Ceritaku Tentang Insiden Merah Putih

Meski sudah bukan bulan agustus lagi, tapi boleh ya curcol cerita dulu. Momen 17 Agustus biasanya selalu semarak dengan cerita-cerita tentang para Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA). Mereka yang terpilih untuk menjadi anggota PASKIBRAKA sudah bisa dipastikan adalah anak-anak yang memiliki ketangguhan luar biasa. Seleksi yang diadakan bukan hanya seleksi fisik, namun juga prestasi akademik dan kemampuan non akademik. Setelah lolos seleksi fisik, memiliki tinggi badan yang telah ditentukan, para peserta seleksi akan dipilih lagi berdasarkan prestasi yang dimiliki. Ditambah lagi tempaan-tempaan yang harus diterima selama masa karantina pimilihan di tiap-tiap daerah. Menurut kakak kelas SMA yang dulu pernah ikut seleksi, prosesnya memang luar biasa berat. Tak heran, para alumni PASKRIBAKA akan memiliki banyak keistimewaan setelah selesai menjalankan tugasnya.

Nah, membayangkan ikut proses seleksinya saja aku tidak berani. Dengan badan yang petite, aku cukup sadar diri kalau seleksi tahap awal saja tak mungkin diterima. Jangankan seleksi tingkat nasional, tingkat sekolah saja aku tak pernah dilirik. Iyalah, badan mungil begitu. Jadilah aku tak pernah punya pengalaman sama sekali, SAMA SEKALI tentang menjadi anggota pengibar bendera pusaka.

Hingga suatu saat ada momen yang sangat ajaib tiba…

Sebenarnya ingatan tentang kisah ini bermula ketika Kara sedikit kecewa setelah tahu yang terpilih menjadi anggota PASKIBRAKA adalah mereka yang memiliki tinggi badan tertentu. Postur Kara sekarang mewarisi postur tubuhku yang mungil. Meski sudah berusaha kujelaskan kalau ia masih dalam tahap pertumbuhan dan masih sangat mungkin tumbuh lebih tinggi daripada bundanya, namun ternyata itu tak cukup mengobati rasa kecewanya. Maka ketika sekedar nasihat tak mempan lagi, mau tak mau harus disisipi cerita. Kebetulan aku punya kisah ajaib tentang menjadi anggota PASKIBRAKA tersebut.

Ketika kelas 2 SMU aku pernah terpilih untuk mengikuti kegiatan RAIMUNA DAERAH di kota Pasuruan. Raimuna Daerah adalah sejenis perkemahan pramuka tingkat daerah untuk siswa-siswa SMU atau Penegak. Para anggota PRAMUKA terpilih dari seluruh daerah Jawa Timur akan berkumpul dan mengikuti rangkaian kegiatan. Mulai dari ketrampilan, survival, SAR, dan masih banyak lagi.

Nah, di kegiatan perkemahan semacam ini, setiap hari akan ada apel pagi dan apel sore. Setiap apel pagi, seluruh peserta akan dikumpulkan di lapangan dan mengadakan upacara pengibaran bendera merah putih. Sedangkan apel sore untuk upacara penurunan bendera. Begitu terus setiap hari hingga acara selesai. Entah rezeki nomplok atau kesambet apa, tiba-tiba aku ditunjuk untuk menjadi petugas pengibar bendera di salah satu apel pagi.

Coba bayangkan, diantara ratusan anggota pramuka yang berkumpul dari seluruh Jawa Timur, kok ya bisa ada anggota yang berbadan kurus dan mungil bisa terpilih menjadi petugas pengibar bendera. Padahal masih banyak anggota lain yang jauh lebih mumpuni, jauh lebih tinggi, jauh lebih atletis, jauh lebih berpengalaman dan jauh lebih segalanya yang bisa menjadi wakil untuk petugas pengibar. Kenapa aku? Begitulah yang namanya jalan rezeki dari yang Maha Kuasa itu tidak butuh alasan apapun. Kalau sudah nasibnya dapat, ya dapat aja gitu. Gak dibutuhkan logika.

Dengan bercucuran keringat dingin maka aku berjalan ke tengah lapangan, mengikuti gladi resik seperti menemui penjagal. Jangan ditanya usahaku. Aku sudah berusaha menolak. Aku sudah berusaha memohon. Aku pun sudah berusaha mengikuti gladi resik dengan tertib. Ndilalah kersane Allah, kok ya gladi resik itu hanya sebatas baris berbaris untuk mengatur kekompakan barisan saja. Kalau baris-berbaris, aku boleh sombonglah, aku bisa. Aku cukup tertib. Yang aku gak pernah tahu itu gimana cara membentangkan bendera. Sepele, dudut atau gimana, entahlah. Yang jelas saat itu aku gak tahu cara membentangkan bendera. Dah terima aja. Duh Gusti, kok ya pas itu gak kepikiran sama sekali untuk tanya. Sependek pengetahuanku saat itu membentangkan bendera itu ya asal bentang gitu aja. Ambil ujung bendera merah dan bendera putih lalu dibentangkan seperti membentangkan jemuran gitu aja.

you know what, guys?

Rangkaian kegiatan apel pagi berjalan seperti biasa, hingga tiba saat pengibaran bendera merah putih. Pas aba-aba hormat kepada sang saka sudah diteriakkan, maka kubentangkanlah bendera itu. Ternyata, bendera di tanganku TERBALIK. Tangan kananku memegang warna putih, dan tangan kiriku memegang warna merah. Jadilah bendera itu mbulet gak karuan. Sontak bukan hanya keringat dingin yang keluar, tapi juga dada deg-deg’an bercampur rasa panik karena tahu pasti akan ada hukuman setelah ini.

Komandan upacara langsung memberikan aba-aba balik kanan, agar seluruh peserta upacara tidak melihat ketika aku memperbaiki kesalahan dengan membentangkan bendera ke posisi yang benar. Salah satu pembina lari mendekatiku sambil membantu dan mengajariku. Tak lupa si kakak pembina menyuruhku menghadap ke tenda panitia setelah upacara selesai.

Jegeeerrr… ini dia. Hukuman apa yan kira-kira akan aku dapatkan?

Dengan lunglai kami bertiga berjalan menuju tenda panitia. Aku pasrah berjalan bersama teman-temanku, yang entah aku lupa dari wakil daerah mana saja saat itu. Aku gak sempat berkenalan dan gak kepikiran untuk kenalan dengan dua lelaki teman sesama pengibar bendera tersebut. Mungkin mereka pun sudah ilfil sama aku. Aku siap menerima hukuman apapun. Aku sudah mempersiapkan diri untuk menerima segala bentuk hukuman. Bagaimanapun juga itu memang salahku.

Sesampainya di tenda panitia aku disambut hangat dan disapa dengan ramah oleh salah satu kakak pembina yang mengenakan seragam Angkatan Udara. Aku kaget. Ternyata ketua penanggung jawab acara perkemahan tingkat daerah tersebut cukup aku kenal. Beliau salah satu mentor di kegiatan Saka Dirgantara yang aku ikuti di Lanud Iswahyudi Madiun. Ada rasa lega sekaligus malu. Lega karena bakal tahu hukuman yang kuterima tidak akan seberat dugaanku dan malu karena ketahuan bikin salah. heuheuheu. Benar saja setelah diberi wejangan panjang lebar dan basa-basi ala kadarnya, kami hanya disuruh scotch jump dan diizinkan kembali ke tempat.

Fiuuuuh legaaa…



Related Posts :

1 Comment :

  1. Semangat Kara! Yakin deh besok kamu bakal lebih tinggi dari bunda.
    Semoga dapat kesempatan jadi anggota PASKIBRAKA juga yaaa 😉


Leave a Reply :

* Your email address will not be published.

ABOUT ME
black-and-white-1278713_960_720
Hi I’am Wiwid Wadmira

I am a mom of twin who love reading, writing and de cluttering. I blog about my parenting style, financial things & reviews. You may contact me at mykirakara@gmail.com

------------------
My Instagram
Invalid Data