Generasi Muda Wajib Paham Masalah Gizi, Untuk Apa?
Generasi Muda Wajib Paham Masalah Gizi, Untuk Apa?
“Walah, ngapain sih ikut seminar masalah gizi? Gak bermanfaat buat pergaulan, Coy…”
Ngapain sih anak muda harus ikut seminar masalah gizi? Bukan anak kuliah jurusan gizi dan kesehatan juga. Gak penting banget. Gitu gak sih kira-kira pikiran sebagian besar dari kita?
Gizi sebenarnya bukan hal yang tabu untuk dibicarakan sehari-hari. Namun kenapa dalam pembicaraan anak muda sehari-hari sangat jarang membicarakan masalah gizi? Kira-kira dari 100% isi pembicaraan kalian dengan teman dan saudara, ada berapa persen isi pembicaraan yang ngobrolin serius maupun bercanda masalah gizi?
Kira-kira masalah buruk kesehatan apa yang kalian takuti saat mengabaikan masalah gizi? Atau sebenarnya selama ini belum pernah memikirkan itu sama sekali? Seolah umur 60an sakit stroke, hipertensi, diabetes itu sudah menjadi hal yang lumrah?
Anak Muda Perlu Perbaiki Pola Hidup
Namun tahukah kalian bahwa angka-angka usia itu mulai bergerak? Saat ini usia manusia kena penyakit semacam stroke, diabetes, dan sejenisnya ini bukan lagi dialami oleh para lansia, tetapi justru orang-orang yang masih ada di usia produktif? Coba sesekali kalian ikut antar orang tua kalian untuk kontrol ke rumah sakit, dan perhatikan siapa saja yang datang berobat? Banyak di antara mereka yang masih ada di usia produktif sudah mulai rutin mengkonsumsi obat diabetes dan obat hipertensi.
Tahukah kalian bahwa obat-obat semacam obat diabetes dan obat hipertensi ini harus dikonsumsi seumur hidup? Tahu kah kalian? Kalau belum tahu, mulailah cari tahu dari sekarang. Jangan sampai 10 tahun lagi kalian yang akan mengkonsumsi obat-obat itu.
Beruntunglah jika kalian ikut seminar YAICI di UNAIR beberapa waktu lalu. YAICI bersama UNAIR mengambil tema “Inilah Saatnya! Aku, Kamu, Kita Generasi Muda Sadar Gizi” untuk membangunkan generasi muda agar mulai peduli dengan gizi. Setidaknya di antara ribuan kata obrolan receh kalian, ada nyelip sedikit masalah gizi, ya gaes ya…
Seminar kemarin ada banyak narasumber menarik yang bikin diskusi seminar berjalan seru dan tidak membosankan. Di antaranya ada :
- Ibu Arumi Bachsin – istri wakil Gubernur, Ketua TP PKK Jawa Timur
- Arif Hidayat – Ketua Harian YAICI
- Dr. Pungky Mulawardhana SpOG(K) – Dokter spesialis Obgyn
- Prof. dr. Bambang Wirjatmadi, MS, MCN, PhD, SpGK (K) – Dokter spesialis Gizi
- Awam Prakoso – Founder komunitas kampung dongeng
- Maman Suherman – Penulis buku dan Pegiat Literasi
Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Jawa Timur pada tahun 2018, yang disampaikan oleh Ibu Arumi Bachsin, Istri Wakil Gubernur Jawa Timur ada 44,18% remaja usia 15 tahun ke atas memiliki bentuk tubuh sangat gemuk, dan usia 18 tahun ke atas sebanyak 22,37% sangat gemuk. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pola hidup yang buruk di kalangan remaja.
Fenomena mager atau malas gerak dan maraknya jajanan-jajanan cepat saji yang memiliki kandungan tinggi karbohidrat dan rendah protein menjadi salah sedikit penyebabnya. Prof. Bambang Wirjatmadi menyampaikan bahwa kandungan jajanan atau makanan cepat saji yang tinggi karbohidrat namun rendah protein ini menjadi pemicu banyak penyakit seperti Jantung, kolesterol tinggi hingga berbagai masalah komplikasi lainnya.
Arumi Bachsin menambahkan kalau seiring meningkatnya kasus kegemukan pada remaja, angka infertilitas pun juga melonjak. Fenomena infertilitas ini ditengarai salah satu akibat dari buruknya pola hidup remaja.
Dampak Buruk Rendahnya Literasi Gizi Remaja
Rendahnya literasi tentang gizi pada kaum remaja ini membawa dampak buruk yang panjang dan berkelanjutan. Pemerintah harus mengambil sikap. Tahu gak kalau dampak buruknya bisa berlangsung berkelanjutan hingga beberapa generasi. Kenapa? Karena generasi remaja sekarang akan menjadi orang tua yang melahirkan bayi-bayi generasi penerus.
Gimana bisa merawat bayi dengan tumbuh kembang yang maksimal jika orang tuanya memiliki pola hidup dan selera makan yang kacau? Bisa dibayangkan gimana angka stunting gak makin ambyar?
Remaja harus tahu kalau kental manis bukan susu. Remaja harus tahu kalau kental manis bukan pengganti ASI. Remaja sekarang harus tahu kalau empat sehat lima sempurna bukan lagi standard gizi yang dipakai. Sekarang menu harus mengandung B2SAH (Beragam, Bergizi, Seimbang, Aman, Halal).
Memutus rantai stunting ini penting, harus segera dimulai sesegera mungkin. Demi mewujudkan Indonesia bebas stunting. Agar permasalahan penyakit degeneratif tidak semakin menggila. Sempat kaget ketika teman memberi tahu kalau kenalannya anak usia 15 tahun sakit diabetes. Sedih kan…
Menurut Prof. Bambang, sebenarnya untuk mengentaskan Indonesia dari stunting bisa dengan meningkatkan konsumsi protein. Perbanyak konsumsi protein. Masalahnya jajanan dan makanan cepat saji sekarang justru memiliki kandungan karbohidrat tinggi dan miskin protein. Remaja harus paham jenis-jenis bahan makanan yang mengandung bahan kimia non alami yang menjadi racun bagi tubuh.
Ini Yang Harus Dilakukan Agar Generasi Muda Sadar Gizi
Menurut Kang Maman, salah satu narasumber yang hadir dalam seminar, mengatakan bahwa masyarakat Indonesia menempati salah satu terbesar pengguna internet di dunia, yakni sebesar 73,7%. Sebagai pengguna internet terbesar, sayangnya tidak dibarengi dengan tingkat literasi yang mumpuni. Tingkat literasi Indoenesia termasuk salah satu yang terendah di dunia. Miris?
Apa akibatnya? Tentu saja hoax beredar di mana-mana. Padahal dalam memanfaatkan internet dalam kehidupan sehari-hari yang dibutuhkan bukan hanya sekedar kecakapan literasi dasar, namun juga butuh critical thinking.
Kak Awan Prakoso mengamini bahwa Indonesia memang memiliki tingkat literasi yang rendah. Padahal untuk mengajarkan anak-anak dan remaja sadar gizi ini memiliki banyak cara. Biasanya yang paling efektif dan lebih cepat adalah melalui cerita dan dongeng. Sisipan pesan-pesan itu bisa dimasukkan di dalam alur dan ide cerita.
Langkah apapun yang diambil untuk meningkatkan literasi gizi tersebut dibutuhkan kolaborasi semua pihak. YAICI sekarang sudah memulai dengan merangkul remaja dari berbagai universitas, termasuk UNAIR. Namun, tidak berhenti sampai di sini. Semua pihak harus bergerak. Seperti BEM UNAIR mulai mengajak ibu-ibu posyandu untuk cek gizi balita dan menularkan ilmu sadar gizi nya yang didapat dalam seminar dan perkuliahan.
Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian masih termasuk warga penghamba vetsin? Yuk segera insaf. Kita imbangi dengan makanan yang mengandung protein tinggi mulai dari sekarang! Yuk peduli! Saatnya aku, kamu, kita generasi muda sadar gizi.
No Comments :