Saya Perempuan, Saya ibu. Siapa Saya?

Beberapa waktu yang lalu kami bersama teman-teman dari #BikinBikinDiTaman membuat mini project bertema parenting. Kegiatan ini diinisiasi oleh mbak Iput atau lebih dikenal dengan sebutan IbuRakaRayi.  Mini project tersebut dibuat karena terinspirasi dari berbagai seminar parenting yang sering kami ikuti. Kebetulan kami sama-sama senang berburu ilmu parenting dari satu seminar ke seminar yang lainnya

Dari sanalah kami membayangkan suasana seminar yang bisa sesantai ketika  kita sedang curhat kepada teman. Pasti sangat menyenangkan ya… Seandainya suasana seminar itu bisa senyaman kita biasa ngobrol di meja makan atau di sofa empuk, tentu akan lain rasanya. Nah, di samping itu, bulan Desember bertepatan dengan peringatan hari ibu. Jadi kenapa tidak kita coba untuk membuat satu project kecil untuk ngobrol santai bertema parenting bersama para ibu.

Dari berbagai pertemuan dan diskusi selama sebulan untuk membicarakan project sambil menanti jam sekolah usai, akhirnya keluar juga konsep project #NgobrolParentingDiTaman. Konsepnya masih akan terus diperbaiki, namun sebagai project permulaan, Alhamdulillah berjalan lancar. Menjelang hari H mendadak ada banyak sekali kegiatan dan kejadian yang membuat kami harus sedikit berakrobat demi mewujudkan mini project tersebut. Beruntung teman-teman dibalik #BikinBikinDiTaman sudah biasa diajak berakrobat. Alhamdulillah tektok via whatsapp lumayan lancar. Maka, berikut ringkasan bahasan di mini project #NgobrolParentingDiTaman kemarin:

Di awal sesi mbak Sherli, seorang psikolog dari Klinik Anakku Surabaya sebagai narasumber membagikan worksheet untuk diisi para peserta. Worksheet tersebut berisi pertanyaan seputar perasaan mereka menjadi ibu, dan seberapa jauh peserta mengenal diri sendiri. Worksheet tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi diri kita dan mengenal siapa kita.

Karena pada umumnya, setelah menjadi seorang ibu, kita lebih dikenal sebagai ibu dari si A, atau lebih sering dipanggil Mamanya si A. Sekarang coba mari kita ingat-ingat, untuk para ibu yang sudah memiliki anak usia sekolah, ada berapa ibu-ibu wali murid yang kita tahu nama aslinya? Berapa banyak ibu wali murid yang dipanggil sesuai nama aslinya, bukan nama anaknya? Misal, saya Wiwid adalah ibu dari Kira dan Kara. Biasanya kalau di sekolah lebih sering dipanggil “Mama Kira atau Mamanya Kara”, daripada dipanggil dengan sebutan “mbak Wiwid, atau bu Wiwid”. Benar atau tepat?

Apakah itu salah? Tidak. Menurut mbak Sherli, itu tidak salah. Hal tersebut bisa menjadi salah kalau membuat kita kehilangan identitas diri. Lebih buruk lagi, jika pada akhirnya semua hal baik atau buruk dari anak-anak  menjadi 100% karena ibunya. Sehingga jika ada komentar negatif tentang anak-anak, kita jadi lebih mudah tersinggung dan jadi lebih gampang baper. Bahayanya ketika ibu mudah baper, maka ia akan sibuk dengan luka hatinya sendiri, dibandingkan fokus mencari solusi untuk permasalahan anaknya.

Masih ingat ungkapan “It takes a village to raise a child”? Begitulah karakter anak dibentuk. Anak-anak memiliki karakter bukan dibentuk 100% oleh ibunya saja, tapi juga dipengaruhi oleh ayah, kakek, nenek,  guru, teman-temannya, saudara-saudaranya, bahkan juga lingkungannya. Itu kenapa baik-buruk seorang anak belum tentu 100% karena ibunya. Akan menjadi tidak adil terhadap diri sendiri jika ibu menghakimi dirinya dan merasa bersalah atau baper berkepanjangan.

Menjadi seorang ibu kita diajak untuk lebih sering “eling”. Mbak Sherli mengajak kita untuk mengingat apa yang membuat kita bahagia menjadi seorang ibu dan hal-hal apa saja yang sering membuat kita bête selama menjadi seorang ibu. Menjadi ibu itu dibutuhkan persiapan, bukan sekedar persiapan materi, namun juga kesiapan emosional, intelektual, bahkan kesiapan fisik.  Dengan persiapan yang matang, seorang perempuan akan menjadi lebih percaya diri menjadi seorang ibu. Dengan begitu ia akan lebih siap menghadapi segala macam penghakiman tanpa perlu menjadi baper.

Jika kita eling atau ingat semua hal yang membuat ibu bete atau kesal, maka ia akan tahu kapan harus mengantisipasi dengan introspeksi diri. Harapannya kita jadi tahu apa yang  harus dilakukan untuk memperbaiki diri dalam mendidik anak-anak.  Misal, saya paling kesal kalau saat sudah ngantuk berat Kira dan Kara memberantakan mainannya. Dengan mengetahui bahwa batas kesabaran dan kesadaran saya ada di titik nadir ketika mengantuk, maka saya memilih tidur dan meminta bantuan Ayahnya atau eyangnya menggantikan saya mendampingi Kira dan Kara bermain. Dengan demikian kondisi kondusif dalam mendidik anak dapat terus terjaga.

Baca Juga: Tingkat Kewarasan dan Jam Tidur

Seorang ibu yang percaya diri dan selalu eling akan lebih mudah fokus mencari solusi dalam permasalahan mendidik anak-anak dibandingkan sibuk mengobati rasa bapernya sendiri. Seorang ibu yang memiliki kesiapan dan kematangan dalam ilmu, ia akan tahu bagaimana menghargai dirinya sendiri atas semua capaian terbaiknya. Karena bagaimanapun, semua perjuangan ibu itu layak untuk dihargai. Sibuk angkat jemuran sambil menggendong anak yang rewel itu tidak mudah. Mendengar omelan manager yang omset perusahaannya turun ditambah rengekan anak di rumah yang sedang sakit itu bukan main rasanya. Itulah kenapa setiap perjuangan layak untuk dihargai. Setuju?

Tentu saja, untuk menjadi seorang ibu yang percaya diri dan selalu eling dibutuhkan dukungan lingkungan yang kondusif. Suami yang selalu siaga, orang tua dan mertua yang selalu hangat, bahkan juga teman-teman yang selalu menyediakan telinganya untuk menampung curhat. Ini serius, dukungan teman curhat itu bisa menjadi salah satu dukungan terbaik yang diberikan oleh support group yang bisa menguatkan dan membantu mengingatkan seorang ibu lho…

Ibu pun juga butuh curhat kok! Bisa kepada suami, orang tua, mertua, saudara atau bahkan temannya. Curhat menjadi sarana mengkomunikasikan isi pikiran dan perasaan seorang ibu. Apabila ibu mampu membangun komunikasi yang baik dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya maka akan terbangun emosi yang positif dalam menghadapi masalahnya. Ibu yang terakomodasi dengan baik untuk curhat dan mendapat masukan yang positif, maka si ibu akan lebih mudah menjadi “Waras” dan “eling”. Membangun komunikasi yang baik ini penting agar ibu mendapatkan dukungan yang dibutuhkan. Karena itu tak perlu malu kalau mau curhat ya buuuu…

Bahkan curhat kepada anak itu juga sah lhoo… Dengan sesekali curhat kepada anak, kita memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengenal siapa ibunya sebenarnya. Bahkan kita sah lho mengungkapkan apa kesukaan kita dan apa yang tidak kita sukai kepada anak-anak. Jika biasanya setiap makan ayam ibu selalu mengutamakan anak-anaknya untuk mendapat daging terbaik, dan ibu rela makan bagian kepala, boleh kok sesekali ibu meminta sedikit bagian dagingnya, agar anak-anaknya tahu bahwa sesungguhnya ibunya tidak suka makan kepala ayam. Dengan memberikan kesempatan anak-anak mengenal ibunya, maka jika suatu saat si ibu membutuhkan sesuatu, anak-anaknya akan tahu harus berbuat apa. Bukankah ibu juga manusia yang suatu saat membutuhkan bantuan?

Baca juga: Mengembangkan Ketrampilan Sosial Anak

Untuk itu, ayo kita ingat-ingat lagi, siapa kita? Apa yang membuat kita bahagia menjadi seorang ibu? Apa yang membuat kita kesal dan bête dalam menjalan peran sebagai ibu? Apa alasan kita mau dan bersedia menjadi ibu? Apakah kita terpaksa atau dipaksa menjadi seorang ibu? Persiapan apa saja yang sudah kita lakukan dalam menjadi seorang ibu?

Semoga sedikit membantu mengingat dan mengenali diri.  Dengan demikian kita akan bisa memiliki kesempatan untuk mempersiapkan diri dengan menimba ilmu demi menghadapi tantangan mendidik anak yang tidak pernah ada habisnya. Dengan belajar terus menerus memperbaiki diri, kita bisa menjadi lebih baik setiap hari. Selamat hari ibu!

 

All pic taken by: Mbak Iput

Agar Keluarga Harmonis, Jaga 3 Hal Ini

 

Agar Keluarga Harmonis, Jaga 3 Hal Ini – Beberapa waktu yang lalu saya bersama teman-teman blogger berkesempatan untuk ikut arisan yang seru. Arisan yang ini luar biasa manfaatnya. Karena di sana kita bisa belajar tentang banyak hal, mulai dari tips menjaga keharmonisan keluarga, hingga belajar hand-lettering. Arisan yang diadakan oleh HIJUP dan Resik-V ini menghadirkan bintang tamu Hamidah Rachmayanti (Face of Hijup) bersama suaminya, Irvan Farhad.

Semua pasangan pasti menginginkan rumah tangganya harmonis, setuju? Tapi, kalau melihat gosip-gosip yang sekarang berseliweran rasanya deg-deg’an juga yaa… Bahkan yang sudah berumah tangga puluhan tahun pun bisa cerai. Menurut berita, angka perceraian di Indonesia meningkat, salah satu faktor penyebabnya karena pengaruh media sosial. Aduuuh… ngeri-ngeri sedap juga yaa… Lantas bagaimana sih menjaga kapal bahtera rumah tangga ini biar gak mudah oleng?

Menjaga Keharmonisan Keluarga

Pernahkah kalian bertanya kepada pasangan masing-masing tentang apa yang mereka harapkan dan mereka sukai dari diri kita? Sebuah hubungan dapat berlangsung harmonis, salah satunya tentu karena masing-masing orang menemukan apa yang mereka harapkan dari pasangannya. Misalnya nih, suami saya suka kalau badan saya tidak mengembang terlalu besar. Ternyata, sudah bawaan dari sononya, badan saya selalu mungil. Meskipun saya makan sebanyak apapun, angka di timbangan tidak akan bergerak terlalu banyak. Suami saya suka ketika tubuh saya terlihat fit dan beraroma segar, tidak harus wangi, tapi segar. Sekarang coba bayangkan, bagaimana jika penampilan saya lebih sering lusuh, kuyu dan bau asem? Ketika tensi hubungan sedang tinggi, lalu suami curhat ke teman perempuan yang kebetulan punya aroma wangi, apa yang mungkin terjadi? *ketok meja* naudzubillah…! Karena itulah, penting ketika kita tahu yang di suka pasangan pada diri kita.

Irvan Farhad menuturkan, untuk menjaga keharmonisan keluarga, ini 3 hal yang harus kita jaga:

  1. Sex. Tidak dapat dipungkiri, kebutuhan seksual menjadi salah satu elemen yang cukup penting dalam menjaga keharmonisan keluarga. Bahkan sex menjadi kebutuhan dasar dalam setiap rumah tangga. Karena hubungan seksual yang sah hanya boleh dilakukan dengan pasangan sah masing-masing. Bahkan pakar psikologi mengungkap bahwa hubungan intim tersebut bukan hanya sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan biologis semata, namun juga untuk menjaga kesehatan psikologis seseorang. Tentu saja untuk menjaganya dibutuhkan kerja sama kedua belah pihak.
  2. Ekonomi. Sudah sering membaca di media massa kan kalau faktor ekonomi menjadi salah satu pemicu terbesar angka perceraian di Indonesia. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, faktor ekonomi menjadi salah satu pemicu kekerasan dalam rumah tangga. Membicarakan faktor ekonomi bukan semata bercerita tentang keharusan mencari pasangan yang kaya raya. Tetapi tentang bagaimana mengomunikasikan keadaan ekonomi yang harus dilalui bersama pasangan dalam rumah tangga. Selain itu tingkat kepuasan ekonomi bagi seseorang tentu memiliki ukuran yang berbeda. Ada istri yang disodori gaji suaminya 3 juta sudah bahagia, namun ada juga seorang istri yang disodori amplop gaji suaminya berisi 300 juta masih nyinyir dan ngomel panjang. Untuk itulah penting menjaga tingkat kepuasan ekonomi pasangan di dalam rumah tangga.
  3. Selingkuh. Duh, bicara ini dada saya selalu bergemuruh. Rasa gemas dan geregetan bercampur jadi satu. Karena perselingkuhan dalam rumah tangga yang menjadi korban bukan hanya pasangan, tetapi anak-anak juga turut mendapat imbasnya. Ada rasa benci dan sakit yang turut dirasakan anak-anak ketika mengetahui ayah/ibunya bergandengan mesra bukan dengan pasangannya. Jika ingin menjaga hati anak-anakmu, lakukan sekuat tenaga, hati dan pikiran untuk menghindari berselingkuh dari pasanganmu. Kalau ada yang tidak memuaskan dari pasanganmu, bicarakan, komunikasikan, dan cari jalan keluarnya bersama. Tidak dengan SELINGKUH! Apalagi kalau ada perempuan yang tetap bisa bahagia dan bangga meski predikat PELAKOR menempel di jidatnya, rasanya pengen nimpuk pakai bakiak sekarung. Maklumi saja ya, saya gak tahan nyinyir untuk urusan yang satu ini. *ngikik manis*

Ketiga hal diatas jika bisa dijaga oleh setiap pasangangan, insyaallah bahtera rumah tangga tidak mudah oleng dan karam. Biar nyinyir tidak makin akut, kita lanjut ngobrolin yang lain yaaa… Setelah tahu 3 hal yang harus kita jaga dalam rumah tangga, lantas bagaimana cara menjaganya? Naaahh… Mari sini duduk manis, saya mau berbagi tips menjaga penampilan luar dan merawat penampilan dalam.

Menjaga Penampilan Luar

Siapa yang setuju kalau penampilan luar itu penting untuk menjaga keharmonisan keluarga? Jangan sekedar berlindung dibalik alibi anak banyak, kecil-kecil, mana sempat berdandan cantik setiap hari, tapi ketika ada undangan masih sempat pasang alis dan bulu mata lentik anti badai. Nah lhooo… Padahal dalam agama itu berdandan buat suami, bukan buat undangan lho yaa…

Meskipun begitu, bagi saya menjaga penampilan luar tidak harus setiap hari pakai lipstik merah  merona manja, atau memakai bulu mata yang panjangnya setiang listrik. Bagi saya dan pasangan, menjaga penampilan luar itu berarti ya badan selalu kelihatan fit, bersih dan segar setiap hari. Itu sudah cukup. Badan terlihat fit tentu dengan menjaga kesehatan dan rajin olah raga. Meskipun olah raga saya sebatas ngulet ketika bangun tidur dan jalan kaki setiap pagi ke pasar, atau naik sepeda ke swalayan, namun cukup untuk membuat badan saya terjaga vitalitasnya. Lebih bagus jika bisa rajin yoga dan lari pagi yaa.. (self reminder)

Agar penampilan bersih dan segar, selalu mandi setiap hari dan berganti pakaian. Meskipun setiap hari lebih banyak di rumah, tapi yang dipakai ya daster yang itu-itu juga. Tidak dapat dipungkiri kalau daster itu kebebasan dan kenyamanan tingkat dewa bagi perempuan. Tapi memakainya kalau mau tidur aja gimana? Kalau pagi mau anter suami berangkat kerja dan sore hari ketika suami baru pulang, pakainya baju yang sedikit cerah dan segar, tentu lebih sedap dipandang.

Biar penampilan lebih kelihatan sedap dipandang, sesekali boleh lho belanja baju warna kesukaan suami atau membeli hijab yang dipilihin suami. Kalau ribet bawa suami ke mall dan males nunggu keliling berjam-jam, beli online aja sis. Sekarang kan sudah ada e-commerce untuk islamic fashion. coba deh klik HIJUP untuk melihat pilihan fashion yang tersedia. Bukan hanya terbatas untuk muslimah lhoo… Ada juga pilihan untuk para kaum lelaki. Karena HIJUP berkonsep online mall gitu. Jadi milih baju dan aksesorisnya bisa bareng suami tanpa perlu berpanas-panas atau kaki pegal.

Karena saya termasuk tipe pecinta diskonan dan gemar gratisan, maka spesial buat pembaca blog kirakara bisa mendapat potongan Rp 50.000 ketika berbelanja di HIJUP dengan cara: Masukkan Kode Voucher: HIJUPBMUSURABAYA untuk setiap pembelanjaan minimal Rp 250.000 dan berlaku hingga tanggal 31 Januari 2018.

Merawat Penampilan Dalam

Lanjuuuuttt…. Masih ingat kah faktor pertama yang harus kita jaga demi menjaga keharmonisan keluarga? Betul, hubungan Seksual! Hubungan seksual yang sehat adalah dengan pasangan yang sah. Ternyata penting menjaga kesehatan organ vital untuk menjaga kesehatan hubungan seksual. Apalagi bagi perempuan. Kesehatan organ vital adalah salah satu yang wajib dipelajari. Karena berbagai macam penyakit mematikan yang sering mengintai kaum perempuan, salah satu penularannya melalui organ vital ini.

Bagaimana merawat kesehatan organ vital?

Di acara HIJUP bloggers meet up beberapa waktu yang lalu, Mbak Yuna Eko Kristiani, Senior PR PT Kino Indonesia menuturkan permasalahan kesehatan organ vital yang sering dialami para perempuan, salah satunya adalah #keputihan. Keputihan adalah tanda awal bahwa ada ketidak seimbangan PH. Menjaga keseimbangan PH penting untuk mencegah jamur dan bakteri berkembang biak di area intim.

Lantas bagaimana cara menjaga organ intim agar tidak keputihan?

  1. Mengganti Pakaian dalam dan Pembalut secara rutin. Mengganti pakaian dalam dan pembalut pada saat mensturasi secara rutin penting untuk menjaga kebersihan organ intim.
  2. Bersihkan area organ intim. Mengetahui cara membersihkan organ intim dengan benar adalah hal yang wajib bagi perempuan. Hal ini juga perlu diajarkan sejak dini. Basuh area vital menggunakan air bersih dengan menyapu dari depan ke belakang agar kotoran tidak masuk ke dalam organ intim.
  3. Gunakan sabun godokan sirih RESIK-V setiap kali mandi untuk membersihkan organ intim perempuan

Kenapa harus SABUN GODOKAN SIRIH RESIK-V?

  • Sabun godokan sirih Resik-V dibuat dari air rebusan daun sirih asli yang terbukti menjaga kesehatan organ intim dan menjadi resep turun temurun sejak dulu.
  • Sabun godokan sirih Resik-V menjadi antiseptik alami yang dapat membunuh bakteri merugikan dan menjaga PH alami organ intim.
  • Sabun godokan sirih Resik-V teruji secara mikrobiologi membantu mengurangi jumlah JAMUR candida albicans penyebab keputihan.
  • Sabun godokan sirih Resik-V adalah ramuan alami mengatasi gatal-gatal dan bau tidak sedap.
  • Sabun godokan sirih Resik-V aman dipakai setiap hari karena terbuat dari bahan alami tanpa pengawet kimia, pewarna maupun pewangi kimia.
  • Sabun godokan sirih Resik-V sudah memiliki sertifikasi hallal dari MUI dan terdaftar di BPPOM jadi aman digunakan dan terjaga kehallalannya.

Sudah lengkap kan mengupas tuntas tentang menjaga keharmonisan keluarga. Dikupas luar dan dalam pula. Gak rugi deh ikut arisan ini. Apalagi bertambah ilmu tentang hand-lettering pula. Lumayan lah, bisa buat tulisan cakep untuk ulang tahun pernikahan atau kartu ucapan buat suami. Meskipun saya kalah dalam lomba hand lettering ini, namun yang jelas, ilmu saya bertambah hari ini. Happy kan?

Semoga keharmonisan keluarga tetap terjaga yaa…

#HIJUPevent #HIJUPbloggersmeetup #HIJUPmeetupsurabaya #mengatasiKeputihan #ManfaatDaunSirih