Antibiotik Bukan Obat Dewa, Antibiotik Untuk Apa?

Antibiotik Bukan Obat Dewa, Antibiotik Untuk Apa?

“Nduk, nanti kalau ke apotek, belikan amoxicillin. Ibu batuk pilek lagi.”

Pesan yang sangat lumrah didengar. Agak aneh memang. Sependek pengetahuanku Amoxocillin adalah jenis antibiotik. Antibiotik bukan obat flu.

Banyak orang beranggapan bahwa antibiotik adalah obat dewa atau antibiotik adalah obat untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Padahal itu salah besar. Antibiotik bukan obat dewa juga bukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Lantas apa sih antibiotik?

Antibiotik Adalah…

Antibiotik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan menghambat atau mematikan pertumbuhan bakteri. Bentuknya bisa berupa kapsul, kaplet, sirup maupun injeksi.

Antibiotik pertama kali ditemukan oleh Alexander Flemming pada tahun 1928 dan diproduksi masal pada tahun 1940an. Sejak saat itu banyak jenis antibiotik yang ditemukan. Namun sejak 1980an, karena biaya penelitian yang mahal, penemuan jenis baru main sedikit. Sementara bakteri terus mengalami resitansi atau kekebalan. Maka dari sinilah permasalahan itu berawal.

Resistansi Antibiotik

Resistansi Antibiotik adalah keadaan dimana bakteri tak lagi dapat dihambat atau dimatikan pertumbuhannya oleh antibiotik. Pada saat antibiotik diberikan, beberapa bakteri akan mati. Tapi kemudian akan terjadi mutasi pada bakteri sehingga bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik.

Ketika bakteri sudah resistan terhadap antibiotik, itu berarti bakteri semakin kuat dan dibutuhkan antibiotik yang lebih kuat lagi. Jika belum ada antibiotik yang lebih kuat lagi, bisa ditebak apa artinya? Ya, itu berarti kematian di depan mata

Jika keadaan ini dibiarkan berlangsung di depan mata, tanpa ada usaha pencegahan, bisa jadi pada tahun 2050 tidak ada obat yang mampu membunuh bakteri. Kalau benar terjadi, dunia bisa ambyar ya kan…

Untuk mencegah hal tersebut terjadi, maka dibutuhkan kesadaran bersama tentang tata cara penggunaan antibiotik yang benar. Antibiotik bisa sangat berguna jika digunakan dengan dosis yang tepat dan di saat yang tepat. Bagaimanapun juga antibiotik tetap dibutuhkan untuk membantu kesembuhan banyak orang yang terserang bakteri.

Pekan Kesadaran Antibiotik Dunia

Demi meminimalisir pemahaman dan penggunaan yang salah kaprah tentang antibiotik tersebut, maka RSUD dr. Soetomo turut serta menyelenggarakan Pekan Kesadaran Antibiotik Dunia atau World Antibiotic Awareness Week (WAAW) 2019. Untuk mencegah AMR atau Antimicrobial Resistance, RSUD dr. Soetomo membuat program pengendalian resistansi antimikroba atau PPRA.

Rangkaian kegiatan PPRA ini bermacam-macam, mulai dari cerdas cermat tentang antibiotik hingga seminar kesehatan untuk masyarakat umum. PPRA sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu dan mulai menunjukkan hasil sejak tahun 2017. Terbukti dengan menurunnya angka kematian akibat resistansi antimikroba di lingkungan RSUD dr Soetomo. RSUD dr. Soetomo memiliki tata laksana penangan infeksi berat untuk Rumah Sakit yang menjadi standard untuk semua bagian poli di rumah sakit.

Acara seminar Pekan Kewaspadaan Antibiotik Dunia 2019 menghadirkan banyak narasumber yang kompeten di bidangnya, diantaranya dr. Hari Paraton SpOGK kepala divisi uroginekologi rekonstruksi, Dr. Dominikus, SpA(K) staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak, dan Dr. dr Joni Paraton SpBS(K) direktur RSUD dr. Soetomo dan masih banyak lagi.

Acara yang diselenggarakan oleh Komite Pengendalian Resistansi Antimikroba tersebut mengundang penyuluh kesehatan, petugas kesehatan Puskesmas sebagai fasiltas kesehatan primer, pelajar, mahasiswa, remaja masjid maupun masyarakat umum. Dengan banyak tokoh masyarakat yang hadir, diharapkan kesadaran akan bijak menggunakan antibiotik dapat terus disebarkan.

Penggunaan Antibiotik Yang Benar

Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk membunuh bakteri. Obat ini tidak akan berlaku atau tidak bisa digunakan untuk membunuh virus maupun jamur. Karena itu penggunaan antibiotik tidak bisa sembarangan. Penggunaan antibiotik yang sembarangan hanya akan menimbulkan resistansi.

Ada tata cara dan aturan yang harus dipatuhi dalam penggunaan antibiotik. Hal tersebut dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri tanpa menimbulkan resistansi. Berikut beberapa aturan atau tata cara penggunaan antibiotik yang benar:

  • Minum antibiotik tepat waktu sesuai anjuran dokter
  • Habiskan antibiotik yang telah diresepkan
  • Gunakan dosis yang tepat sesuai resep yang diterima, tidak kurang atau lebih.
  • Jangan membeli antibiotik menggunakan copy resep dari dokter atau menyimpannya untuk cadangan. Beda kasus, beda pula resep dan jumlah antibiotik yang dibutuhkan.
  • Tidak boleh memberikan antibiotik sisa kepada orang lain, atau menyarankan penggunaan antibiotik kepada orang lain.

Dari acara Pekan Kewasdaan Antibiotik Dunia di RSUD dr. Soetomo pula kami baru tahu langkah ABCD dalam menanggulangi dampak lebih besar terhadap resistansi antibiotik. Langkah tersebut adalah:

A – Anjuran dokter, patuhi anjuran dokter tentang dosis dan aturan minum atau penggunanan antibiotik.
B – Berbagi itu salah. Resep antibiotik yang diberikan dokter untuk satu pasien tidak untuk dibagi atau digunakan bersama pasien yang lain. Beda kasus, beda penyakit, beda penderita, berbeda pula dosis antibiotik yang harus diresepkan
C – Cuci tangan. Cuci tangan setelah melakukan kontak dengan penderita.
D – Dosis yang tepat. Dosis yang telah diresepkan dokter merupakan dosis yang tepat digunakan saat itu juga, bukan untuk waktu dan jenis penyakit yang berbeda. Jadi tidak boleh menggunakan copy resep untuk waktu yang berbeda.

Kalau sakit, diskusikan penggunaan antibiotik dengan dokter, karena tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik. Antibiotik bukan obat demam atau obat batuk pilek. Antibiotik juga bukan untuk sakit perut. Harus melalui pemeriksaan dokter apakah anda membutuhkan antibiotik atau tidak.

Sekian, hasil berburu ilmu tentang antibiotik. Masih banyak keseruan dan padatnya ilmu tentang antibiotik di dalam seminar sehari tersebut. Semoga seminar dan acara demi mencerdaskan masyarakat seperti ini dapat terus dilakukan. Dengan demikian fungsi rumah sakti bukan hanya sebagai tempat untuk menampung orang sakit, namun juga bisa menjadi agen kecerdasan kesehatan bagi masyarakat.


No Comments :

Leave a Reply :

* Your email address will not be published.

ABOUT ME
black-and-white-1278713_960_720
Hi I’am Wiwid Wadmira

I am a mom of twin who love reading, writing and de cluttering. I blog about my parenting style, financial things & reviews. You may contact me at mykirakara@gmail.com

------------------
My Instagram
Invalid Data