Pertolongan Pertama Pada Gastroenteritis

Tepat seminggu setelah acara liburan kami ke Jogja, saya mendapati Kara panas tinggi hingga 40,8 DC. Saat itu tidak ada tanda-tanda mau flu seperti bersin-bersin atau hidung berair.  Pagi berangkat ke sekolah masih sehat, ceria, dan fit seperti biasanya. Pulang sekolah masih sempat makan siang dan ganti baju. Tiba-tiba ketika sedang bermain dengan Kira saya perhatikan wajahnya mulai sayu. Saya pegang dahinya, demam. Saya ukur menggunakan thermometer, whoalaaa.. sudah 39,8 DC saja. Bocah saya satu ini memang sedikit ajiiib deh. Meskipun paling mungil di keluarga, tapi tenaga dan kemauannya salah satu yang paling besar.  Panas segitu dia masih saja bermain seperti biasa, hanya saja matanya tampak sayu. Tak lama kemudian dia benar-benar tumbang alias lemas. Setelah diukur panasnya sudah 40,2 DC. Astagaaa.. ada apa ini. Cemas tentunya. Karena demam yang tidak ada tanda-tanda tanpa kulonuwun, permisi dulu ini yang sering bikin dag-dig-dug.

 gastroenteritis

Tak biasanya ketika sakit dia menangis dan mengeluh. Kali ini dia mengeluh kepalanya pusing. Ketika saya Tanya apakah perutnya terasa sakit, dia menggeleng. Apakah badannya terasa sakit dan capek, dia juga menggeleng. Apakah terasa ingin muntah, dia juga menggeleng. Hhhmmm… Sambil menunggu perkembangan, saya beri ia minum setiap 15 menit sekali untuk mengantisipasi dehidrasi. Saya whatsapp ayahnya di kantor untuk bawa roti tawar dan paracetamol untuk membantunya istirahat malam mini. Harapannya dengan diberikan paracetamol, bisa membantu dia lebih nyaman dan bisa istirahat, meskipun tidak membantu mencari sumber penyebab demamnya. Mengingat panasnya sudah touch down di angka 40,7DC sore itu.

Setelah ayahnya datang, roti tawar sukses masuk satu lembar. Minum Paracetamol dengan berbagai bujuk rayu, akhirnya mau. Well ketika mereka demam memang dibutuhkan bujukan luar biasa agar mau minum obat. Karena mereka sudah tersugesti ketika demam minum air putih yang banyak maka bunda janji tidak akan kasih obat. Maaf ya, malam itu bunda harus melanggar janji agar Kara bisa istirahat dengan nyaman. Malam itu panas Kara naik turun antara 40,4 – 40,8 DC. Disaat bersamaan uti juga sedang kena diare dan maag akut sejak seminggu sebelumnya. Bisa ditebak bunda harus wara-wiri membantu uti dan akung juga. Alhamdulillah Kakak Kira hebat, bisa membantu Kara memberikan minumnya setiap 15  menit sekali.

Singkat kata, sehari demamnya mulai turun. Keesokan harinya demamnya stabil di angka 38,2 – 38,5 DC. Tapiiii… tiba-tiba Kara muntah hebat.  Setiap apa saja yang masuk, muntah 2 kali lipat. Bahkan air putih pun tidak berhasil masuk meskipun hanya 1 sendok. Minum air putih 3 sendok, muntah 6 sendok. Minum 1 gelas, muntah 2 gelas. Kara lemas, uti belum pulih, Bunda harus berangkat jemput kakak sekolah.  Pulang dari sekolah, bunda sempatkan mampir apotik membeli oralit. Dan ternyata sekarang oralit ada rasanya. Rasa jeruk euy. Jadi gak melulu asin manis gitu. Semoga dengan cairan elektrolit ini, bisa membantu Kara tetap terhidrasi.  15 menit sehabis muntah, saya minumkan oralitnya. Karena takut muntah kembali, saya minumkan perlahan setiap 10 menit, 2-3 sdm. Alhamdulillah sukses. Muntahnya berkurang. Meskipun belum berhenti total, tetapi sedikit membuat saya lega. Hari itu total entah sudah berapa kali Kara muntah. Bahkan bunda sampai sedia baskom kecil untuk tempat muntahan Kara.

Malam itu, ketika mau tidur Kara menangis. Kara sedih kenapa dia sakit lagi, kenapa tidak bisa sehat seperti kakak. Well, 5 hari yang lalu Kara memang sempat diare. Tapi hanya sehari, setelah itu sembuh berkat minum lacto-B.  Selesai menangis, malam itu Kara bisa tidur dengan lebih nyenyak.  Meskipun beberapa kali bunda harus bangun untuk memberi minum dan cek suhu tubuhnya. Tengah malam, Alhamdulillah suhunya sudah normal di angka 37,3 – 37,4 DC.

Pagi-pagi sekali Kara bangun, mendadak bilang dia ingin maem karena ingin sembuh dan sehat seperti kakak. Takjub dan masih tak percaya saya melihat kara menghabiskan separuh porsi makannya. Setelah itu kembali dia ke tempat tidur. Nonton film di tabletnya sambil terkulai. Tak berselang lama Kira bangun. Melihat Kira minum teh dan makan roti, Kara mau lagi.  Masih takjub saya melihat dia bisa makan tanpa muntah.  Meskipun hanya sehari Kara muntah hebat, bunda masih was-was setiap melihat dia makan. Was-was takut muntah dengan jumlah yang dahsyat. Dan betapa leganya ketika dia berhasil mengisi perutnya tanpa gangguan. Semoga ini awal mula fase recoverynya.

Dan sejak itu seleranya kembali normal. Alhamdulillah. Benar-benar pengalaman yang bikin sport jantung menghadapi gastroenteritis ini.  Untuk referensi, menghadapi gastroenteritis atau sering disebut flu perut ini pastikan anak benar-benar terhidrasi dengan minuman elektrolit tinggi seperti oralit. Dari yang saya baca di milissehat, selama rotavirus penyebab gastroenteritis masih ada di perut ya selama itu pula muntah atau bahkan diare masih terus berlanjut. Minum obat untuk menghentikan muntahnya bisa jadi membuat si biang keladi tetap bercokol di dalam perut. Muntah adalah cara tubuh mengeluarkan racun yang masuk.  Jika memang membutuhkan kekuatan hati dan bantuan tenaga medis, segera hubungi Dokter anak yang RUM alias Rational Using Medicine. Juga jika sudah terdapat tanda-tanda dehidrasi seperti berkurangnya frekuensi pipis, anak tidak mau minum sama sekali atau susah minum, kulit berkurang elastisitasnya, segera hubungi tenaga medis terdekat yaa..

Semoga sedikit membantu dalam memberikan pertolongan pertama terhadap Gastroenteritis.


7 Comments :

  1. wuih tingginya demamnya. Anak-anak saya juga kalo demam pernah touch down di angka segitu mbak, malah pernah 41. Menurut orang-orang tua jaman dulu, anak perempuan jauh lebih kuat dibanding anak laki-laki, jadi demam segitu tinggi juga dia masih asik2 aja. Kalo anakku yg cowok, demam 40 aja kejang (gak selalu kejang sih, alhamdulilah cuma pernah 4 kali seumur hidupnya. Duh semoga enggak pernah lagi *ketokmeja)
    Iya saya juga belajar dari milis sehat kalo muntah itu jangan dihambat dengan minum obat ini itu. Nanti malah biang keroknya enggak selesai-selesai.
    Oiya salam kenal ya mbak 🙂

    1. Aduh, kalau kejang rasanya lebih panik yaa.. Demam tinggi tanpa kejang aja panik. Rasanya susah untuk tetap bisa waras. Semoga anak-anak terus tumbuh sehat yaaa…


  2. Iya, katanya kalau diare atau muntah memang jangan ditahan sama obat. Yang penting jaga supaya jangan sampai dehidrasi. Terima kasih sudah sharing infonya 🙂

    1. Betuulll.. Yang penting dijaga agar jangan sampai dehidrasi.


  3. senny sulastifah

    Siiip mom kika postinganx bs nambah wawasan emak2 nih, tengkiu ya….?

    1. Semoga bermanfaat, mama Ellen.. 🙂


  4. senny sulastifah

    Siiip…mom kika, postinganx bs nambah wawasan emak2 nih ?, sehat trs ya kika sayang ?


Leave a Reply :

* Your email address will not be published.

ABOUT ME
black-and-white-1278713_960_720
Hi I’am Wiwid Wadmira

I am a mom of twin who love reading, writing and de cluttering. I blog about my parenting style, financial things & reviews. You may contact me at mykirakara@gmail.com

------------------
My Instagram
Invalid Data