Pentingnya Sinergi Akal, Fisik dan Sosial dalam Tumbuh Kembang Anak

Suatu hari salah satu bocah saya pulang sekolah dengan berurai air mata. Setelah berganti baju dan sedikit tenang, ia bercerita. Rupanya di sekolah, pada saat jam olah raga, dia mengalami perundungan. Ia dijauhi teman-temannya. Ketika pembagian kelompok untuk pelajaran olah raga, tidak ada satu pun yang mau satu kelompok dengannya.

Si bocah ditolak di manapun. Mereka tidak mau satu kelompok karena menganggap si bocah terlalu lamban untuk pelajaran olah raga. Mereka tidak mau berisiko kalah jika memasukkan si bocah ke dalam kelompoknya. Tak heran jika ia menjadi sedih dan hatinya luka.

Tidak mudah memang, bocah saya lahir dalam kondisi prematur. Usia 5 bulan ia baru bisa mengangkat leher. Usia 7 bulan ia baru bisa duduk. Namun ia bisa mengejar ketertinggalan pertumbuhan fisik dan motorik kasarnya ketika usia 13 bulan. Ia mulai berani melangkahkan kakinya dan belajar jalan.

Namun begitu, pertumbuhan berat badannya yang lambat, terkadang menjadi kendala ketika berurusan dengan stimulasi fisik dan motorik kasar. Badannya terbilang mungil. Ketika teman-teman seusianya sudah bisa mengayuh sepeda roda 2, ia masih berkutat menguatkan otot kakinya berlatih sepeda roda 4.

Berbeda dengan saudara kembarnya yang memiliki berat badan dan pertumbuhan fisik yang jauh lebih stabil. Saudara kembarnya bisa dengan mudah mengejar ketertinggalannya dan tumbuh dengan penuh percaya diri. Maka dari sinilah perjuangan dimulai dan terus berjalan hingga kini.

Fase Tumbuh Kembang Anak

Di setiap usianya, anak-anak memiliki fase tumbuh kembang yang berbeda-beda. Maka sifat alamiah yang berkembang pada anak-anak juga berbeda. Untuk anak usia 0-1 tahun, Fase yang berkembang adalah indera penglihatan, pendengaran dan peraba. Umumnya anak usia ini memiliki sifat “I am what I am given”. Aku adalah apa yang diberikan kepadaku. Anak usia 0-1 tahun jika banyak diberikan senyum, maka ia akan mudah dan cepat belajar tersenyum. Dia akan belajar sesuai dengan apa yang ia lihat.

Fase anak usia 1-3 tahun dan anak usia 3-6 tahun umumnya memiliki fase tumbuh kembang yang kurang lebih sama. Mereka akan bereksplorasi untuk merangsang pertumbuhan motorik kasarnya, motorik halus, kemampuan bicara bahasa dan personal sosial. Meski fase perkembangannya serupa, namun sifat yang dimiliki berbeda.

Anak usia 1-3 tahun memiliki sifat “I am what I will”, atau aku adalah apa yang aku inginkan. Apapun yang diinginkan, mereka akan melakukannya pantang menyerah. Mereka ingin jalan, meski harus jatuh bangun seribu kali, maka akan terus dilakukannya tanpa mengenal istilah “kapok”. Demikian juga ketika mereka ingin naik turun tangga. Meski yang lihat sudah capek, tapi si bocah tetap saja naik turun tanpa mengenal lelah.

Anak usia 3-6 tahun memiliki sifat “I am what I can imagine”. Anak usia ini akan berkembang mengikuti daya imaginasinya. Jika banyak meihat film atau bermain dengan unsur kekerasan, maka jangan heran kalau ia lebih pandai memukul dari pada menolong temannya. Demikian juga sebaliknya, ketika ia bermain pura-pura dengan banyak unsur kebaikan, maka bisa jadi ia tumbuh menjadi anak yang berbudi pekerti.

Sedangkan untuk anak usia 6-12 tahun, ia memiliki sifat “I am what I can learn”, aku adalah apa yang yang pelajari. Anak di usia ini adalah anak-anak yang akan berkembang perilaku dan kecerdasannya. Yang mereka butuhkan adalah tumbuh dengan perilaku baik dan cerdas. Agar ia tumbuh dengan perilaku baik dan cerdas, maka ia harus menuntaskan tumbuh kembang pada fase sebelumnya dengan optimal dan seimbang.

Keseimbangan Tumbuh Kembang Akal, Fisik dan Sosial

Apa yang terjadi pada bocah kunyil saya, salah satu penyebabnya adalah adanya ketidak seimbangan pertumbuhan fisiknya dengan akal dan sosialnya. Pertumbuhan fisik yang sedikit terlambat membuatnya tumbuh menjadi kurang percaya diri. Rasa kurang percaya diri itulah yang menyebabkan ia tidak dapat bersosialisasi dengan optimal. Akibatnya, ia menjadi sasaran empuk perundungan.

Tidak mudah memang, karena tumbuh kembang setiap anak memiliki tantangan yang berbeda-beda. Namun begitu sudah menjadi tugas orang tua untuk terus memantau dan memberikan stimulasi pada buah hatinya agar tumbuh kembang akal, fisik dan sosialnya bisa seimbang dan bersinergi dengan baik. Stimulasi yang dimaksud adalah kegiatan INTERAKTIF antara orang tua dengan anak agar anak mendapat pengalaman belajar untuk menguasai kemampuan tertentu.

Menurut Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K), narasumber dalam acara Parenting Club yang diadakan bersama Clozette, agar tumbuh kembang akal, fisik dan sosial anak dapat bersinergi dengan baik, orang tua harus melakukan pemantauan. Pemantauan sinergi akal, fisik dan sosial harus:

  • Rutin, untuk mengetahui perubahan kemampuan anak di setiap tahap usia.
  • Sejak Dini, karena kepintaran anak di usia awal akan membentuk kepintaran di usia selanjutnya.
  • Reguler atau kontinyu. Untuk anak usia 0-1 tahun regular setiap bulan. Berjenjang, anak usia 1-3 tahun bisa dilakukan setiap 3 bulan sekali dan anak usia 3-6 tahun cukup dilakukan 6 bulan sekali.
  • Dialami sehari-hari, tidak boleh memaksa dan harus dilakukan saat interaksi dengan anak. Pemantauan berjalan dengan alami dan mengalir.
  • Terdokumentasi agar tercatat rutin. Bisa dalam bentuk KIA, KMS atau catatan kesehatan anak.

Tujuan pemantauan tersebut agar orang tua tahu strategi stimulasi apa yang harus dilakukan agar tumbuh kembangnya makin optimal. Apabila terjadi sesuatu dan memerlukan konsultasi ahli, dokter atau tenaga ahli akan lebih mudah memberikan diagnosa dan solusinya. Apabila anak memiliki sinergi akal, fisik dan sosialnya baik maka anak dapat tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berperilaku baik.

KALKULATOR AFS

Memantau tumbuh kembang akal, fisik dan sosial anak ternyata bisa dilakukan dengan cara sederhana oleh orang tua sendiri. Dalam acara parenting club kemarin, kami diperkenalkan dengan KALKULATOR AFS, yaitu aplikasi yang dikreasi dan diverifikasi oleh Dr. Ahmad Suryawan, dr., SpA(K), Dokter Spesialis Anak-Konsultan tumbuh kembang pediatri sosial untuk membantu orang tua menilai tingkat sinergi akal, fisik dan sosial anak, usia 6 bulan hingga 7 tahun.

Cara menggunakannya pun cukup mudah. Orang tua cukup menjawab pertanyaan-pertanyaan yang direkomendasikan sesuai dengan jenjang umur anak. Dalam menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan kepekaan dari orang tua atau pengasuh dalam melihat dan mengamati tumbuh kembang si kecil.

Selesai semua pertanyaan terjawab orang tua dapat mengetahui hasil dari pemantauan sinergi akal, fisik dan sosial anak.

Ada juga rekomendasi stimulasi s yang dapat dilakukan secara rutin bersama si kecil. Stimulasi tersebut dapat dilakukan secara bertahap sesuai usia dan kemampuan si kecil.

Nah, kalau sudah ada tolok ukur untuk mengetahui sinergi perkembangan kecerdasan si kecil, orang tua jadi tahu kan apa yang harus dilakukan untuk stimulasi lanjutannya. Dengan adanya kalkulator AFS tersebut, bukan berarti lantas orang tua jadi absen, tidak ikut posyandu lagi yaa… Untuk Balita wajib tetap harus ke Posyandu untuk mengetahui tumbuh kembang si kecil di bawah pengawasan ahli. Jadi mam, makin mudah, semoga bisa bikin makin tenang yes? Semangat belajar terus bareng si kecil yaaa…!

Terima kasih Parentingclub.co.id dan Clozette untuk acara yang berfaedah dan menyenangkan. Acara yang membahas tumbuh kembang kemarin ditutup dengan belajar membuat socks doll. Senangnya bisa mendapat kesempatan untuk melakukan #KalkukulatorAFSReview yang spesial. Sungguh sangat bermanfaat.



Related Posts :

No Comments :

Leave a Reply :

* Your email address will not be published.

ABOUT ME
black-and-white-1278713_960_720
Hi I’am Wiwid Wadmira

I am a mom of twin who love reading, writing and de cluttering. I blog about my parenting style, financial things & reviews. You may contact me at mykirakara@gmail.com

------------------
My Instagram
Invalid Data