Dana Darurat, Ikhtiar Penting Dalam Perencanaan Keuangan

DANA DARURAT, IKHTIAR PENTING DALAM PERENCANAAN KEUANGAN

Semalam timeline group w.a saya ramai tentang bahasan dana darurat. Semua berawal dari hasil sinau bersama teman-teman investarian. Di dalam kopdar investarian tersebut kami diperkenalkan tentang istilah pentingnya mempersiapkan dana darurat. Yang cukup membuat mata terbelalak adalah, ternyata besarannya lumayan bikin dada mendadak sesak nafas. Ditambah lagi disebutkan bahwa dana tersebut sebaiknya dimiliki secepatnya. Itu berarti kita harus mencicilnya setiap bulan, sesegera mungkin dan diendapkan tidak untuk diutak-atik. Besaran cicilan tiap bulannya pun membuat dompet mendadak kurus kering. Benarkah dana darurat itu harus ada?

Saya mengenal dana darurat jauh sebelum mengenal istilah-istilah keuangan. Ibu saya mengajarkan sejak kecil tentang pentingnya memiliki dana yang tidak untuk diutak-atik, agar ketika keadaan genting dana tersebut bisa menjadi penyelamat. Karena ibu hanyalah orang desa yang tak lulus SD dan hanya mengenal istilah celengan, maka uang tersebut ya dicelengi dan tidak akan diambil kalau keadaan tidak benar-benar mendesak. Dulu saya sampai beranggapan, kalau seorang ibu bilang sedang tidak punya uang, itu bukan berarti ibu benar-benar tidak punya uang sama sekali. Ibu masih memiliki uang, namun uang itu hanya akan dikeluarkan dalam keadaan genting.

Istilah “dana darurat” baru saya tahu setelah saya masuk dunia kerja dan senang membaca twit para financial planner. Kultwit Ligwina Hananto atau artikel Safir Senduk menjadi bahan bacaan yang menyenangkan bagi saya. Maka, setelah menikah, saya dan suami sama-sama bersepakat untuk menyisihkan uang gaji dan menyimpannya sebagai dana darurat.

Ada yang familiar dengan potongan lagu milik RAIHAN yang berjudul Demi Masa?

Ingat lima perkara sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati

Kalau tidak salah itu merupakan potongan Hadist Nabi. Tolong dikoreksi ya kalau salah. Dari linik ini, bahkan Nabi saja mengajak kita untuk membuat rencana kehidupan dan belajar mempersiapkan sebelum datang hal buruk. Mempersiapkan segala sesuatunya selama masih sehat, masih muda, masih lapang dan masih hidup. Agar nanti ketika datang masa sakit, sudah tua apalagi meninggal kita sudah punya bekal.

Pun demikian dengan konsep dana darurat yang saya pahami. Menyisihkan sebagian pendapatan untuk dana darurat merupakan bagian dari ikhtiar merencanakan keuangan sebelum datang masa-masa sempit dalam kehidupan. Beberapa kali tahapan kehidupan mengajarkan saya ketika mengalami naik turun dalam ekonomi.

Masa kecil saya pernah merasakan hidup hanya bisa makan ayam setahun sekali. Masa itu di mana saya bahagia luar biasa setiap lebaran tiba karena itu berarti ibu akan membeli opor ayam untuk kami santap. Saya pun pernah merasakan hidup serba ada, keluarga kami punya tanah di mana-mana, mobil berjajar, hingga kemudian Allah mengambil kembali semuanya. Rumah habis, mobil habis, dan makan pun harus berhemat-hemat karena Bapak sebagai pencari nafkah meninggal. Kalau sudah begini, menurut ngana, penting gak punya dana darurat itu? Simpulkan sendiri-sendiri saja yaaa…

Lantas bagaimana jika kondisi ekonomi pas-pasan? Jangankan untuk disimpan sebagai persiapan dana darurat, untuk belanja minggu depan saja masih harus memeras keringat. Jangankan untuk ditabung atau diinvestasikan, untuk bayar sekolah anak saja masih harus ngutang kanan-kiri.

Sebenarnya dalam melihat dunia keuangan, saya memegang prinsip dan janji Allah, bahwa Allah itu mencukupkan. Pun demikian dengan jatah rejeki kita. Allah mencukupkan segala kebutuhan kita dengan memberikan rejeki yang bisa berasal dari mana saja. Memang benar rejeki setiap orang itu tidak sama. Sama halnya dengan kebutuhan tiap orang pun juga berbeda-beda. Mungkin gaji 1,5 juta bagi orang lain itu pendapatan yang sangat kecil, tidak cukup untuk kebutuhan bulanannya. Namun bisa jadi bagi orang lain, gaji 1,5 juta itu sumber penghasilan berharga. Memang tidak bisa dibandingkan.

Apabila keuangan kita berada dalam keadaan yang segalanya maha mefet, atau pas-pasan, maka kita diajarkan untuk membuat skala prioritas. Dalam agamapun juga mengenal skala prioritas. Antara hutang, zakat dan menabung atau berinvestasi itu tentu prioritasnya berbeda-beda. Kita diharuskan untuk mendahulukan yang wajib sebelum yang hak bukan? Nah diantara tiga perkara, yaitu hutang, zakat dan menabung atau investasi, manakah yang harus menempati urutan pertama?

Saya tidak akan mengatakan ini mutlak kebenarannya, tapi ini beginilah pendapat saya. Bagi saya, membayar hutang menempati urutan utama yang harus segera diselesaikan. Kenapa? Ancaman Allah ngeri, sist! Kita belum bisa masuk surga sebelum melunasi hutang-hutang kita. Bahkan bagi yang mati syahid, yang sudah mendapat tiket utama dan diberi jalan pintas menuju surga, namun harus berhenti di depan pintu surga kalau ternyata masih ada hutang yang belum lunas. Syerem gak sih?

Kalau hutang sudah lunas, sekarang masuk ke hal yang wajib berikutnya dooong… Yaitu zakat. Segera sisihkan 2,5% agar rejeki makin barakah yaa… Baru deh kita sisihkan untuk menabung atau investasi, termasuk mempersiapkan dana darurat. Untuk nominal dana darurat yang disiapkan oleh setiap keluarga pasti akan berbeda-beda. Semua bergantung dari seberapa penting dan mendesak dana tersebut dibutuhkan bagi masing-masing keluarga.

Lantas apakah ini menjadikan menabung, investasi atau mempersiapkan dana darurat itu wajib? Toh selama ini hidup sudah sampai 45 tahun tidak ada masalah meski tidak punya dana darurat. Kalau butuh sesuatu pasti selalu saja ada rejeki. Nah, ini kembali lagi ke lirik lagu Demi Masa tadi yaa… Apakah kita mau mempersiapkan segala sesuatu mumpung masih lapang, atau kita harus berpanik-panik ketika sempit itu tiba? Apakah kita mau berusaha selagi masih sehat atau harus berlari ngos-ngosan ketika tiba-tiba sakit? Silahkan direnungkan kembali.

Mbak, setiap habis terima gaji, aku selalu menyisihkan untuk menabung. Tapi setiap kali tabungan itu mulai beranjak lumayan banyak, selalu ada saja kejadian yang membuat tabungan itu harus dikuras. Entah karena suami yang tiba-tiba masuk rumah sakit, atap rumah ambrol, atau mendadak ibu butuh uang. Kalau sudah begini gimana dong?

Ya gak masalah kan? Bukankah tujuan kita menyisihkan uang itu memang untuk keadaan darurat? Kalau memang dirasa itu merupakan keadaan mendesak dan harus menguras tabungan ya lakukan. Justru harusnya kita bersyukur diberi kesempatan untuk mengumpulkan uang dan menggunakannya di saat yang tepat dan benar-benar membawa manfaat. Insyaallah nanti Gusti Allah akan memberikan kesempatan berikutnya untuk mengumpulkan uang lagi. Yang jelas jangan jadi kapok hanya karena tabungan selalu habis.

Lantas keadaan seperti apa sih yang bisa dikategorikan merupakan keadaan darurat? Dari hal yang pernah saya baca, lupa entah di mana, ada 3 kategori di mana kita bisa menggunakan dan menguras dana darurat. Pertama, kita bisa memakai dana darurat jika hal tersebut menyangkut nyawa seseorang, misalkan suami sakit, orang tua sakit, atau ada kerabat yang benar-benar membutuhkan pertolongan berkaitan dengan nyawa.

Kedua, kita bisa mengambil post dana darurat, jika berkaitan dengan keberlangsungan hidup, misalkan terjadi rumah kebakaran, banjir atau mendadak atap ambrol. Seperti beberapa waktu yang lalu di mana rumah yang kami tempati atapnya bocor parah. Bukan lagi menetes tapi sudah seperti air terjun yang jatuh tepat di atas tempat tidur anak-anak dan tempat tidur saya. Maka saat itulah dana darurat kami kuras untuk mengganti kayu atap yang sudah mulai lapuk.

Ketiga, dana darurat bisa digunakan jika tidak ada lagi uang masuk untuk kebutuhan bulanan, seperti suami kena PHK atau keadaan ketika si pencari nafkah tidak lagi mampu melakukan tugasnya, bisa karena meninggal, kecelakaan, dan lain sebagainya. 2 kali kami mengalami ketika suami kontrak kerjanya tidak diperpanjang. Saat itulah, lagi-lagi kami menguras dana darurat, sambil terus berikhtiar mendapatkan sumber penghasilan yang berikutnya.

Nah, sekian dulu ya curhatnya. Insyaallah ini bukan bentuk penghakiman, hanya berbagi pengalaman sambil numpang curhat. Maklum naluri emak. Diskusi tentang dimana sebaiknya menyimpan dana darurat atau berapa besaran dana darurat kita bahas di artikel berbeda saja yaa… Untuk sementara ini kita sama-sama merenung dulu saja deh, seberapa pentingnya memiliki dana darurat menurut kalian. Kalau mau ikut numpang curhat juga boleh. Cusss tulis di kolom komentar. I’d be happy to read. Selamat berkarya!


13 Comments :

  1. Tatit

    Selama menikah 23 tahun, saya memang tak pernah ada tabungan yg nggak dikutak kutik.selalu saja duit hanya mampir di dompet.Namun kami sisihkan uang buat asuransi kesehatan yg langsung dipotong dari kantor.Selain itu kalau terjadinhal mendadak biasanya emas disekolahkan dulu atau dijual buat perbaikan rumah atau pas buyuh biaya anak sekolah. Sekarang anak2 sudah menginjak dewasa, mereka sudah punta tabungan sendiri2 yg tak diutak utiknutk kebutuhan sekolahnya.alhamdulillah

    1. Keren! Bentuk dana darurat tidak harus berupa uang atau tabungan mbak. Bisa berupa apa saja. Itulah hebatnya seorang ibu yang bisa nitil-nitil pendapatan untuk jadi segala macam barang dan kebutuhan. Luar biasa ya kita? hahaha….


  2. Aku merasakan apa yg km rasakan sissstt….
    Dana darurat itu maha penting… Dan tulisanmu mewakili pemikiranku dan perasaankuh.. Tsahhh…

    1. Aseeeekkk… Thank you, siist… *hug*


  3. Bentuk dana darurat tak melulu tabungan uang ya mbak, kadang bisa berupa emas atau investasi apapun. Dan aku setuju banget, nabung nabung nabung niat awal untuk A eh ditengah jalan ada kejadian B yg harus diprioritaskan, bukan berarti rencana A gagal ya tp secara nggak langsung kita punya dana darurat yg nggak terpikir ketika nabung merencanakan untuk yang A.

    Kadang ada (lebih ke saya aja kali ya, haha) yg berat ketika harus nabung untuk tidak diutak atik, tp kalau untuk plan A kudu nabung itu biasanya lebih bisa dilakukan walau plan A masih lama.

    1. iya, betul. Dana darurat tidak harus dalam bentuk uang. Bisa dalam bentuk apa saja, investasi, emas ada juga yang menyimpannya dalam bentuk perhiasan. Yang jelas dana-dana itu lah yang digunakan jika ada keadaan darurat.


  4. Kalau seandainya maksud dari dana darurat tersebut adalah dana yang tidak boleh diutak atik sama sekali, selain dana pendidikan anak, saya belum punya deh hiks.

    Atau mungkin punya, tapi menolak dikatakan dana darurat, semacam doa biar hidup saya selalu lapang aamiin 🙂

    Saya hanya punya post2 dana tertentu, dan ada uang yang disisihkan setiap bulan, yang kadang udah banyak, kepakai lagi, untuk hal-hal yang urgent sih menurut kami.

    Mungkin karena Alhamdulillah hidup saya gak terlalu roller coaster kali ya, masa kecil saya sulit namun saya gak merasa kalau kami itu misquin hihihi.
    Selalu bersyukur karena waktu dulu kami hidup sangat sederhana, tapi masih banyak teman yang hidupnya jauuuhhh lebih parah dibanding kami.
    Lalu sekarang, hidup kami Alhamdulillah gak kaya juga sangat menolak dibilang misquin hahaha.

    Mungkin saya rasa semua orang punya dana darurat, hanya saja sebutan dan caranya beda.
    Kalau saya pernah merasakan sekali hidup berada di masa terendah, saat gak bisa bayar asuransi seuprit hahaha, tapi Alhamdulillah masih bisa makan, lalu saat itu saya berada di posisi amat sangat butuh biaya karena keperluan mendesak.

    Dan masha Allah, betapa Allah memperlihatkan janjiNya pada umatNya, pertolonganNya ada saja dari arah yang gak disangka-sangka.

    Alasan lain mengapa saya gak mau nyebut uang tabungan dengan dana darurat?
    Karena kakak ipar saya menganut istilah dana darurat.

    Dia punya uang simpanan, tapi saat ada yang butuh, bahkan ortu, mertua atau sodaranya, dia menolak, dan bilang gak punya duit, alasannya ke saya, itu adalah dana darurat untuk keluarganya sendiri.

    Dan seolah semesta mengaminkan, dana tersebut beneran kepakai saat darurat, entah anaknya sakit yang mana asuransinya gak bisa dipakai, mobilnya nabrak, rumahnya (yang mewah) bocor.

    Astagfirullah, jadi gibah.

    Tapi intinya itu sih.

    Dan memang swmua kembali ke masing2.

    Anyway, suka tulisannya mbak 🙂

    1. Hai mbak, so sorry to hear your story. Seperti yang aku tulis: “Pertama, kita bisa memakai dana darurat jika hal tersebut menyangkut nyawa seseorang, misalkan suami sakit, orang tua sakit, atau ada kerabat yang benar-benar membutuhkan pertolongan berkaitan dengan nyawa.”
      Yang namanya dana darurat, kalau sudah berkaitan dengan nyawa atau keadaan darurat, entah itu keluarga inti, orang tua, atau kerabat yang lain, ya seharusnya bisa digunakan. Mungkin ada beda pemahaman soal dana darurat. Namun sebaiknya itu tidak menjadi sebuah penghakiman bahwa orang yang punya dana darurat itu berdoa bahwa semesta akan mendukung keadaan darurat pasti terjadi. Belum tentu juga sih sebenarnya. Namun setuju kembali ke masing-masing. Mau itu diistilahkan dengan istilah apapun tidak masalah. Toh sama-sama dana yang dipakai jika dibutuhkan. 🙂


  5. Flo

    Ngobrolin soal dana darurat, aku juga menganut paham perlu. Sbg bagian dari ikhtiar sedia payung sebelum hujan. Bukan tidak percaya sama kuasa Allah ya, tapi memang kami berdua menganut aliran (((aliran))) investasi bumi dan investasi langit harus jalan keduanya.
    Eh ga bisa dibilang investasi juga sih, lha nyimpennya di deposito, kan kemaling juga sama inflasi. Wkakakaka.
    Anyway, kenapa kalian pada rajin nulis sih… Akika aja masih pusing bikin peta pikirannya🙈

    1. wkwkwkwkw… aseeek dibilang rajin. Padahal karena dikejar deadline. buahaha…. Deadline Flo… Deadline!


  6. Ingat lima perkara sebelum lima perkara, Sihat sebelum sakit, Muda sebelum tua, Kaya sebelum miskin
    Lapang sebelum sempit, Hidup sebelum mati auto nyanyi pas ditulisan ini hhehheee
    thanks sharingnya mba, bermanfaat nih.


  7. Yuniari Nukti

    AKu sebelumnya nggak paham dengan istilah dana darurat, tapi diam-diam punya tabungan yang nggak pernah diutak-atik. Tujuannya ya itu buat jaga-jaga.kalau terjadi sesuatu.

    Sekarang sudah paham pentingnya punya dana darurat. Yang penting gak punya utang uripku wes ayem, Mbak, hehe


  8. Dana darurat penting banget tuh ..klo aku pernah kumpulin dana darurat 6bln gaji dan di tabung dalam bentuk investasi


Leave a Reply to Yuniari Nukti Cancel :

* Your email address will not be published.

ABOUT ME
black-and-white-1278713_960_720
Hi I’am Wiwid Wadmira

I am a mom of twin who love reading, writing and de cluttering. I blog about my parenting style, financial things & reviews. You may contact me at mykirakara@gmail.com

------------------
My Instagram
Invalid Data