Nasalina Dan Sayapnya
Nasalina adalah peri hutan yang setiap harinya bertugas mengumpulkan sari bunga. Sari bunga yang dikumpulkan digunakan untuk persiapan bahan makanan peri hutan ketika musim dingin tiba. Namun hari ini Nasalina tidak pergi bertugas. Ia baru pulang dari pemakaman ibunya. Ibu adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki Nasalina dan kini telah meninggal. Tak terkira kesedihan Nasalina.
Nasalina berjalan pulang dengan menunduk dan terus menerus meneteskan air mata. Setiap sapaan teman-temannya yang berusaha menghibur dihiraukannya. Sejak ibunya meninggal, Nasalina tak pernah lagi bermain dengan teman-temannya. Setiap selesai melaksanakan tugas mengumpulkan sari bunga, ia langsung pulang dan mengurung diri di rumah. Senyum seolah lenyap dari wajahnya. Setiap kali berpapasan dengan temannya, ia mempercepat langkahnya dan tak mau lagi menyapa.
Nasalina tak mau teman-temannya mengasihaninya hanya karena ia kini sebatang kara. Ia tak suka melihat tatapan iba teman-temannya. Karena itulah ia tak mau lagi berkumpul dan bermain bersama mereka. Ia tak mau menangis di hadapan teman-temannya. Nasalina menghabiskan waktu di rumah dengan melamun dan mengenang masa-masa ketika ibunya masih hidup.
Suatu hari, seperti biasa pagi-pagi sekali ia sudah berangkat untuk mengumpulkan sari bunga di hutan. Ia berangkat sebelum matahari terbit agar dapat mencium aroma embun sebelum menguap terkena sinar matahari. Semakin pagi ia berangkat, semakin cepat kantongnya penuh. Dengan begitu ia bisa segera lekas pulang dan menghabiskan waktu di rumah.
Usai memenuhi isi kantongnya dengan sari bunga yang masih segar, Nasalina membasuh muka di sungai. Air sungai yang jernih memantulkan wajahnya yang terlihat murung. Nasalina terkejut ketika menyadari warna sayapnya tak lagi cerah dan indah seperti biasanya. Ia melihat warna sayapnya pudar dan pucat. Ia tak suka melihat sayapnya yang tak lagi berkilau.
Ketika sedang merenungi warna sayapnya yang memudar, ia mendengar suara jeritan meminta tolong dari kejauhan. Rupanya kaki Kiki peri daun, tertusuk batang pohon yang patah. Tak tega melihat kaki sahabatnya terluka, Nasalina membantu Kiki pulang dan mengobatinya. Sambil mengobati kaki Kiki yang terluka, mereka berbincang tentang masa ketika mereka asik bermain.
“Lina ingat gak ketika kita hampir dimarahai Peri ketua karena lalai mengerjakan tugas?” Tanya Kiki dengan hati-hati.
Mendengar ucapan sahabatnya, Nasalina tersenyum. Ia tak mungkin melupakan kejadian itu. Mereka berdua lalai mengerjakan tugas karena terlalu asik bermain. Tak pernah terbayangkan kalau Peri Ketua akan benar-benar memarahinya.
“Kita beruntung hari itu karena Peri ketua harus membantu memadamkan api di hutan yang terbakar. Kalau tidak, kita pasti sudah habis dimarahi Peri Ketua” ujar Nasalina.
Setelah selesai membantu mengobati luka Kiki, Nasalina pamit pulang. Sesampainya di rumah, ia pandangi sekali lagi sayapnya di kaca. Kembali ia dibuat terkejut mendapati sayapnya yang mulai memancarkan cahaya. Meski belum secerah biasanya, namun kilau dan warna di sayapnya mulai terlihat.
“Apakah ini karena aku terlalu lama bersedih? Sehingga sayapku menjadi pudar dan kehilangan cahaya.” Nasalina mulai berpikir.
“Dengan kembali bertemu dan berbincang dengan Kiki, warna sayapku mulai tampak. Mungkin jika aku banyak membantu teman dan bertemu mereka lagi, warna sayapku akan kembali seperti semula.”
Nasalina mulai beranjak dari tempat duduknya dan memilih pakaian rapi. Kali ini ia ingin keluar dan bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang lain. Nasalina mulai rindu bermain dan tertawa bersama mereka.
Ketika sampai di bawah pohon oak di tengah hutan, tempat biasa para peri hutan berkumpul dan bermain, Nasalina mulai menyapa teman-temannya. Para peri gembira menyambut Nasalina. Ternyata bukan hanya Nasalina yang merindukan sahabatnya, namun juga para peri hutan merindukan Nasalina. Biasanya Nasalina selalu punya cerita lucu dan seru yang biasa diceritakan pada teman-temannya. Selama Nasalina mengurung diri di rumahnya, para peri kehilangan teman yang biasa bercerita dan berceloteh tentang kisah seru dan lucu.
Maka tak heran, ketika hari ini para peri melihat Nasalina, mereka sangat gembira. Nasalina mulai menceritakan kembali kisah-kisah lucu dan seru untuk teman-temannya. Nasalina mulai tersenyum dan turut tertawa bersama teman-temannya. Perlahan namun pasti, warna sayap Nasalina kembali cerah dan berkilau. Dalam hati Nasalina berkata,
“Ibu pasti senang melihatku kembali tersenyum dan bermain bersama teman-temanku. Aku tak akan bersedih lagi, agar ibu di surga juga bahagia.” Ucap Nasalina dalam hati.
Hari itu suasana di bawah pohon Oak kembali riuh oleh suara peri tertawa dan bercanda.
No Comments :