkan adalah jenis permainan yang bukan untuk usianya.
Tahu kah mama/papa, bahwa permainan yang ada di aplikasi gawai itu ada rentang usianya? Ada banyak sekali permainan yang melibatkan tindak kekerasan dan kejahatan seksual dalam ceritanya. Tidak semua permainan dalam gawai cocok untuk anak-anak. Saya melihat si anak yang berusia sekitar 6 tahun tersebut bermain permainan balap mobil yang banyak berisi adegan kekerasan dan misi-misi yang kurang pantas untuk anak-anak.
Dari kejadian tersebut saya sempat merenung, sebenarnya banyak orang tua yang tahu dan pernah mendengar akan bahaya siber. Namun terkadang orang tua tidak tahu bagaimana cara mengalihkan anak-anak dari gawainya. Bahkan tak jarang justru orang tua sendiri yang menyodorkan gawai tersebut agar anaknya bisa duduk diam dan tidak rewel.

Membuat orang tua sadar sepenuhnya tentang bahaya siber tersebut dibutuhkan peran banyak pihak. Namun sayangnya seminar-seminar yang menyajikan materi tersebut terkadang tak terjangkau oleh khalayak kebanyakan. Mahalnya harga tiket masuk dan tingginya biaya yang dibutuhkan membuat seminar-seminar pengasuhan hanya bisa dijangkau oleh kalangan berdompet tebal. Tidak adakah uluran tangan pihak-pihak yang bisa membantu mengedukasi orang tua tentang dunia digital yang sudah sangat cepat berjalan?
Rupanya Citibank dan Prestasi Junior Indonesia (PJI) memiliki kegelisahan yang serupa. Melalui kegiatan CITI PEKA (Citibank Peduli dan Berkarya), Citibank Indonesia bersama PJI mengajak orang tua siswa dari sekolah dasar negeri Ketintang I untuk belajar menjadi orang tua cerdas dalam mendidik anak generasi digital. Melalui CITI PARENTING TALKSHOW Citibank menghadirkan psikolog kenamaan ROSLINA VERAULI, M.Psi, Psi. Dalam talkshow tersebut, para orang tua siswa diajak membuka mata tentang betapa mengerikannya bahaya dunia siber. Dari dunia siber, 71% anak-anak usia 8-12 berisiko terpapar bahaya seperti perundungan dunia maya, kecanduan video, bahkan hingga pelecehan seksual.
Orang tua juga diajak mensiasati dengan memberikan kegiatan-kegiatan positif yang bisa mengembangkan bakat anak dan mengasah kemampuan anak. Menghasilkan anak yang cerdas dan berprestasi dibutuhkan kerja keras orang tua dan banyak pihak. Menghindari bahaya dunia siber tidak bisa hanya dengan menutup semua akses anak-anak terhadap dunia digital. Bagaimanapun juga banyak manfaat positif yang bisa dipetik dari perkembangan teknologi. Orang tua juga diajarkan bagaimana mensiasati waktu untuk memenuhi kebutuhan anak akan dunia digital dengan pendampingan dan bimbingan untuk meminimilsir paparan bahaya siber.

Dengan positif parenting, bahaya siber pada anak-anak dapat diminimalkan. Positif parenting menekankan pola komunikasi yang positif antara orang tua dengan anak. Pola komunikasi positif menghindari pertanyaan-pertanyaan yang membuat anak tidak nyaman, merasa terpojok dan diinterogasi. Membangun komunikasi positif dibutuhkan kebiasaan dan praktek dalam keseharian. Pola komunikasi positif mengedepankan sikap saling menghargai dan keterbukaan. Dengan positif parenting anak akan merasa memiliki hak untuk melakukan sesuatu dan bisa memiliki pendapatnya.
Tak hanya sebatas itu, pada kesempatan tersebut, anak-anak SDN Ketintang I Surabaya juga diajak memanfaatkan gawai untuk media pembelajaran. Anak-anak belajar tentang pengelolaan financial sejak dini. Kakak-kakak dari PJI membimbing mereka untuk mengenali perbedaan kebutuhan dan keinginan dalam mengelola keuangan. Pembelajaran “Digital Financial Literacy For Children” tersebut juga mengajarkan tentang pengetahuan dasar kewirausahaan.
Untuk yang belum kenalan sama Prestasi Junior Indonesia, Mr. Robert Gardiner menjelaskan bahwa PJI adalah anggota organisasi non-profit terbesar di dunia, Junior Achievement Worldwide, yang berfokus pada pendidikan kewirausahaan, kesiapan kerja dan kesadaran finansial. Sementara Citibank Indonesia sendiri telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1968 dan memiliki kepedulian yang tinggi dan bersama PJI turut terlibat dalam pendidikan generasi muda. Kegiatan tersebut dapat terlaksana berkat pendanaan dari Citi Foundation. Semoga semakin banyak perusahaan-perusahaan yang ikut terlibat dalam pengembangan pendidikan dan pola asuh anak-anak di Indonesia.








